Anita mengerjap, bingung menanggapi ucapan Zea yang panjang lebar tanpa memberinya kesempatan bicara.

"Apa di kotak susu tidak ada sidik jari sama sekali? Pengantar susu itu tidak mengenakan sarung tangan sepertinya." Zea mencondongkan tubuhnya sampai menyentuh meja. Lalu, ketika ahli forensik itu menggeleng, diletakkannya kening di meja. Lalu mengantuk-antukkannya dengan frustrasi.

"Ze ...." Anita sungguh khawatir dengan detektif itu.

"Aku rasa, pelakunya hantu. Bisa jadi, 'kan?" Zea mengangkat kepala, dan ganti meletakkan dagu di meja. "Seperti di cerita-cerita hantu itu. Di youtube juga banyak."

Anita berusaha menahan tawa, diletakkannya telapak tangan untuk membungkam mulut sendiri. Dia merasa kasihan tapi juga merasa lucu.

"Bisa kamu cek ulang semuanya, Anita? Tolong, jangan ada yang terlewat. Aku akan kembali ke TKP. Ini mulai membuatku merasa muak." Zea bangkit berdiri, lalu berbalik menuju pintu keluar. Ditariknya kenop pintu, kemudian menoleh lagi ke arah Anita. "Tolong cek sekali lagi. Semuanya ...." Kemudian, dia berlalu. Menarik pintu hingga menutup.

Anita terbengong sesaat, mengamati pintu yang tertutup sebelum tertawa lantang. Ditariknya salah satu berkas di atas meja, berkas di tumpukan terbawah. Nama Kaisar Hengkara tertera di label berkas. Diusapnya berkas itu perlahan.

"Hantu? Astaga!" Tawanya semakin menjadi-jadi. 

Tidak lama tawa itu terhenti, menyisakan napas tersengal-sengal. "Apa harus kukatakan sekarang?" Matanya menatap berkas di genggaman dengan senyum miring. "Atau sebaiknya tetap menjadi rahasia?"

Anita menghela napas, dilemparnya lagi berkas ke meja. Lalu tubuhnya bersandar pada kursi, mendongak dan memejamkan mata. "Lagi pula, Kaisar juga bukan orang yang benar-benar baik," bisiknya sendirian.

***

Sekali lagi Zea memasuki unit apartemen mewah itu. Menysir dari ruang depan, kamar tidur, sampai dapur. Mencoba mereka-reka kembali segala kemungkinan malam itu. Kaisar, dan siapa pun dia dengan size 40.

Zea tidak berani menyentuh apa pun, jangan sampai sidik jarinya terekam di saat tidak ada satu sidik jari pun yang ditemukan oleh Anita.

Memasuki kamar mandi, ruangan itu tetap terlihat memikat meski pernah ada seseorang yang mati di dalam bathtub. Apa ketampanan seseorang mempengaruhi keseraman kediamannya setelah dia mati? Ck!

Mati dan tidak diketahui siapa pembunuhnya.

Zea melongok ke dalam bathtub. Air di dalamnya masih terisi sebagaimana awalnya.

"Kaisar dengan tubuh sebesar itu." Dia bergumam, "Tergelincir. Karena butuh kekuatan lebih dari kekuatan Puri atau Aeera untuk mampu mendorongnya. Si size 40, sudah pasti lebih besar, seharusnya begitu, bukan?" Dipejamkannya mata, membayangkan tubuh si pengantar susu. 

Jika membayangkan si pengantar susu, tubuhnya sama tinggi, bahkan lebih tinggi dari Kaisar yang tingginya di angka 181cm. Itu jelas terlihat di rekaman cctv. Kekuatannya sudah pasti lebih dari cukup untuk mendorong Kaisar jatuh.

Sial! Andai saja si pengantar susu seorang perempuan, mungkin saat ini Zea sudah menunjuknya sebagai seorang tersangka. Namun, bagaimana penjelasan mengenai pakaian dalam ukuran 40? 

Zea membuka mata, kembali menatap ke arah bathtub, kemudian beranjak keluar dengan perasaan yang sia-sia.

Tiba di depan unit apartemen, seorang petugas berseragam polisi menyambutnya. 

"Sudah selesai, Reserse?" tanyanya dengan sikap hormat.

Zea menghela napas lelah, dirapatkannya jaket berwarna cokelat yang dikenakan, seraya memandang sekali lagi ke arah pintu yang masih terbuka. 

KEEP SILENT (Completed) - TerbitМесто, где живут истории. Откройте их для себя