13 || PELAKOR

Mulai dari awal
                                    

Happy reading, don't forget to vote, comment, and share!

(◍_◍)

Being a bad boy doesn't mean you are stupid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Being a bad boy doesn't mean you are stupid. Look at me, I'm very smart!

(◍_◍)

Hari ini, aku akan membantu mengurus dokumen yang harus dibawa Petro untuk menuju rumah Karla, setelahnya aku akan ke rumah Kak Gadis, dan kemudian ke Bad Boy Cafe. Kejadian semalam membuatku terus memikirkan Bang Agum.

"Jadi beneran?"

"Iya, Bang Agum sama Kak Gadis udah putus."

"Kok bisa?"

"Nggak tahu deh, paling juga Bang Agum selingkuh."

"Pelakornya gimana ya? Seorang Kak Gadis yang sempurna kek gitu aja diduain."

Dadaku langsung merasa begitu sakit saat mendengar itu. Seorang Bang Agum tidak akan melakukan hal itu, dia sangat mencintai Kak Gadis. Bagaimana mungkin orang berpikir Bang Agum berselingkuh?

"Bagi gue, Gadis itu matahari di siang gue dan bulan di malam gue. Dia yang ngasih gue cahaya, Za. Dia ngajarin gue banyak hal, ngasih gue pandangan luas, dan bantu gue untuk berpikir terbuka. Gue nggak tahu apa yang terjadi kalau dia ninggalin gue," kata-kata Bang Agum teringat kembali.

Aku mendekat ke arah cewek-cewek yang sedang mengobrol di depan kelas. "Kalau ngomong dijaga! Emang lo punya bukti ngomong kayak gitu, hah?!" tanyaku yang geram.

Banyak anak menoleh karena suaraku yang lantang saat mengatakan itu. "Apa kalian semua? Gue nggak pernah peduli lo pada ngomongin kejelekan gue dari a sampai z, tapi sekali aja kalian ngomongin teman-teman gue. Jangan berharap bisa tenang ada di sekolah ini!"

Kenapa mereka mengatakan hal kayak gitu? Shameless!

(◍_◍)

"Nih, gue udah buatin lo kartu nama Coole Deutschsprachkurse, langsung tunjukin ya ntar. Piagam juara satu Olimpiade Bahasa Jerman sama sertifikasi internasional ini kayaknya cukup. Oh ya, foto lo sama bokap juga dibawa aja ntar pamerin ke nyokapnya Karla," ujarku seraya memilih-milih dokumen yang harus dibawa Petro.

"Gue harus banget pakai jas gini?" tanya Petro yang kini sudah memakai jas hitam.

Aku berdiri dan membantu merapikan jasnya. "Lah, gini dong rapiin."

"Za, kayaknya gua nggak jadi deh," kata Petro yang wajahnya tampak sangat pucat--dia begitu gugup.

"Pikirin Karla! Dia pasti udah dandan dan sekarang lagi lihatin jam karena nungguin lo," kataku.

"Sok tahu!"

"Lo nggak ingat mantan gue ada berapa? Gue udah cukup kenal sama cewek. Karla suka sama lo, dia nungguin lo. Mungkin aja sekarang lagi senyum-senyum bayangin lo," godaku seraya tertawa.

Bad Boy Cafe: Milly 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang