Part 2

16.4K 749 27
                                    

   Walaupun saat ini kamu belum mencintaiku, tapi aku yakin suatu saat cinta itu pasti akan tumbuh dengan sendirinya, kapan itu? Ya hanya Allah yang tahu. Tugasku sekarang hanyalah berusaha dan terus berdoa'

~~~
 
      Ya Allah betapa malunya saat mengetahui bahwa ternyata pria itu adalah suamiku, akupun juga tadi tak mendengar suara ijab kabulnya, ah mungkin aku terlalu banyak melamun tadi.

Sekarang kami sudah berada digedung tempat berlangsungnya acara pernikahan ini. Berdiri disampingnya sungguh membuatku sangat gugup, apalagi lihat muka datarnya dia, tampan sih tampan tapi lebih tampan lagi kalau tuh muka nggak datar gitu, senyum ngapa!

"Heumm, aku kesana dulu ya mau nyamperin sahabatku," ucapku yang masih diliputi rasa gugup.

"Heumm,"  hanya suara deheman lah yang keluar dari mulutnya, setelah itu akupun langsung ketempat dimana Firsya dan Nadia berada.

"Ngapain kamu kesini Han? " tanya Firsya kepadaku

"Emangnya kenapa salah ya? " Tanya ku balik

"Nggak apa-apa sih, tapi Hanasya Qhumairah Zahra nggak baik kali ninggalin suami tampanmu sendirian disana,"

"Iya nih Hana, lagian ya kalau aku jadi kamu nggak maulah aku jauh-jauh dari suami kayak gitu udah tampan, mapan, tinggi lagi tipeku banget loh," ucap Nadia sambil senyum-senyum

"Aku laporin mas Arya baru tahu rasa kamu," ucapku dengan nada mengancam

"Ih kamu mah aku kan cuma becanda doang, lagian harusnya kamu itu bersyukur Hana bisa nikah sama Afnan banyak lohh perempuan diluar sana yang mau sama dia,"

"Ih omongin yang lain kek, nggak usah dulu bahas kak Afnan, lagian dia juga nggak sendiri ada temannya juga,"

"Han, suamimu itu baik nggak sama kamu?" Tanya Firsya tiba-tiba

"Hm kalau masalah baik atau nggaknya aku juga nggak tahu sih Sya karena aku juga baru kenal sama kak Afnan, kan kamu tahu aku dan kak Afnan itu dijodohin. Tapi sekarang sih sikapnya masih dingin ke aku, mukanya itu datar banget nggak ada senyum-senyumnya ke aku," ucapku dengan nada sedih

"Sabar ya Han, aku doain semoga hubungan kalian baik-baik aja, dan cepat kasih kita berdua keponakan yang imut ya," ucap Firsya menggodaku, mungkin saat ini wajahku sudah memerah untung saja aku memakai cadar jadi tak ada yang bisa melihatnya.

"Ishh apaan sih Sya hubungannya dulu yang diperbaiki setelah itu baru ngomongin soal anak," ucapku diselingi rasa malu

"Lagian kalau mau minta ponakan tuh sama Nadia, diakan udah lama nikahnya bukan sama aku yang baru nikah," lanjutku

"Ihhhh kenapa bawa namaku lagi coba, kalau mau keponakan yang sabar yah masih proses soalnya Hehehehe," ucapnya sambil cengengesan

Yah diantara kami baru Nadia dan aku yang sudah menikah, kalau Firsya lagi tunggu jodoh dianya.

~~~

Pukul 20:00

Tak terasa akhirnya selesai juga acara resepsi pernikahanku, kali ini aku dan kak Afnan menginap di Hotel yang telah disiapkan oleh orangtua kak Afnan. Sambil menunggu kak Afnan membersihkan badannya aku pun memilih membuka aplikasi Wattpad untuk menghilangkan rasa bosanku dan tentunya rasa gugupku juga. Jujur malam ini aku sangat gugup bagaimana tidak inikan malam pengantin kami malam yang horor bagiku Hehehehe. Aku yang notabene nya nggak pernah dekat sama laki-laki yang bukan mahramku dan sekarang harus sekamar dengan laki-laki yang baru kulihat wajahnya pas selesai ijab kabul tadi walaupun dia suamiku tetap saja aku merasa. Kudengar suara pintu terbuka dari kamar mandi, rupanya kak Afnan telah selesai membersihkan badannya.

