Day 17 (2)

32.9K 4.1K 1.2K
                                    























;

Taehyung terkekeh puas saat memberhentikan motornya dan melirik ke belakang. Dimana Jungkook nampak terburu tapi tidak bisa melepas helmnya sendiri. Astaga, "Hey—kenapa terburu sekali mau melihat apa?"

Jungkook merengut dan memukul tangan Hyungnya yang tidak segera membantu. Reflek mengundang tawa yang lebih tua saat membantunya melepas klip pengaman helm. Tangannya perlahan menyingkirkan benda bulat kelabu itu dan menatap rambut mudanya yang berantakan tertiup angin. "Jangan lari-lari astaga, Hyung tau kau pemain bola tapi disini terjal, kau bisa jatuh."

Jungkook mengangguk cepat sebelum merapatkan jaketnya sendiri, berjalan perlahan sembari menunggu Hyungnya yang masih menata helm juga membawa tas ransel yang sudah diisi dengan tikar kecil juga kotak makan agar tidak perlu membeli jajanan lagi disini.

Langkahnya berhenti, tatkala memandang refleksi mentari di hamparan sungai yang mulai condong ke arah barat dan perlahan tenggelam. Sedikit sentimen, ada sesuatu hal yang membuat Jungkook merasa begitu emosional ditambah Taehyung yang tiba-tiba sudah berdiri di sisi kanan juga lengan yang memeluk pinggangnya begitu posesif.

"Melihat matahari Hyung, sore begini masih hangat."

Yang lebih tua menunduk, menatap sepatunya sendiri juga sepatu Jungkook yang luar biasa nampak kontras. Mudanya memakai sneakers putih yang sudah kotor bekas tanah yang dipijak sedangkan ia sendiri memakai pantofel super mengkilat yang masih sangat bersih.

Rasanya lucu, berdiri disini menikmati senja juga angin sore yang meniup lembut anak-anak rambut. Dengan Jungkook di sisinya, Taehyung bahkan tidak pernah menghabiskan hal-hal semacam ini saat ia masih muda. Hidupnya habis berkutat dengan buku, dan ini mampu membuatnya tersenyum lebar—senang dapat melakukan hal seindah ini untuk pertama kali bersama seseorang yang menjadi teman sepanjang hidupnya. "Kau senang?"

Jungkook mengangguk sebelum beralih ke belakang tubuh Taehyung untuk mengambil barang bawaan mereka. Kakinya sedikit berjinjit kecil untuk menggapai, "Senang, Mama jarang membolehkanku keluar kemari. Katanya aku akan merengek semalaman kalau tergigit semut merah Sungai Han."

Taehyung hanya mengulas senyum tipis menanggapi mudanya. Memilih mengikuti langkah Jungkook yang menjauh untuk mencari tempat. Anak itu seolah benar-benar sudah pro dan menghafal lokasi mana yang nyaman di duduki. Bahkan membuka karpet kecilnya sendiri disaat Hyungnya masih melangkah dekat ke arahnya.

"Kau seperti pemilik hamparan tepi sungai Boy,"

Jungkook hanya tertawa, membuka kotak makan berisi roti ikan juga mandu yang masih hangat. Membiarkan bahu Hyungnya yang baru saja mendudukkan diri berubah menjadi tempat bersandar paling nyaman selagi kakinya di selonjorkan, saling menumpuk dan total mengabaikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar. Seolah dunia hanya milik berdua tanpa mau berbagi dengan yang lainnya.

"Hyung?"

Taehyung berdeham dan mengalihkan atensinya penuh pada Jungkook, membuatnya seolah semakin paham. Sebab paduan Jungkook dengan senja adalah satu kesatuan yang sempurna, bagaimana kulit seputih susu itu berubah menjadi keemasan, dengan bibir tipisnya yang mengkilap cantik dan juga basah. Nampak begitu sayang untuk tidak diabadikan dalam ingatan.

Taehyung pasti mengingatnya, pasti merekamnya. Jungkook dua puluh tahun, yang masih akan ia cintai sebanyak ini hingga puluhan tahun kedepan lagi.

Sebab Jungkook adalah karya seni paling indah yang pernah ia lihat sepanjang hidup. Bertahun-tahun berkecimpung dalam seni tak pernah membuat Taehyung sejatuh ini dengan pahatan Yang Maha Kuasa. Rasanya luar biasa, dari dulu ia memang sudah tahu persis jika Jungkook sudah dasarnya berparas menawan juga rupawan, tapi sekarang jauh berkali lipat dan Taehyung benar-benar menggila karenanya.

amante | taekookWhere stories live. Discover now