Gagak Berkepala Ular

935 158 3
                                    

Chapter ini agak pendek ya....
Menyesuaikan dengan alur cerita
Silahkan dibaca
Semoga suka
😊😊😊









Sebuah kamar gelap dengan penerangan dua lilin berwarna merah, dan sprei warna merah darah. Ada kelopak mawar hitam di lantai, baunya anyir tapi juga memabukkan.

Xiao Zhan membiarkan tubuhnya di bawa ke kamar itu, dalam gendongan Yibo. Lagipula percuma melawan Yibo, yang kini memiliki kekuatan iblis berjuluk destroyer dalam dirinya.

Yibo mendudukkan Zhan di tepi ranjang, ia membuka sepatu yang dipakai Zhan.
"Kau sudah lama melayaniku, kini waktunya aku melayanimu ...."

Yibo mencium telapak kaki yang panjang dan ramping itu. Pakaian Zhan adalah pakaian modern, tidak sama dengan apa yang dikenakan Yibo.

Tangan Yibo merambat ke atas, mencoba membuka kancing jas dan kemeja Xiao Zhan. Si moroi mencegah tangan Yibo yang ingin melepas pakaiannya. Xiao Zhan merasa tahu apa yang diinginkan Yibo, sesuatu yang selalu membakar hasratnya.

Yibo menghentikan gerakan tangannya, menatap kedua mata Xiao Zhan dalam keheningan. Ia mengecup kedua tangan Xiao penuh kasih. Lalu berjalan ke lemari hitam besar di dekat pembaringan.

Ia mengambil pakaian kuno yang mewah, dengan jubah warna merah terang.

"Pakailah, aku akan menunggumu di bawah untuk makan malam ...."

Yibo memang tidak banyak bicara, tapi tatapannya terasa lebih tajam dari biasanya. Membuat Zhan sedikit gemetar, mengambil pakaian yang ada di tepi ranjang.

Kainnya halus dan tebal, ada aroma yang kuat menguar saat Xiao Zhan menyentuhnya. Aromanya sama dengan tubuh Yibo, yang tercium saat Xiao berada dalam gendongannya.

Tidak ada jendela di kamar itu, tapi hawanya terasa sangat dingin. Seolah angin berputar terus di sekitarnya.

.

Sementara itu di aula bawah, Sehun sedang beradu kekuatan dengan makhluk aneh milik Yibo. Sehun dengan tangkas menghindar dari lidah panjang, burung gagak besar berkepala ular.

Sehun melompat melewati tubuh si burung, mengayunkan pedang birunya ke tengkuk gagak hitam itu. Lidah dari gagak itu mengejar Sehun hampir mengenai tubuhnya. Sehun harus berhati-hati, karena lidah itu mengandung racun yang sama berbisanya seperti black mamba.

Sehun melompat kembali, kali ini lebih tinggi dari tadi. Ia berhenti di punggung si gagak besar, lalu menghunuskan pedangnya ke leher hewan tersebut. Tubuh hewan itu menggelepar, menyemburkan darah hitam kental dari lehernya.

Sehun menghindar sejauh mungkin, agar darah itu tidak mengenai tubuhnya. Luhan bergerak cepat, menarik tubuh kekasihnya dan melindungi mereka berdua dengan perisai dan mantra.

Yibo bertepuk tangan di atas singgasananya. Entah sejak kapan ia muncul dan mengagetkan Luhan dan Sehun.

"Bagus kakak, bagus ... Kekuatan pedangmu luar biasa, aku harus memberikanmu hadiah ...!"

"Jangan lupakan janjimu Yibo ...!" teriak Sehun dari bawah.

Mata Yibo memancarkan aura dingin, ia melihat ke arah Luhan. Lalu menatap cincin bermata kucing di jarinya.

"Ada satu syarat lagi, sebelum aku melepas kalian pergi ...!"

"Cepat katakan ...!" teriakan Sehun mulai meninggi, tak sabar ingin membawa Luhan pergi dari istana laknat ini.

"Berikan cincin itu padaku !!!" Yibo menunjuk tangan Luhan yang jarinya memancarkan sinar keemasan.

"Tidak ...." Luhan berteriak.
Sehun menggenggam erat tangan kekasihnya.

"Berikan saja, yang terpenting kita bisa bebas dari tempat terkutuk ini!!"

"Tapi, ini amanat dari Xiumin, aku tidak akan menyerahkannya begitu saja ...."

Sehun memandang Luhan penuh keyakinan, benar kata Mr. Kim tadi. Sesuatu yang benilai tinggi, membutuhkan pengorbanan yang besar juga.