"Sekarang giliran kamu mandi, aku nggak suka ya sekamar sama orang yang bau," ucap kak Afnan dengan tampang datarnya tanpa menatap kearahku.

"Iya kak," 
 
Huh, emangnya aku bau apa? Walaupun nggak mandi aku tetap wangi kali.

Akupun langsung bergegas kekamar mandi untuk membersihkan badan yang sudah agak keringetan Ini.

Setelah mandi dan memakai pakaian lengkap dengan cadarku, jujur aku masih malu membuka cadarku didepan kak Afnan, akupun keluar dari kamar mandi dan tak mendapati kak Afnan, kemana perginya tuh orang mana nomor handphone nya nggak ada lagi sama aku. Yaudah deh daripada bosan lebih baik lanjutin cerita wattpad yang aku baca tadi.

"Heum," suara deheman seseorang, akupun langsung mengarahkan pandanganku kearah suara itu, ternyata itu kak Afnan sungguh aku sangat kaget aku tak melihat dia masuk kekamar ini.

"Kok kakak udah ada disini sih, aku nggak liat loh kakak masuknya," ucapku sambil melihat si Ceo dingin itu, lihat saja mukanya sampai sekarang nggak pernah ada senyum-senyumnya, sabar Hana sabar dia itu suamimu nggak baik ngomongin suami gitu.

"Gimana kamu mau lihat saya, kamu saja dari tadi sibuk mainin HP kamu," ucapnya masih dengan wajah datarnya

"Oh iya kakak dari mana tadi?"

"Dari pesan kamar hotel,"

"Untuk siapa kak?" Tanyaku lagi

"Untuk saya lah untuk siapa lagi,"

"Kan udah ada kamar ini kakak ngapain pesan kamar lain lagi?" heran deh liat tingkah pangeran kutub ini,  ehhh Astaghfirullah .

"Emangnya kamu mau sekamar sama saya?" tanyanya lagi, sungguh aneh banget pertanyaannya siapa juga yang nggak mau sekamar sama suaminya, tapi aku juga malu sih Hehehehe...

"Lagian ya kita itu nggak saling cinta, pernikahan ini itu cuma bakti kita ke orangtua.  Aku juga udah punya pacar tapi hubunganku dan dia tak direstui oleh papa dan mama mereka itu inginnya aku nikah sama kamu ya terpaksa aku turutin kemauan mereka, tapi kamu jangan harap aku bakal cinta sama kamu, ingat itu! Lagian heran deh sama papa dan mama kenapa coba milih kamu yang nggak ada menariknya sama sekali pake cadar lagi, aku itu nggak suka ya perempuan kayak kamu,"

setelah mengucapkan itu kak Afnan pun pergi tanpa mengerti perasaanku sama sekali, sungguh selain wajah dinginnya ternyata mulutnya lebih pedas lagi sampai-sampai air mata yang sedari tadi kutahan saat dia mulai berkata pedas kini sudah jatuh bercucuran dikedua pipiku, apa tadi yang dikatakan oleh sahabatku Nadia aku beruntung bisa mendapatkan dia, ini beruntung dari mana coba??? Yang ada diawal pernikahan aku sudah mengeluarkan air mata karena dia. Kak Afnan bilang apa tadi?  Kita tak saling cinta?? Dialah yang tidak mencintaiku, sementara aku Perlahan-lahan mulai jatuh cinta kepadanya saat dia telah resmi menjadi suamiku.

CEO Dingin Dan Wanita Bercadar Where stories live. Discover now