10. Perjalanan menuju Istana

Start from the beginning
                                    

Li Xian mendongak, matanya berbinar serta mulutnya terbuka melihat bunga-bunga jatuh melewatinya, tangannya terbuka untuk menikmati sapuan bunga-bunga itu.

Sedangkan Liu Xing Sheng terdiam menikmati kelopak bunga bertaburan ke sekelilingnya, atau mungkin lebih tepatnya menikmati pemandangan wanita di hadapannya yang tengah terpesona dengan apa yang telah dia lakukan terhadap bunga-bunga itu, membuat hujan buatan dari bunga.

Linda yang berada di sisi kereta kuda tersenyum melihat pemandangan dimana Putra Mahkota dan Putri Mahkota berdiri berhadapan dengan taburan bunga. Pasangan yang sangat manis. Tak beda jauh dengan para prajurit dan panglima, merekapun turut bahagia melihat pasangan itu.

"Bagaimana kau melakukannya, Yang Mulia?" Li Xian bertanya seraya tetap memperhatikan bunga yang masih berjatuhan.

"Apa kau senang?"

Kepala Li Xian mengangguk cepat. "Ini sangat indah."

Liu Xing Sheng tersenyum melihat wajah gembira dari Li Xian, siapa yang menyangka bahwa Li Xian yang sedang tersenyum dengan mata berbinar begitu memukau, kecantikannya seakan bertambah berkali-kali lipat. Ekor matanya menangkap para prajurit yang sedang memperhatikannya dan juga Li Xian, seketika wajahnya meredup. "Sudah waktunya kembali," ucapnya kemudian.

Li Xian menoleh. "Tidak bisakah kita lebih lama di sini, Yang Mulia," pintanya memohon.

Liu Xing Sheng tersenyum. "Aku akan membawamu ke sini lain waktu."

Li Xian tertegun, apa dia tidak salah dengar? "Bukan begitu maksudku, Yang Mulia," ralatnya cepat.

Liu Xing Sheng tidak menanggapi, dia berjalan meninggalkan Li Xian untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan Li Xian yang mengikutinya sesekali menoleh ke belakang, seakan tidak rela untuk berpisah dengan bunga-bunga indah itu.

°°°

Dalam perjalanannya Liu Xing Sheng merasakan seperti ada yang tengah memperhatikannya, tiba-tiba sebuah anak panah melesat menembus tirai kereta kuda.

"Aaaaa.." teriak Li Xian dan Linda yang terkejut mendapati anak panah hampir mengenainya.

Liu Xing Sheng membalik kudanya menghampiri Li Xian. "Kau baik-baik saja, Li Xian?"

Li Xian membuka tirainya. "Aku baik-baik saja, apa kita diserang?"

Liu Xing Sheng menghembuskan nafas lega melihat Li Xian baik-baik saja. Kemudian kepalanya mengangguk  "Sepertinya begitu, tetaplah di dalam, jangan pernah keluar," titahnya tak ingin dibantah.
Para prajurit mulai mengambil posisi mengelilingi kereta kuda, beberapa orang berpakaian hitam mulai muncul dari berbagai arah, pertarungan pun tidak bisa dihindari lagi.

Suara pedang yang bergesekan menjadi melodi yang meyayat hati, ditambah rintihan para manusia yang terkena sabetan pedang membuat irama yang mengerikan.

Linda gelisah di tempatnya, dia benar-benar takut. "Putri, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?"

Li Xian terus mengamati dari balik tirai, beberapa prajurit kerajaan mulai tumbang, karena jumlah mereka yang cukup banyak. Mungkin kalau para prajurit yang sebelumnya berada di perbatasan ada di sana, mereka akan menang jumlah. Li Xian mengambil pedangnya, membuat Linda diserang panik.

"Putri, apa yang akan anda lakukan? Tolong jangan buat saya khawatir, Putri," Linda memohon agar Li Xian tidak lagi ikut bertarung.

"Linda, kau lihat, pihak kita kalah jumlah, kalau dibiarkan mereka bisa mati, Linda, aku tidak ingin mereka mati karena melindungiku."

"Tapi, Putri, memang itulah tugas mereka, melindungi anda, Putri."

"Tetap di sini, Linda," perintah Li Xian, dia beranjak membuka tirai dan turun dari kereta kuda. Menghiraukan teriakan Linda yang berusaha mencegahnya.

Li Xian terus mengayunkan pedangnya ke arah para musuh, lagi-lagi Liu Xing Sheng merasa marah dengan kenekad-an Li Xian yang tidak mendengarkan perintahnya.

"Li Xian?!"

"Bukan waktunya untuk mengomel, Yang Mulia," tangkis Li Xian kembali mengayunkan pedangnya.

Hari mulai gelap, namun pertarungan belum juga usai, beberapa prajurit dan musuh sudah banyak yang tumbang. Li Xian merasakan tenaganya terkuras habis, dia mulai lelah. "Kenapa jumlah mereka banyak sekali," keluhnya.

Li Xian yang mulai kehilangan tenaga membuat musuh dengan mudah mengalahkannya, saat itulah sebuah pedang hendak menggores tubuhnya, namun dengan cepat Li Xian menghindar dengan memutar tubuhnya, menyebabkan gelungan rambutnya terkena pedang, membuat rambutnya yang panjang terurai, serta beberapa helai rambutnya terpotong. Li Xian menatap beberapa rambutnya terjatuh ke tanah, kemudian menatap sang pelaku yang tengah menyeringai padanya. "Kau memotong rambutku?" desisnya tajam.

"Seharusnya kau tidak ikut campur, Putri, lebih baik kau bersembunyi di balik ketiak Putra Mahkota," ejek sang lawan.

Kedua bola mata Li Xian memerah, dia benar-benar marah. Dengan gerakan cepat dia kembali menyerang, lawannya kali ini memang lebih sulit dari sebelumnya, membuat dirinya kuwalahan. Tenaganya semakin menipis, dia tidak akan sanggup meneruskan.

Liu Xing sheng segera menghampiri Li Xian, mengambil alih untuk menyerang musuh yang sebelumnya melawan Li Xian. Li Xian berjongkok menetralkan nafasnya, menghirup udara banyak-banyak untuk mengisi paru-parunya.

Setelah berhasil mengalahkan musuh, Liu Xing Sheng menghampiri Li Xian. "Li Xian, kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir.

Li Xian mendongak. "Aku sungguh lelah," keluhnya seraya berdiri tegak. Tangannya terulur menggulung rambutnya yang terurai, menggunakan tusuk konde pemberian permaisuri sebagai penahan agar tidak jatuh. "Apa mereka sudah pergi?" tanyanya.

Liu Xing Sheng mengangguk. "Naiklah, kita akan melanjutkan perjalanan menuju istana."

Kali ini Li Xian mengangguk dan tidak membantah, dia benar-benar lelah dan ingin segera tidur.

"Anda baik-baik saja, Putri?" tanya Linda yang nampak khawatir melihat wajah lelah Li Xian.

"Aku lelah, Linda, biarkan aku istirahat," jawab Li Xian parau.

Linda bergegas memijit tangan Li Xian. "Tidurlah, Putri."

Tanpa menjawab, Li Xian sudah memejamkan matanya, dan benar, tak berapa lama dirinya sudah tertidur.

.

.

.

5 Juni 2020
Saskavirby

Li Xian EmpressWhere stories live. Discover now