Hari Senin, hari yang sibuk untuk semua orang. Mulai dari anak sekolah, sampai orang kantoran. Hari Senin adalah hari yang melelahkan. Hari yang selalu penuh kejutan, mulai dari yang baik sampai yang buruk. Hari Senin adalah hari dimana jalanan akan sangat macet karena semua orang berlomba-lomba untuk sampai ke tujuannya dengan tepat waktu.

Dan disinilah Danilla, anak baru yang sedang terjebak macet di hari pertama sekolahnya. Seperti orang-orang pada umumnya, tentu saja ia panik bukan main. Jantungnya berdegup kencang, namun ia menyembunyikan hal tersebut dengan sikap tenangnya walaupun ia bisa merasakan telapak tangannya yang sangat dingin karena ketakutan. Perempuan tersebut bermain dengan ponselnya, mengusir rasa takut yang semakin menjadi-jadi.

"Nah kan, liat deh. Gara-gara kamu mandinya kelamaan, jadi telat gini." Omel Rika—mamanya. Danilla memutar bola matanya saat Rika tidak melihatnya.

"Mama juga dandan kelamaan." Gumamnya sambil melihat barisan mobil dan motor lewat jendela mobil.

Rika menoleh, "Apa kamu bilang?" Tanyanya dengan nada suara yang agak meninggi. Danilla menatap mamanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Lilie ga bilang apa-apa." Jawabnya dengan wajah polos. Melihat wajah anaknya, Rika pun terdiam lalu kembali melihat ke depan, menunggu mobil-mobil di depannya bergerak maju.

***

Setelah terjebak macet selama kurang lebih 30 menit, ia pun akhirnya sampai di sekolah barunya. Danilla dan Rika pun segera keluar dari mobil dan menuju ke ruang kepala sekolah. Setelah semua urusan selesai, ia menyalimi Rika lalu mencium pipinya. Perempuan tersebut pun segera pergi menuju kelasnya, namun saat di perjalanan menuju kelas, perutnya berbunyi lantaran sang pemilik tidak memakan sarapannya.

Ia memegangi perutnya, "Duh, gue makan aja dulu kali ya?" Gumamnya sambil memegang perutnya. Dan seketika rasa takutnya akan telat pergi ke sekolah pun lenyap dan kalah dengan rasa laparnya. Setelah bertanya-tanya kepada cleaning service yang berada di sekolah barunya tersebut, ia pun pergi ke kantin secepat mungkin.

Sesampainya di kantin, ia segera memesan makanan dan minuman. Ia memesan mie ayam dan es teh manis. Sambil menunggu pesanannya, perempuan tersebut memainkan ponselnya, mengetikkan sesuatu di sana sambil sesekali tersenyum tipis. Tiba-tiba ada yang duduk di samping dan di depannya. Danilla mendongak untuk melihat siapa yang telah berani untuk duduk di depannya.

"Cantik juga." Ucap seseorang yang duduk di depannya sambil menarik ujung bibir kirinya, membentuk sebuah senyuman yang menawan, namun menjengkelkan.

"Anak baru ya?" Tanya seseorang di sebelahnya.

"Oh, jadi ini anak barunya? Gue kira bakalan culun-culun gitu."

Jika kalian adalah perempuan, kalian pasti akan sangat risih kalau banyak laki-laki yang mengerumuni kalian. Itulah yang sedang ia rasakan, namun perempuan tersebut tetap bersikap seolah-olah ia tidak terganggu sambil memainkan ponselnya.

"Mainan hape mulu. Kitanya dicuekin. Namanya siapa atuh, Neng?" Tanya seseorang di sebelah kanannya sambil mengangkat dagu perempuan tersebut dengan jari telunjuknya. Danilla menepis tangan cowok tersebut dengan kasar hingga teman-temannya berseru,

"Uhhh ditolak."

"Tipe-tipe jual mahal."

"Ini nih, gue suka yang kayak gini."

"Danilla Aurellie Francisca." Ucap seseorang di depannya sambil membaca badge name yang terletak di baju sebelah kanan miliknya. Sontak Danilla yang tadinya sedang bermain dengan ponselnya pun segera melihat cowok yang berada di depannya.

"Nama lo cantik, kayak orangnya." Ucapnya sambil menatap sang pemilik nama dan tersenyum manis.

"Makasih." Jawabnya dengan nada jutek.

"Gue Althair, yang di sebelah kanan lo Kevin, sebelah kiri lo Satria, samping kanan gue namanya Agam, dan di sebelah kiri gue namanya Arya." Althair memperkenalkan dirinya dan teman-temannya satu persatu, namun ia tidak menggubrisnya bahkan untuk melihatnya saja ia enggan.

Makanan yang ia pesan pun datang. Althair dan keempat temannya pamit entah mau kemana. Tak lupa Althair mengusap-usap rambut Danilla.

"Oh iya, jangan panggil gue Althair, panggil Atha aja." Ucapnya sambil menepuk kepala adik kelasnya tersebut. Danilla terdiam lalu menatap Althair yang menjauh bersama keempat temannya.

D a n i l l a

DANILLAWhere stories live. Discover now