00―Joanna Arrabella

1K 162 53
                                    

"Aku pikir semuanya akan terus baik-baik saja, sebelum aku menyadari kalau rasa nyaman ini tidak lagi sama seperti sedia kala." ― Joanna

***

Joanna Arrabella Winata (Joan/Abel)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joanna Arrabella Winata 
(Joan/Abel)


People said having guy bestfriend is the best.

That aren't actually wrong.


Aku punya dua. Sahabat cowok yang selalu ada kapanpun dan dimanapun mereka dibutuhkan. Awalnya kami cuman bertiga, kemana-mana selalu bareng karena sejurusan dan saling berusaha untuk dapat kelas yang sama.

Kalau kata Daniel. "Cari orang yang sefrekuensi itu susah, jadi lo berdua harus sabar-sabar sama gue selama 4 tahun ke depan. Kalau perlu cari Dosen PA dan Dosbing yang sama juga buat skripsi nanti!"

Dia bilang gitu waktu pertama kali kita bertiga dihadapkan dengan penyesuaian sebagai mahasiswa baru. Semester dua, saat-saat menjelang war KRS-an.

Dikampus tempat aku menimba ilmu, memang tidak menyediakan paket-mata kuliah seperti beberapa Universitas. Mahasiswa sudah dipaksa menjadwal sendiri waktu kelasnya dan memilih mata kuliah yang diinginkan. Asalkan, jumlah SKS yang diambil harus tetap berpegang teguh pada IPK di semester sebelumnya.

"Ngambil berapa SKS, Bel? IPK kemarin diatas 3 kan?"


Itu Vino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Itu Vino. Sahabatku yang nomor satu. Disaat orang-orang biasa memanggilku Joan, Vino sendiri yang memanggilku Abel. Katanya, sudah jadi kebiasaan lama. Ya tidak salah sih, karena selain menjadi sahabatku, Vino juga merangkap sebagai tetanggaku sejak aku pindah ke rumah kosong di samping rumahnya.

Keluargaku memang biasa memanggilku Abel sejak kecil, hingga membuat nama itu terbiasa terlontar kala kedua orangtuaku hendak mengenalkanku pada beberapa tetangga baru atau kenalan-kenalan mereka. Begitulah, pada akhirnya Vino selalu memanggilku Abel.

"Woy, malah bengong."

Sebuah toyoran kecil itu sukses membuatku mendelik sengit ke arah Vino yang malah dibalas dengan tatapan tanpa rasa bersalah.

Antropologi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang