EPS 6 (DOTS 2)

626 20 3
                                    

Melihat pedih nya jatuh cinta membuatku berpikir apakah mencintai sepenuh hati sesakit itu?
°•°•°•°•°•°

Tengah malam di apartemen lantai 11, terdengar suara tangis wanita. Sejak sore ia pulang tak beranjak dari sofa. Bahkan sofa abu itu sudah basah bercampur tangis nya. Ia kalut, ia tidak bisa berpikir jernih lagi. Bahkan ia tak ada niatan untuk hidup lagi. Memang klise, namanya jatuh cinta akan diterbangkan ke langit paling atas dan akan dijatuhkan ke palung laut yang dasar.

Mo Yeon menatap nanar lockscreen ponsel nya, ada gambar dia dan mantan kekasihnya, Yoo Shi Jin. Mood nya hancur segala rencana untuk jalan-jalan ke taman bermain pun musnah. Mo Yeon melempar ponsel nya, layar nya retak seperti hatinya. Rusak dan patah. Putus cinta tanpa sebab yang jelas memang sangat menyakitkan. Apalagi melihat dengan mata kepala nya sendiri bahwa kekasihnya memiliki wanita lain selain dirinya. Mo Yeon berdiri melangkah ke tempat rak penyimpanan minuman. Mulai dari soju, wine, dan sampanye termahal dia bawa ke sofa abu itu. Ia membuka botol soju dan menegak nya sampai habis tanpa bernapas. 1 jam berlalu, tak ada tanda-tanda dia berhenti minum soju, mungkin sudah botol ke tiga.

"Ini yang terakhir," dia meminum sampai habis tak tersisa.

Mo Yeon mengambil botol wine dan sampanye nya. "Mana yang harus ku habis kan dulu? Kau (tunjuk botol wine) atau kau (tunjuk botol sampanye),"  Mo Yeon berpikir sejenak, lalu "Lebih baik yang mahal dulu." Mo Yeon membuka botol sampanye. Lagi-lagi dia meminumnya tanpa menggunakan gelas.
"Aishh mengapa rasanya agak aneh? Apa minuman mahal begini, dibandingkan soju yang murah? Kau sangat mahal, namun aku tidak menyesal meminum mu. Pikiranku melayang kemana mana sekarang."

Hampir pukul tiga pagi, ia tak kunjung berhenti meminum. "Dan ini yang terakhir," Mo Yeon menghabiskan satu botol sampanye yang harganya sangat wow.

***

9.00 AM

Myung Joo dengan seragam tentaranya sedang menyiapkan sarapan. Segelas susu dan roti dengan selai kacang menemani pagi nya hari ini. Ponsel nya bergetar dan menampakkan adanya panggilan telepon masuk.

"Halo, dr.Rosalie, ada apa?"

"Halo, Myung Joo. Apakah Mo Yeon sedang bersama mu?

"Tidak, aku sedang dirumah akan segera pergi ke markas. Emang ada apa?"

"Mo Yeon tidak dapat dihubungi, padahal jam 8 pagi tadi harusnya dia control. Aku bertanya-tanya pada temannya. Tapi tidak ada yang mengetahuinya. Aku merasa cemas, kondisi nya sedang tidak baik. Dia bisa saja langsung drop ketika stress besar."

"Baiklah aku susul dia ke apartement nya. Jika aku menemukannya akan ku hubungi kamu."

"Terima kasih Myung Joo"

Sambungan telepon terputus, Myung Joo langsung memakan sarapannya dan bergegas mengambil kunci mobil nya dikamar. Dengan sejuta keberaniannya, Myung Joo mengebut dan menyalip mobil ke kanan dan ke kiri. Padahal baru bulan lalu ia belajar menyetir. 10 menit kemudian ia tiba di apartemen dengan 33 lantai. Myung Joo sedikit berlarian setelah memarkirkan mobilnya.

Tepat di depan unit apartement Mo Yeon ia memencet bel dan terus menelpon Mo Yeon. Tak ada jawaban, Myung Joo memasukan pin apart temannya ini. Namun tetap tidak bisa, lagi-lagi ia masukan pin yang ia tebak. Namun tetap tidak terbuka. Terpaksa ia harus melakukan hal nekat. Ia membobol kode pin apartement Mo Yeon, dua menit kemudian berhasil dibuka. Saat masuk dan melangkah, Myung Joo sangat terkejut. Sampah tissue ada dimana-mana dan ponsel nya tergeletak tak jauh dari pintu, Myung Joo mengambil ponselnya dan melihat layar nya retak. Ia segera berjalan kedalam, dan melihat Mo Yeon tidur di lantai tanpa menggunakan alas penghangat apapun. Dengan segera ia membangunkan Mo Yeon, hampir memakan waktu banyak akhirnya Mo Yeon bangun namun masih sedikit mabuk. Myung Joo mengambil botol air mineral di kulkas, lalu memberikan ke Mo Yeon.