"Kehidupan dan kebebasan kita, lebih tinggi nilainya dari cincin itu," bujuk Sehun lagi.

Sebelum Luhan melepas cincin itu, ia bertanya lagi pada Yibo.
"Apa kau bisa menepati janji?"

"Tentu saja kakak iparku!" jawab Yibo bersama dengan seringai di bibirnya.

"Cih ...." Sehun meludah di lantai, "kakak ipar katamu, kau bahkan memperlakukan kami lebih buruk dari tawanan ...!" seru Sehun emosi.

Luhan berusaha menahan dada Sehun agar tidak terbakar emosi. Luhan menyentuh cincin itu kemudian mengecupnya, sebelum akhirnya ia menarik cincin itu dari jarinya. Tapi tidak bisa.

Cincin itu melekat, dan memeluk erat kulit dan tulangnya. Tak mau pergi dari pemiliknya semula.
"Tidak bisa ...." Luhan mengeluh, masih berupaya menarik cincin itu agar terlepas. Hasilnya masih sama, tidak bisa.

"Cincin ini tidak bisa dilepas ..." seru Luhan lagi.

"Kalau begitu potong jarimu ...!" perintah Yibo tegas.

"Apa yang kau ...." sebelum Sehun menyelesaikan kalimatnya, dua strigoi telah memegangi lengannya, dua strigoi lainnya memegangi tangan Luhan. Dan seorang strigoi lagi, bertindak seperti algojo yang siap mengeksekusi jari kecil Luhan.

"Tidak ...." Sehun berteriak, Luhan memejamkan mata pasrah.
Pedang diayunkan ke atas, saat bagian tajamnya sudah 5 centi dari jari Luhan. Sebuah teriakan dari dalam menghentikannya.

"Jangan ...."

.

Sosok tinggi berjubah merah berjalan memasuki aula istana batu hitam, lewat pintu di dalam ruangan. Matanya berkaca-kaca menutupi kecantikannya yang paripurna.

"Kumohon jangan lakukan itu ...." sosok itu bersimpuh di hadapan Yibo.

"Jangan sekali-kali melakukan itu di depan pengikutku, kau adalah ratu di sini, tidak perlu menundukkan wajah di hadapan mereka." Yibo mengangkat tubuh Xiao dan membimbingnya untuk duduk di kursi, tepat di sebelah kirinya.

"Bebaskan mereka ...." perintah Yibo pada strigoi yang memegang lengan Sehun dan Luhan erat.

Sehun menatap tajam ke arah Yibo, sebelum ia dan Luhan pergi dari ruangan itu.

Pintu utama terbuka, keduanya berpegangan tangan lalu menghilang dari balik pintu yang tertutup kembali.

Xiao Zhan menunduk, menatap lantai hitam di bawahnya ia berharap kali ini Sehun dan Luhan benar-benar terbebas dari bahaya, biar saja ia sendirian menanggung derita menjadi tawanan dari iblis berwajah kekasihnya.

Ralat. Bukan tawanan, iblis itu mengatakan menjadikan Xiao Zhan sebagai ratunya.

Sebelum Xiao Zhan sadar, iblis berwujud Yibo itu memanggil salah satu hewan pengikutnya.

Seekor anjing pelacak berbulu hitam legam, bermata merah, dengan ekor melengkung dan tajam seperti ekor kalajengking.

"Ikuti mereka, jangan sampai kehilangan jejak ..." titah Yibo.

Anjing itu menunduk, seolah mengerti bahasa tuannya. Berlalu dari aula dalam satu lompatan menuju pintu utama.

Xiao Zhan menatap Yibo, ia tidak percaya bahwa iblis ini benar-benar licik. Ia membebaskan Sehun dan Luhan, tapi masih membayangi mereka dengan ancaman.

"Yibo kau sudah berjanji ...." teriakan Xiao tidak bisa ia selesaikan dengan cepat. Karena mulutnya disumpal oleh bibir si iblis.

Meski iblis ini kejam dan tak berperasaan, tapi ciumannya lembut dan tidak menuntut. Lidahnya menelusup dengan cara mengetuk, membuai perasaan Xiao Zhan. Apakah di dalamnya ada mantra atau bukan, Xiao Zhan terlanjur menikmati tanpa rasa berat hati.

Barisan strigoi dan hewan siluman, mengenyahkan diri dengan cepat. Menghilang dari balik dinding batu yang tebal.







Tbc.

Different Blood (Tamat di PDF)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu