Шесть: Kepergian

416 72 24
                                    

Ivan telah sampai di kebun bunga matahari. Tak ada satu kuntum bunga pun yang tumbuh di sana. Dia mengedarkan pandangan pada hamparan salju, mencari sosok mungil [Name]. Namun, yang dicari tak terlihat sedikit pun batang hidungnya.

Mungkin dia belum datang, pikir Ivan. Padahal, dia sudah tak sabar ingin bercerita padanya. Kejadian saat bertemu Trio Baltic tadi membuatnya antusias untuk berbicara panjang lebar.

Viktor—yang memang menunggu kehadiran Ivan sedari tadi—datang mendekatinya. Sebuah kotak berwarna coklat ada di tangannya. Dia berikan bungkusan itu pada Ivan.

Penasaran, Ivan membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah syal berwarna abu-abu-syal yang Ivan berikan pada [Name] kemarin, tetapi kini berbau harum dan semua robekannya telah tertutup rapi.

"[Name] baru saja pergi bersama orang tuanya. Dia menitipkan ini," gumam Viktor dengan nada prihatin.

Pekerja ciliknya itu jelaslah merasa sangat kehilangan. Selama ini tak ada yang mau bermain dengannya dan saat dia menemukan seseorang yang bisa dianggapnya teman, orang itu justru pergi tanpa pamit.

Ivan memeluk syal itu erat sambil mengendus harum yang menempel pada kain itu. Pastilah [Name] telah mencucinya dan menjahit bagiannya yang robek. Atau mungkin, dia meminta ibunya untuk melakukannya.

Perlahan, air mata jatuh membasahi syal itu, menangisi kepergian sang malaikat kecil.

Ivan tak terima. Padahal, mereka baru berteman sehari yang lalu. Padahal, mereka belum sempat bermain bersama. Padahal, mereka belum sempat melihat bunga matahari yang mekar. Padahal ... Ivan ingin terus bersamanya. Hatinya berdenyut mengingat banyak hal yang dia rencanakan untuk mereka lakukan bersama.

Sang bos menatap dalam diam, mendesah, lalu meletakan tangan besarnya di pucuk kepala Ivan. "Ke arah kota," ucapnya sambil mengelus-elus rambut pirang itu untuk menenangkannya.

Ivan mendongakkan kepala dengan buliran air bening masih tergantung di sudut mata. Viktor memandangnya sambil menyunggingkan senyum. "Mereka belum jauh. Kau pasti ingin mengucapkan selamat tinggal, 'kan?"

Dengan mata berbinar, senyuman merekah. Ivan segera mengusap air matanya. "Да!" Lalu, segera menggerakan kaki mungilnya dengan terburu-buru menuju arah yang ditunjuk Viktor.

Menginjak jalan bersalju membuat Ivan beberapa kali hampir tergelincir, tapi ia tak sedikit pun menurunkan kecepatan larinya. Hanya dalam beberapa menit, ia telah keluar dari hutan tempat tinggalnya. Matanya menatap kesana kemari dengan panik sambil berusaha mengatur napas.

"Вот вам (itu dia)!"

Ivan melihat gadis yang dicarinya sedang memasukkan barang-barang ke bagasi mobil, dibantu oleh orang tuanya. Bocah Rusia itu segera berlari menghampiri sambil memanggil-manggil nama [Name], tetapi sepertinya suara Ivan tidak terdengar.

[Name] dan kedua orang tuanya telah selesai mengatur barang-barang dalam bagasi. Mereka masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian, mesin itu mulai melaju meninggalkan tempat semula. Ivan tak berhenti sampai situ. Ia terus mengejar, berteriak, hingga akhirnya berhasil menarik perhatian [Name] yang duduk di jok belakang.

"Ivan!"

"[N-Name]!"

Ivan mempercepat langkahnya. Syukurlah, ayah [Name] menyetir dengan lambat, sehingga Ivan bisa berlari tepat di belakang mobil itu.

[Name] menatap Ivan dari balik jendela belakang mobil. Wajahnya terlihat seperti ingin menangis, jadi Ivan menatapnya balik sambil tersenyum, seakan mengajaknya untuk ikut tersenyum juga.

"Saat kau kembali nanti, ayo bermain lagi!"

[Name] menghapus air matanya, tersenyum, lalu menggelengkan kepala pelan. Dia mengatakan sesuatu sebelum mobil yang ditumpanginya melaju lebih cepat.

Akhirnya, kaki Ivan menyerah untuk mengejar. Dadanya terasa sakit karena napasnya tidak beraturan. Ia sudah melampai batas. Ivan hanya bisa memandang kepergian temannya hingga mobil itu hilang dari pandangan.

Ivan kembali memeluk syal yang [Name] kembalikan melalui perantara Viktor. Mengingat kalimat yang [Name] ucapkan, ia pun tersenyum dan menangis di saat bersamaan.

Memang, ia tak bisa mendengar suara [Name] tadi, tapi Ivan bisa membaca hanya dari gerakan bibir. Satu kalimat itu cukup untuk membuat Ivan merasa jadi manusia yang paling bahagia di dunia.

"Я тебя люблю."




Продолжение ....

My Sunflower - Hetalia Fanfiction (Russia x Reader)Where stories live. Discover now