Panas

2.2K 279 72
                                    


Sudah ya sedih-sedihannya, sekarang kita happy-happy aja. Kan habis kkul fm yoonmin 🥳🥳🥳

Happy reading

.
.

Semalam-malaman aku tidak tidur lagi setelah itu. Aku sudah terbiasa begadang, apalagi bila sedang bersama Namjoon dan Hoseok dalam studio mengerjakan lagu. Namun kali ini aku begadang untuk alasan yang berbeda. Aku takut tertidur dan dihantui mimpi buruk itu.

Namun aku lebih mengkhawatirkan Jimin, dia juga memilih tidak tidur menemaniku. Ia terus menerus bertanya tentang mimpiku, tapi aku mengelak. Sampai akhirnya pria itu menyerah dan tidak berkata-kata lagi. Kami menghabiskan malam dengan menonton TV dalam diam.

Ketika ufuk langit berubah kemerahan menandakan pagi yang menjelang, dia memecahkan keheningan. "Aku ingin ber yoga," katanya bangkit dari sofa setelah berjam-jam bergelung di sana.

Mataku mengikuti langkahnya berjalan ke kamar mandi, bersiap menggosok gigi. Mungkin aku juga butuh yoga untuk menenangkan saraf yang terlalu tegang. "Aku ikut." Jimin kelihatan agak kaget tapi tidak berkata apapun.

Hari masih terlalu pagi, untungnya seorang instruktur yoga bersedia menemani kami. Belum ada tamu lain, ini akan menjadi sesi privat kami berdua.

"Have any of you do yoga before?" tanya sang instruktur.

"Yes." Jimin menjawab singkat.

"No," aku menggeleng, pertama kali untukku melakukan yoga.

"It's okay. I'm going to do simple and basic poses. It will be easy for you." Sang instruktur tersenyum cerah kepadaku. Aku membalas sopan senyumannya.

Saat aku mengerling, ada semburat merah di pipi Jimin dan tatapan aneh di matanya.

Bukan salah gerakan yoganya, pose-pose ini memang sederhana. Badanku yang memang kaku dan jarang berolahraga. Berkali-kali sang instruktur memperbaiki pose badanku agar sesuai dengan arahannya.

Berkali-kali juga wajah Jimin semakin bertambah merah. Seolah menahan sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan gerakan yoga. Dia melakukan semua pose dalam keanggunan, pasti berkat latihan tari bertahun-tahun.

Jimin nampak mempesona bahkan dalam keadaan berkeringat. Legging hitam ketat yang mencetak paha nan kokoh dan bokong bulat sempurna. Kaus longgar sesekali menampilkan perut kotak samar serta kulit putih mulus. Sungguh sama sekali bukan gerakan yoganya, tapi memang aku tidak bisa berhenti melihat dan memikirkan laki-laki ini.

Apa rasanya kalau aku meremas bokong indah itu? Bagaimana suaranya ketika ia mendesah, melenguh saat kucium basah bibir merahnya? Apakah dia akan menggelinjang saat aku meraba perut ratanya dalam sebuah tarian panas?

Berhenti! Min Yoongi, tahan pikiran kotormu! Jangan mempermalukan dirimu sendiri di hadapannya dan orang lain. Aku mengambil napas panjang-panjang, mencoba berfokus lagi pada pose yang seharusnya kulakukan.

"Mr. Min, please lift your hip higher," sang instruktur bersiap mendatangiku sekali lagi.

"I'll do it." Jimin lebih cepat bergerak. Dalam sekejap dia sudah berada di sampingku, kedua tangannya mencengkam pinggulku dan mengangkatnya dengan lembut. Aku tersentak panik saat kurasakan jemarinya di tubuhku, tenggorokan tiba-tiba terasa kering.

Sejenak pandangan kami beradu, nampaknya perasaan aneh ini bukan diriku semata. Nafasnya tercekat, dengan mata yang membola. Entah berapa lama kami bertatapan, lalu dia berdeham, "Jangan terlalu tegang, Hyung," bisiknya. Ia mengangkat tangannya dari pinggulku dengan sangat perlahan, seolah enggan.

Travelling Buddy - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang