"Anda mau kemana, Putri?"

"Aku akan membantu para prajurit."

Linda menggeleng. "Jangan, Putri, itu terlalu berbahaya," cegahnya.

"Aku akan baik-baik saja Linda, percayalah."

"Tapi, Putri, anda tidak bisa menggunakan pedang."

"Linda, jangan menghalangiku," hardik Li Xian tajam.

Linda terdiam dan membeku, dia hanya bisa berdoa saat Li Xian mulai berjalan keluar penginapan. Kenapa Tuan Putrinya sekarang begitu nekad, bahkan dulu dia selalu takut jika ada perkelahian. Tapi sekarang?

Li Xian berlari, terdengar bunyi yang begitu nyaring saat dia membuka sarung pedangnya. Bergabung dengan para prajurit untuk menumpas para pemberontak, dengan lihai dia mengayunkan pedangnya, sama sekali tidak merasa takut ketika pedangnya berhasil memakan korban.

Beberapa prajurit terkejut dengan kehadiran Li Xian di tengah-tengah mereka.

"Putri, sebaiknya anda pergi dari sini," ucap salah seorang prajurit.

"Diamlah. Kau fokus saja dengan pedangmu," tangkis Li Xian memeringati.

Seketika sang prajurit tersentak saat pedangnya hampir terlempar karena serangan dari pemberontak. Dia begitu terpukau oleh kemampuan Putri Mahkota yang bisa membaca serangan, bahkan di saat dia melawan musuh masih sempat memperhatikannya.

Li Xian terus mengayunkan pedangnya, beberapa darah mengenai tubuhnya, membuat hanfunya terkena bercak darah di sana-sini.

Ekor mata Liu Xing Sheng menangkap sesuatu seketika kedua bola matanya melebar melihat Li Xian turut serta dalam peperangan. Dia segera menghampiri seraya tangannya yang terus berayun untuk menangkis serangan musuh. "Li Xian, apa yang kau lakukan?" hardiknya keras.

Li Xian menoleh sekilas. "Bermain-main," jawabnya asal.

"Pergi dari sini, Li Xian."

"Aku belum puas dengan permainanku, Yang Mulia."

Liu Xing Sheng merasa dongkol dengan sifat keras kepala Li Xian, tidak tahukah bahwa dia mengkhawatirkan keselamatan wanita itu? "LI XIAN," hentaknya keras ketika berdiri tepat di depan Li Xian.

Li Xian berjengit, netra teduhnya menatap netra legam pria di hadapannya yang tampak menggelap, membuat nyalinya menciut. Saat itulah dia melihat musuh hendak menyerang Liu Xing Sheng, dengan gerakan cepat dia melempar pedangnya ke arah Liu Xing Sheng, hanya berjarak beberapa senti dari telinga Liu Xing Sheng.

Liu Xing Sheng membeku saat Li Xian melemparkan pedang ke arahnya, kedua matanya membelalak. Namun kemudian dia tersadar saat pedang itu melewatinya, dan mengenai musuh yang berada di belakangnya.

Li Xian berjalan melewati Liu Xing Sheng, mengambil pedang yang sebelumnya dilempar menancap tepat di leher musuh, menyebabkan musuh meregang nyawa. "Kau harus lebih fokus, Yang Mulia," ujarnya menatap Liu Xing Sheng yang membeku.

Liu Xing Sheng bergeming, bagaimana bisa Li Xian sehebat itu? Sejak kapan dia bisa menggunakan pedang? Dia benar-benar takjub dengan Li Xian yang sekarang. Dia benar-benar terpesona.

Masih dalam mode terpesonanya terhadap Li Xian, ekor matanya melirik musuh mengarah padanya, Liu Xing Sheng menganyunkan kembali pedangnya. Dengan sesekali dia mengawasi Li Xian yang juga tengah bertarung di belakangnya.

Beberapa musuh mulai tumbang, Liu Xing Sheng memperhatikan Li Xian yang begitu piawai mengerakkan pedangnya, begitu anggun ketika tubuhnya ikut bergerak berputar menghindari serangan musuh, serta rambut panjangnya yang berkibar-kibar terkena angin yang dia ciptakan sendiri. Langkahnya semakin mendekat ke arah Li Xian saat melihat Li Xian kuwalahan menerima serangan bertubi-tubi, membantunya menghabisi para musuh.

Li Xian EmpressWhere stories live. Discover now