Prolog

337 18 5
                                    

"kemana ibu?" Tanya seorang remaja wanita pemilik manik mata berwarna kebiruan.

"Ayah, kemana ibu? Ini udah 3 hari ibu nggak pulang ke rumah, Yah." Ucapnya mendesak lelaki paruh bayah, yang ia panggil ayah.

Rangga, ayah yang dikenal Zauda sebagai sosok yang tegas saat ini berubah 180 derajat, tampak lesu dan terlihat menyedihkan.

Sorot matanya memperlihatkan guratan kesedihan yang tak dapat Zauda gambarkan.

"Ayah.." rengek Zauda kepada Rangga, meminta jawaban.

"Cukup Zauda, ibumu menginap di rumah nenek." Bentak Rangga, menghela nafas gusar.

Zauda menunduk menahan tangisnya yang akan pecah.
Ia berjalan ke dalam kamarnya, tanpa menoleh kembali ke arah Ayahnya.

Beberapa hari setelah itu, ibunya tak kunjung datang. Dan Zauda sempat mendengar pembicaraan ayahnya dengan seseorang melalui telefon. Seseorang itu meminta ayahnya untuk datang ke sebuah tempat yang Zauda benci mendengarnya saat itu.

Ya, pengadilan.

Ayah dan ibunya bercerai. Hak asuh Zauda jatuh kepada Rangga. Sementara Rangga, tidak memberikan izin untuk Sarah, ibunya untuk menemui Zauda.

Seketika hidup Zauda yang menyala terang menjadi redup, kehidupan remajanya ia lewati tanpa sosok ibu, saat dimana ibu menjadi sandaran, serta teman berbagi cerita, dan permintaan saran, itu tidak berlaku bagi Zauda.

Ia hanya mengerjakan semuanya sendiri, ayahnya hanya memberikan uang dan uang, tanpa waktu yang diluangkan.
Sendiri tanpa ibu dan teman terdekat, menjadikan ia wanita mandiri juga pemurung. 

Kehidupan masa smanya, Zauda merasakan siksaan fisik maupun batin, itu dilakukan oleh orang terdekat yang ia cintai.

"Hidup adalah sebuah pilihan, bahagia atau tidak, kamu sebagai penentunya." 

Zauda Rafina Shaliha.

Zauda Onde histórias criam vida. Descubra agora