Siapa yang Berbohong?

1.2K 212 12
                                    

Chen menekan bel di depan unit sebuah apartemen berkali-kali. Namun, tidak juga ada yang membuka pintu atau pun menjawab dari dalam sana.

Panik, kali ini dia menekan bel lagi sambil mengetuk pintunya berkali-kali.

"Nyari siapa, Pak?"

Chen menghentikan aksinya untuk menoleh ke arah seorang perempuan asing yang baru saja menyapanya.

"Kalau Bapak nyari Puri, dia sudah keluar beberapa waktu lalu."

"Keluar?"

"Iya, tadi dia keluar apartemen. Kebetulan se-lift."

Chen mengangguk meski penuh pertanyaan dalam benak, perempuan itu pun berlalu.

Ke mana Puri pergi? Chen benar-benar khawatir.  Apalagi semalam gadis itu meneleponnya hanya untuk mengatakan kalau Kaisar menelepon dan ingin bertemu.

Menyesal. Seharusnya dia mengirim gadis itu secepatnya ke psikiater, bukan mempertahankan kewarasan yang sulit untuk dipertahankan.

"Ke mana kamu, Puri?" gumamnya sendirian seraya berpikir keras.

Tidak lama kemudian langkahnya sudah terayun meninggalkan unit apartemen. Berjalan menuju lobi dengan kepala yang penuh. Tiba di lobi, ponselnya berdering. Ditariknya benda pipih itu dari saku mantelnya, menemukan nama Anita tertera di sana.

"Ya, Anita?" Chen menghentikan langkah.

"Zea tadi menemuiku. Dia bertanya tentang kemungkinan bukti-bukti baru yang kutemukan. Kenyataannya, tidak ada!"

"Lalu?"

"Dia bilang pelakunya hantu karena tidak meninggalkan jejak sedikit pun. Aku rasa kamu harus bercakap dengannya, berikan konseling untuk otaknya yang agak berantakan."

Chen tertawa. Senang karena di sela pikirannya yang mumet sebab tidak ada petunjuk tentang keberadaan Puri, ada cerita yang bisa membuatnya tertawa lepas.

"Kenapa tertawa? Zea bilang dia bakal ke TKP selepas dari tempatku. Entahlah, apa dia sungguh sebegitu tidak percayanya dengan hasil yang kusodorkan padanya? Ck! Menyebalkan!"

TKP? Artinya apartemen Kaisar? Astaga! Seharusnya sejak tadi tempat itu terpikirkan olehnya. Tanpa menunggu lama Chen memutus telepon, bahkan sebelum Anita menyelesaikan panggilan.

Tangan Chen segera bergerak mencari nomor telepon Zea di ponsel, memanggil begitu nomor itu ditemukan. Syukurnya, Zea langsung menyahut tanpa menunggu lama.

"Zea!" seru Chen begitu panggilannya disambut.

"Chen!" Zea memotong ucapannya. "Bagaimana bisa kamu memberikan obat untuk Puri, padahal kamu tidak memiliki kompetensi untuk itu?"

Chen terdiam terdiam, tidak menyangka dengan apa yang didengarnya barusan.

Tidak lama kemudian detektif itu berkata lagi, "Apa kamu sedang melakukan sebuah kejahatan yang tidak kuketahui?"

Chen menghela napas. "Kita bahas nanti. Aku hanya mau bertanya, apa kamu di apartemen Kaisar?"

"Ini penting!"

"Ini juga penting! Apa kamu di apartemen Kaisar?"

"Ya ...."

"Puri ada?" Chen bertanya penuh harap.

"Gadis itu, sedang meraung-raung di depan garis polisi yang melintang."

Napas Chen terhela lega. "Tunggu aku, aku akan segera ke sana!"

Chen masih mendengar Zea memanggilnya, tapi diabaikan. Setengah berlari dia menuju tempat di mana mobilnya terparkir.

Tidak lama kemudian, Chen sudah berada di gedung apartemen Kaisar. Keluar dari lift, dilihatnya Zea yang berdiri tidak jauh dari sana. Di kejauhan, suara rintihan juga tangisan terdengar menyanyat telinganya.

KEEP SILENT (Completed) - TerbitDonde viven las historias. Descúbrelo ahora