Tapi itu mustahil. Ini adalah kenyataan. Kenyataan yang harus dihadapinya.

Jimin mencoba berdiri dan berjalan tertatih keluar dari Rumah Sakit. Ia sempat kaget melihat kerumunan wartawan dan ARMY yang memenuhi lobi. Tapi ia memilih menghiraukannya dan berjalan lagi tanpa tujuan.

Setelah berjam-jam berjalan. Jimin merasa letih sekaligus lapar. Ia mengelus perutnya yang sejak tadi keroncongan. Ia berhenti di depan Supermarket sambil menatap 2 orang remaja yang sedang menyantap ramen.

"Chimmy?" Seorang anak kecil menarik-narik baju Jimin. Anak kecil itu menatapnya dengan kagum.

"Kau appa nya Chimmy kan? Yang berada di BT21. Eomma sangat menyukaimu. Appa ku iri padamu," ucap anak itu dengan polos. Jimin tersenyum gemas dan hendak mengelus puncak kepalanya.

"Jiyeon! Aigoo hampir saja copot jantungku.. kemana saja kamu?! Eomma hampir menelpon polisi!" seru seorang wanita muda yang sepertinya ibu dari anak itu.

Anak itu memeluk ibunya lalu menunjuk Jimin, "Eomma! Lihat ada appa Chimmy! Appa Chimmy!" serunya.

"Mwo? Ah chagi.. appa chimmy kan sedang sakit. Mana mungkin dia di sini.." wanita itu tersenyum kecut. Tampak dari raut wajahnya ia begitu sedih.

Lalu mereka pergi meninggalkan Jimin yang diam membisu. Napasnya tercekat.

Apa?! Dia tak melihatku? Batin Jimin.

Lalu Jimin celingak-celinguk mengamati sekitarnya. Memang sejak tadi ia merasa aneh karena orang-orang tak peduli dengan keberadaannya seakan tak melihatnya.

Jimin tak sengaja menembus tubuh seorang wanita di depannya. Lalu berlanjut dengan dua remaja tadi yang berjalan menembus tubuh Jimin.

"Y-ya apa yang--" Jimin terduduk lemas.

Apa yang sebenarnya terjadi?! Ini bukan mimpi? Batin Jimin. Ia mengamati sekitarnya lagi. Tetap tak ada yang mempedulikannya.

Jimin bangkit dan berjalan tertatih ke depan Supermarket itu lalu duduk di dekat pintu masuk.

Tak lama keluarlah Eunha. Ia tak sengaja tersandung karena kakinya sendiri. Jimin refleks menangkap Eunha.

"Oh?! Uwah hampir saja.." ucap Eunha sambil mengelus dadanya.

"Um.. mianhae tapi tanganmu.." Eunha menunjuk tangan Jimin yang berada di perutnya.

Jimin langsung menarik tangannya dan tersipu malu, "H-hati-hati.." ucapnya sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.

Ya Tuhan apa dia bisa merasakan lemak di perutku? Semoga saja tidak.. Batin Eunha menangis dalam hati.

Jimin tersadar. Ia bisa menangkap tubuh Eunha. Tapi kenapa? Harusnya Eunha juga menembus tubuhnya.

"Hm? Kau.. sepertinya aku pernah melihatmu. Tapi dimana ya?" Eunha mencoba mengingat-ingat dan teringat dengan sebuah foto Bangtan yang di pajang di kamar Jungkook. Itu adalah foto saat mereka pulang dari acara Grammy.

"Ah benar! Kau namja itu! Namamu... Jamin kan?" seru Eunha.

"Jimin.." ucap Jimin.

Eunha tersenyum senang. Ia menepuk pelan bahu Jimin, "Kalau begitu ayo pulang denganku," Ajak Eunha dan berjalan duluan.

Jimin mengikutinya dari belakang, "Pulang? Kemana?"

"Tentu saja ke Dorm."

***





"JIMIN-AH!" seru V dan melompat ke pelukan Jimin.

Jimin tak siap menangkapnya dan akhirnya mereka terjatuh dengan V yang menghimpit tubuh mungil Jimin.

"Jimin-ssi akhirnya kau pulang!" Jungkook melompat dan ikut menghimpit mereka.

Jimin meringis dan menatap RM yang tak jauh darinya, "T-tolong aku Hyung.."

"Hey hey dia baru sampai. Jangan mengganggunya," RM menarik Jungkook dan V agar menjauh dari Jimin.

Saat Jimin akan duduk, Suga mendorongnya hingga Jimin kembali tersungkur. Lalu Suga duduk di atas punggungnya dengan santuy. V dan Jungkook datang lagi dan menghimpit mereka berdua.

RM menatap mereka tak percaya. Sementara J-Hope dan Jin asik tertawa melihat tingkah konyol mereka.

Jimin? Tentu saja sangat kesal sampai wajahnya memerah. Apalagi kini J-Hope mulai mencubit pipinya dengan gemas.

"YAAAAA!! ENYAHLAH KALIAN!!!"

Ghost7Where stories live. Discover now