Saya Percaya

8 0 0
                                    

Bisa gak kita saling menceritakan isi kepala masing-masing hingga larut malam? Seperti biasa, seperti dahulu. Sepertinya makin hari nyawa yang ada pada kita mulai hilang berpergian. Entah itu dengan alasan lelah ataupun dengan alasan yang lain.

Bahkan sepertinya apa yang berusaha saya lakukan untuk membuat dia bahagia itu gak pernah cukup. Gak pernah membuat dia merasa apa yang saya kira. Padahal saya berharap—garis miring berekspetasi usaha yang saya lakukan akan membuat dia merasa manusia paling bahagia di semesta. Tapi ternyata enggak, ternyata saya salah, saya salah sekali. Bisa dibilang sangat berbanding terbalik. Memang selalu begitu ya kehidupan, namanya perjalanan. Tapi saya pernah dibuat menjadi manusia paling bahagia dan manusia paling sempurna kala itu. Seolah hanya saya, dibuat seolah hanya saya yang akan kekal pada dirinya. Lalu dengan bodohnya saya tersenyum meng-iyakannya. Saya percaya.

24/7Where stories live. Discover now