2

24 8 3
                                    

Setelah menghabiskan waktu hampir 15 menit di kantin, Danilla pun segera menuju ke kelasnya. Ia mengetuk pintu kelasnya sambil tersenyum kikuk. Di sana terdapat Bu Nia—guru matematika yang melihatnya dengan tatapan tajam. Ia meremas rok abu-abu miliknya sambil merasakan kecanggungan yang melanda, terlebih saat satu kelas melihatnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Assalamualaikum." Ucapnya sambil tersenyum kikuk. Bu Nia melihatnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Waalaikumsalam. Ada perlu apa ya?"

"Boleh saya masuk, Bu?" Tanyanya sambil menatap guru tersebut.

"Silahkan." Ia pun melangkah masuk lalu berdiri di samping guru matematika tersebut.

"Ehmm saya murid baru, Bu. Saya diberitahu bahwa saya akan masuk kelas ini." Jawabnya sambil melihat guru tersebut.

"Jadi kamu anak baru itu?" Tanya Bu Nia yang diberikan anggukan oleh Danilla. "Kamu pindahan dari mana?" Tanyanya lagi.

"Saya dari SMA 8 Jakarta." Seketika murid-murid yang tadinya hanya berbisik-bisik pun bersorak riuh. Kedatangan murid baru adalah sesuatu yang spesial dan mereka sangat penasaran akan hal itu. Apalagi mendengar rumor kalau murid tersebut sangat cantik. Bu Nia memukulkan penggaris besinya ke meja, memberikan isyarat kepada murid-muridnya untuk diam.

"Perkenalkan dirimu." Suruhnya sambil menatap Danilla dengan tatapan yang mulai melunak dan tidak segalak sebelumnya.

Perempuan tersebut berdeham sambil menatap teman-teman barunya, "Nama saya Danilla Aurellie Francisca, kalian bisa panggil saya Lilie. Saya pindahan dari SMA 8 Jakarta. Saya mohon bantuan dari teman-teman semua." Semua mengagumi kecantikan Danilla. Kulit putih mulus, hidung kecil mancung, rambut yang tergerai sepunggung, badan mungil yang terlihat sangat cocok dengannya dan semakin menambah kesan cantik nan imut.

"Ada yang ingin bertanya?" Tanya Bu Nia sambil berdiri di samping Danilla. Salah seorang murid mengangkat tangannya.

"Blasteran?" Tanyanya.

"Iya, saya keturunan Indonesia dan Perancis." Jawab Danilla sambil tersenyum.

"Ini mah blasteran Surga-Perancis." Lanjut murid tadi yang langsung dihadiahi gelak tawa dari teman-temannya.

"Sa ae lu, jamet" sahut salah seorang murid.

"Manis bener, Neng. Es teh manis juga kalah." Ucap laki-laki yang duduk di barisan paling belakang. Danilla tersenyum lagi.

"Ada lagi yang mau tanya?" Tanya Bu Nia sambil duduk di kursinya.

"Kok bisa cantik?" Ia tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya, bingung bagaimana menjawab pertanyaan tersebut.

"Yee mana dia tau anjir. Mending jawab pertanyaan gue aja, lo punya pacar ga?" Tanya salah satu dari barisan belakang.

"Eh? Ngga. Saya ga punya pacar." Jawab Danilla sambil tersenyum.

"Sudah-sudah, kalau saya lanjutkan ini malah mengganggu privasi Danilla." Mereka mengeluh sambil memasang wajah sedih. "Sekarang kamu boleh duduk, itu ada kursi kosong di samping Aidan." Tunjuk Bu Nia ke arah kursi kosong yang berada di barisan terdepan pojok kanan.

DANILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang