"Exactly. Gue setuju. Itulah kenapa gue mati-matian juga pengen belajar lebih dalam lagi. Gue tahu ini sulit tapi menarik banget buat di tangani. Kemarin gue sempet tahu ternyata TNI AL gunain citra buat cari korban yang jatuh, intinya buat lihat cakupannya. Dan yah mereka menuai sukses."

"Nggak nyangka seru juga ya ngomong sama lo. Gue kira lo orangnya kaku, jutek dan close minded. Ternyata bisa diajak diskusi."

"Don't judge a book by it's cover, dude." Timpal Gayatri seraya terkekeh. Ia merasa seperti berbicara dengan Bangsa. Raksa tersenyum dan terlihat lebih bersahabat wajahnya. Lalu Raksa menyesap hot chocolatenya. Asapnya masih mengepul lebat di atas mug putih.

"Suka daki gunung?" Raksa bertanya random. Entah mengapa ia kehilangan topik pembicaraan dengan Gayatri. Tetapi ia masih nyaman dan ingin berbicara banyakan dengan gadis berpenampilan tomboy itu.

"Suka. Tapi nggak seakut mereka yang menjelajah seluruh gunung di Jawa. Hanya beberapa."

"Pernah mendaki di mana aja emangnya?"

"Emm, dikit sih, cuma gunung Ungaran, Lawu sama Sindoro. Udah, habis itu nggak lagi."

Raksa mengangguk. "Gue malah cuma sekali, ke Andong pas waktu SMA."

"Serius? Gue kira lo pendaki sejati loh gara-gara tanya ke gue suka apa nggak."

Raksa mematikan laptopnya, merasa sudah tidak ada hal yang di bahas lagi dengan perangkat tersebut.

"Soalnya gue lihat lo suka tantangan, persis adek gue. Suka traveling. Mungkin kalian bisa cocok kalau ketemu."

"Wah boleh juga. Lama juga gue nggak nikmati alam bebas."

"Gayatri?" Gadis itu menoleh, "Fajar? Ngapain lo?" Secara reflek, Gayatri menggunakan intonasi tinggi ketika melihat Fajar. Ia masih kecewa dengan Fajar, sangat.

"Justru gue yang harus tanya. Kenapa lo di sini. Cowok baru lo?" Fajar menunjuk Raksa yang tetap tenang di tempatnya.

Gayatri mendengus, apakah drama akan kembali di mulai?

"Nggak penting kan buat lo? Kenapa tanya?"

Fajar tersenyum miring, memilih mengambil kursi dan duduk bertiga dengan Gayatri dan Raksa. Gayatri menyipit, tak tahu dengan apa yang akan dilakukan oleh Fajar.

"Kayaknya kita fair. Gue affair lo affair."

Gayatri lantas menatap Fajar datar. "Oh ya?"

"Semoga Masnya betah sama gadis yang nggak tahu diri ini." Tiba-tiba Fajar berbicara tak baik mengenai Gayatri ke Raksa. Dan Raksa? Bodoh amat. Laki-laki itu tak merespon apapun. Hanya diam menatap Fajar datar.

"Jar, pulang. Lo mabuk." Gayatri mulai mencium aroma alkohol dari nafas Fajar. Pantas saja bicaranya nglantur.

Fajar justru tertawa. "Gue mabok juga bukan urusan gue. Yang pasti lo murahan Ya. Mau sana sini. Emangnya gue nggak tahu apa?"

Gayatri melipat tangannya di depan dada. Percuma ia meladeni orang mabuk seperti Fajar yang pastinya tambah nglantur.

"Ck nyusahin aja lo Jar! Pacar baru lo mana sih?!"

"Yang pastinya Faza lebih cantik dan perhatian daripada lo yang nggak peduli sama gue. Lo itu egois tau nggak! Suka ngilang nggak jelas. Nggak ngasih kepastian juga, sh*t!" Ucapan Fajar membuat Gayatri terdiam. Walaupun ucapan orang mabuk itu nglantur, bisa saja itu ucapan dari hatinya sendiri.

Gayatri menghela nafasnya. Ia tak enak dengan Raksa yang harus mengetahui masalah pribadinya.

"Pulang ya? Gue anter." Gayatri menawari Fajar untuk pulang. Tak baik lama-lama membiarkan Fajar semakin melantur.

DersikWhere stories live. Discover now