"YA!! KAU INI MEREPOTKAN KU SAJA. APA KAU TAU BETAPA KHAWATIRNYA AKU!?!??!? APA KAU MEMINUM SEMUA SOJU DANN.... SAMPANYE?!?!?!" Amuk Myung Joo

"Mianhe (maaf)" balas Mo Yeon.

Myung Joo kaget jarang sekali Mo Yeon mengatakan maaf dengan mudah kepadanya. Memang mereka teman dekat, namun masih ada gengsi sedikit diantara mereka.

"Aku akan membuatkan sup pengar. Kau siap-siap mandi saja. Kau ada jadwal periksa pagi tadi, dan kau melewatkannya." Myung Joo membantu Mo Yeon berdiri. Myung Joo berjalan kedapur, baru satu langkah ada suara mengagetkan. Myung Joo berputar dan melihat Mo Yeon jatuh terkapar dilantai. Myung Joo tambah panik dan ia memeriksa denyut nadi dan pernapasannya. Kondisinya buruk. Myung Joo menelpon ambulans.

Di ruang IGD Mo Yeon tak kunjung sadar setelah 2 jam dibawa ke rumah sakit Myunghei (tempatnya bekerja). Myung Juu masih menunggu Mo Yeon sadar bersama Dae Young.

"Nak kamu pulang saja, ada bibi disini. Biar bibi yang jaga Mo Yeon." Ucap ibunya Mo Yeon.

"Tidak usah bibi. Aku yang bertanggung jawab atas mengantarkan Mo Yeon kesini." Jawab Myung Joo.

"Ayolah nak, kasian suami mu menunggumu daritadi." Balas ibu Mo Yeon.

"Eommonii. Dia bukan suamiku! Baiklah aku pulang dulu. Terima kasih." Myung Joo berpamitan pada ibu Mo Yeon

Seo Dae Young hanya terkekeh melihat wajah lucu dan gemas pacarnya ini.
"Ayo kita pulang istriku," sambil menggenggam tangan Myung Joo.

"YAA!!! KAU INI APA-APAAN??" Balas Myung Joo dengan pukulan di lengan kanan nya Dae Young dan melepas genggaman tangannya.

"Hei. Apa kau marah, mana tanganmu, aku mau menggenggamnya." Ucap Dae Young.
"Kau ini cepat sekali ngambeknya." Ejek Dae Young sambil mencolek dagu Myung Joo.

"Apaan sih?" Dengan nada marah.

"Kau tidak mau ku genggam? Baiklah aku memelukmu saja, mumpung ini di loby rumah sakit." Dae Young memeluk Myung Joo, "Kau ini!! Lepaskan. Buat malu saja." Myung Joo memukul dada Dae Young. Lalu Dae Young melepaskan pelukannya.
Myung Joo lari dan wajah yang merah padam bak tomat matang.

.

"Dengan keluarga Kang Mo Yeon?" Tanya suster

"Iya, bagaimana keadaan anak saya sus?" Jawab ibu Mo Yeon.

"Dokter Rosalie sudah menunggu di ruangannya. Mari saya antarkan." Suster menunjukkan jalan ke ruangan dokter Rosalie.

"Dengan ibu Kang, Mo Yeon sedang mengalami stress berlebihan, dan sangat membahayakan kesehatannya. Jika dalam 2 hari dia tetap drop kami harus pastikan Mo Yeon harus di operasi." Ucap panjang dokter Rosalie.

"Apa harus dok?"

"Jika masa nya sedikit menaik, yang awalnya stadium rendah ke stadium menengah kami harus segera melakukan tindakan. Mohon di mengerti ibu." Jawab dokter Rosalie

.
.
.
.
.
.
.
Holaaa iam back!!!
Kasian Mo Yeon. Jangan lupa di vote+comment!!

See you next part. Good bye😘

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Descendants of the sun 2Where stories live. Discover now