Danau dan Tebing

2.4K 314 60
                                    


Selamat datang di chapter berikutnya.

Happy reading.
Semoga suka.

.
.

Malam itu, kami kembali tidur berpelukan. Jimin bahkan tidak perlu meminta. Begitu berbaring di ranjang, aku langsung tahu bahwa ia sangat membutuhkan dekapan.

Dia nampaknya masih trauma, sejak kembali kemarin sore ia tidak banyak bercakap-cakap. Aku jadi kehilangan senyum yang manis dan keriangan di wajahnya.

Nampaknya aku harus berbuat sesuatu untuk mengembalikan mood nya. Maka pagi ini aku mengajak si pria Busan ikut hunting foto ke beberapa lokasi yang sudah aku incar sejak masih di Korea.

"Boleh, Hyung? Aku tidak akan mengganggu dirimu?"

"Tentu tidak. Kau sama sekali tidak mengganggu, malahan membuat aku semakin menikmati liburan ini," jawabku sambil mengusak rambutnya.

Jimin berpikir sejenak menimbang-nimbang lalu mengangguk setuju, dan kami bersiap berangkat.

.

Tempat pertama yang kami datangi adalah Danau Beratan dengan Pura Ulun Danu. Sejak pertama kali merencanakan berlibur ke Bali, aku sudah ingin memotret tempat ini. Suatu danau yang tenang dengan puranya, menurutku ini sangat Bali sekali.

Sayangnya baru sebentar menikmati suasana damai, datang sekelompok turis dari Cina. Bukannya aku tidak menghargai sesama turis, tapi segerombolan orang sungguh tidak sesuai dengan konsep foto danau tenang yang kurencanakan sebelumnya.

Jadi kuajak Jimin menyusuri jalan setapak menghindari kerumunan. Di ujung jalan kecil ini suasananya lebih sepi dan bagusnya, aku jadi bisa memotret dengan sudut pandang yang berbeda.

 Di ujung jalan kecil ini suasananya lebih sepi dan bagusnya, aku jadi bisa memotret dengan sudut pandang yang berbeda

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Jimin sepertinya juga mulai tertarik dengan fotografi, kulihat dia memotret berbagai sudut dengan ponselnya. Aku sarankan beberapa trik sederhana, anak itu cepat belajar. Dengan cepat dia menguasai trik-trik itu, dan hasil fotonya terlihat bagus.

Cuaca di sini tidak sepanas di Nusa Lembongan kemarin, tapi tetap saja kegiatan fisik seperti ini menguras tenagaku. Kami berteduh di sebuah gazebo, sambil melihat lagi hasil foto-foto yang sudah diambil.

Sepertinya rencanaku berhasil, Jimin mulai banyak tersenyum. Ketika melihat kilau senang di matanya, terbersit dalam otakku untuk mengetahui siapa sebenarnya Park Jimin? Kusadari aku belum benar-benar mengenalnya walaupun sudah 2 malam kami tidur berpelukan satu ranjang.

"Kau tinggal di Seoul?" Rasa penasaranku tidak bisa kutahan.

"Ada apa, kok tiba-tiba?" Ia mendongak dari layar ponselnya.

"Tidak ada, kita sudah bersama-sama terus beberapa hari ini. Mungkin baik kalau saling mengenal." Aku mengangkat bahu.

"Benar juga," ia tersenyum, "Aku tinggal di Seoul sejak masuk kuliah."

Travelling Buddy - COMPLETEDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora