11. Keterkejutan penghuni istana

Mulai dari awal
                                    

"Anda sudah bangun, Putri?" seru sebuah suara.

"Apa yang aku lewatkan?"

Linda tampak berseri. "Anda tidak ingat, Putri?"

Li Xian menyernyit.

"Anda tertidur selama di kereta, Putri, lalu Yang Mulia Putra Mahkota menggendong anda sampai ke kamar," terang Linda menunduk malu.

Mata Li Xian melotot lebar. "Apa itu benar?"

Linda mengangguk cepat. "Bahkan hampir semua orang melihatnya, Putri, Yang Mulia Putra Mahkota sangat romantis," ujarnya kembali berseri.

Li Xian mencebik kesal. Apa tujuan Liu Xing Sheng sebenarnya, pasti karena perubahannya yang menjadi cantik, sehingga pria itu mulai menunjukkan kepedulian padanya, dengan artian sesungguhnya adalah tujuan menguasai kerajaan milik ayahnya segera terwujud. Dia mengerti sekarang. Baiklah dia akan mengikuti alur yang di buat oleh Liu Xing Sheng, tak terasa ujung bibirnya terangkat membentuk seringaian.

Setelah bersiap, Li Xian ditemani Linda bermaksud untuk berjalan-jalan di sekitar istana, karena selama dirinya berada di masa ini, dia belum mengetahui keseluruhan isi di dalam istana. Kini tatapan semua orang mulai segan padanya, mungkin karena perubahan yang terjadi dan juga karena perbuatan Putra Mahkota kemarin berhasil memberikan rumor bahwa dia menjadi wanita spesial bagi Putra Mahkota.

Dari sisi berlawanan terlihat ketiga Selir Putra Mahkota yang sedang berjalan ke arahnya, Li Xian sudah menduga apa yang akan terjadi, sehingga dia bersikap biasa saja.

"Bukankah kau sangat beruntung karena Putra Mahkota menggendongmu kemarin?"

"Kau pasti merasa besar kepala sekarang."

"Jangan berfikir Putra Mahkota akan berubah peduli padamu, karena sebenarnya kaulah yang menggodanya."

Ketiga Selir itu saling menggunjing dan menyindir Li Xian.

"Apa itu artinya kalian bertiga iri padaku?" balas Li Xian acuh.

"Kau?!" Shi Zhu menuding geram.

"Oh, apa selama ini kalian belum pernah merasakan digendong oleh Putra Mahkota?" ledek Li Xian pongah.

Terlihat Yenn i dan Nu Wa menegang. Mungkin ucapan Li Xian memang benar adanya.

Shi Zhu tertawa pelan. "Apa kau bilang? Putra Mahkota tidak pernah melakukan itu padaku? Apa kau bercanda?" tepisnya terkekeh. "Bahkan aku dan Putra Mahkota sudah melakukan hal yang lebih dari pada itu," imbuhnya tersenyum sinis.

Tidak bisa dipungkiri, ucapan Shi Zhu berhasil membuat suasana hati Li Xian tampak terganggu. 'Apa mereka sudah melakukan hal yang lebih lagi?' Lagi-lagi bayangan masa lalu saat Shizhu dan Yaoshan yang saat itu berstatus tunangannya sedang berciuman di belakangnya melintas. Tangannya terkepal kuat.

Memang apa yang salah? Shi Zhu juga merupakan istri dari Liu Xing Sheng, jadi sudah sepantasnya mereka melakukan hal yang lebih, atau lebih tepatnya melakukan hubungan suami istri. Li Xian membenci situasi itu, kenapa dia dihidupkan kembali sebagai istri seorang Putra Mahkota -yang bebas mempunyai banyak selir-, dia tidak ingin membagi suami dengan wanita lain.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Mampukah dia bertahan sebagai Putri Mahkota? Terlebih berbagi suami dengan para Selir?
Dan perasaan apa ini? Kenapa dia tidak rela Liu Xing Sheng bersama wanita lain? Apa dia mencintai Liu Xing Sheng sebagai Yaoshan?

"Kau memang beruntung Selir Shi, tapi meskipun begitu kau tidak akan pernah menjadi Putri Mahkota, karena statusmu disini hanya Selir. Akulah Permaisurinya di sini, hanya keturunanku yang akan meneruskan tahta," balas Li Xian sarkas, meskipun jauh dalam lubuk hati dia meragukan kalimatnya, apakah Putra Mahkota akan mempertahankan dirinya sebagai Putri Mahkota kelak? Atau akan membuangnya dan mengangkat Shi Zhu sebagai Putri Mahkota.

Shi Zhu menyalak tajam. "Kurang ajar kau, Li Xian! Kau lupa bahwa aku adalah saudaramu, tidak seharusnya kau berkata seperti itu padaku," hentaknya.

"Aku tidak akan lupa. Bahkan karena aku, akhirnya kau diangkat sebagai Selir di sini."

Jawaban dari Li Xian membuat Shi Zhu menggeram marah, otot lehernya mengeras mendengar kalimat sindiran dari Li Xian. Sejak kapan Li Xian berani padanya? "Apa kau lupa, bahwa Putra Mahkota sama sekali tidak pernah mencintaimu, bahkan Putra Mahkota dengan sangat amat terpaksa menerima perjodohan ini? Kalau bukan karena aku, mungkin kau akan menjadi perawan tua yang menjijikkan, Li Xian," balasnya menghentak.

"Aku sama sekali tidak akan melupakan itu. Jadi, jika kau berniat mengambil Putra Mahkota, silahkan. Aku tidak akan menghalangi kalian. Tapi aku tidak akan membiarkan posisi Putri Mahkota digantikan oleh kalian," tanggap Li Xian memperingati.

"Tenang saja, Li Xian, karena Putra Mahkota sendiri yang akan menyerahkan posisi itu padaku, dan kau, tidak akan dibutuhkan lagi di sini."

Li Xian mengangguk pelan. "Jadi, sebelum semuanya terjadi, bisakah kalian semua memanggilku dengan sebutan Yang Mulia Putri Mahkota?" tangkisnya menyerigai.

Ketiga Selir tampak terkejut, bola matanya membulat sempurna.

"Kau bermimpi?"

"Tidak. Karena aku sudah berdiri di depan kalian, jika aku bermimpi, kalian lebih dari sekedar bermimpi menginginkan posisiku," jawab Li Xian menyindir.

"Kau sungguh menyebalkan, Li Xian," sengit Yenn i kesal.

Li Xian menyeringai saat menangkap sesuatu di belakang ketiga Selir. "Apa kalian tidak takut dihukum karena memanggil Putri Mahkota dengan sebutan nama? Bagaimana kalau Putra Mahkota tahu?"

"Apa kau bilang?"

Kepala Li Xian menunduk hormat. "Salam, Yang Mulia," ucapnya ketika melihat kedatangan Liu Xing Sheng.

Kompak ketiga Selir berbalik dan memberi hormat.

"Sedang apa kalian?"

"Kami hanya mengunjungi Li Xian yang baru saja tiba dari perjalanannya, Yang Mulia," jawab Shi Zhu begitu manis, tapi begitu menjijikkan di mata Li Xian.

Liu Xing Sheng mengangguk. "Bagaimana keadaanmu, Li Xian?"
Pertanyaan dari Liu Xing Sheng terhadap Li Xian membuat ketiga selir melotot terkejut, apa itu artinya Putra Mahkota mengkhawatirkan keadaan Li Xian?

Li Xian tersenyum tipis, merasa di atas angin diperhatikan oleh Liu Xing Sheng. "Lebih baik, Yang Mulia, terimakasih," balasnya.

"Yang Mulia, anda baru saja tiba. Mau aku buatkan teh untukmu?"

"Ah, iya, Yang Mulia, apakah anda kelelahan setelah perjalanan jauh? Aku bisa memijat anda, Yang Mulia."

"Mau aku buatkan sup untukmu, Yang Mulia."

Bertubi-tubi pertanyaan bernada perhatian diberikan ketiga Selir pada Liu Xing Sheng. Li Xian mendengus serta mencibir melihat para penjilat melakukan aksinya. "Sepertinya anda terlihat membutuhkan itu, Yang Mulia, saya permisi," sindirnya, kemudian berlalu setelah memberi hormat.

Liu Xing Sheng memperhatikan kepergian Li Xian, biasanya Li Xian juga akan bertindak seperti para Selir, mencari perhatian dirinya. Tapi kini justru wanita itu pergi dan terlihat acuh terhadapnya.

Liu Xing Sheng menjadi risih di kerubungi para Selir, dia merasa jengah. "Aku ada urusan," ujarnya meninggalkan ketiga Selir yang mendengus kesal.

.

.

.

7 Juni 2020
Saskavirby

Li Xian EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang