"Sudah mendingan?" tanya pria itu. Riana tidak tahu harus berkata apa. Disi lain ia masih kesal dengan pria itu, disisi lain hati baiknya berteriak agar memaafkan Ralex.
🌺🌺🌺

Ralex merangkul Riana menuju pantai. Ketika melihat mereka orang-orang berpikiran kalau Ralex dan Riana adalah pasangan yang sedang dimabuk asmara.

Ketika mereka mulai dekat dengan pantai, orang-orang yang melihat mereka semakin banyak. Para gadis menatap Ralex dengan pandangan memuja. Lalu mereka mendesah kecewa ketika melihat rangkulan Ralex pada Riana.

Riana dan Ralex berjalan bersisian menyusuri tepi pantai. Kedatangan mereka tidak membuat orang-orang biasa saja, justru sebaliknya. Mereka berdua terlihat mencolok dimana-mana. Bagaimana tidak, Ralex dengan setelan kantornya tapi jasnya sudah dilepas dan ditaruh didalam mobil. Dan Riana dengan seragam sekolahnya. Rok pendek diatas lutut dengan warna merah kotak-kotak, kemeja sekolahnya yang senada dengan rok sekolahnya, jangan lupakan kaos kaki yang panjangnya sampai lutut.

Tidak jarang orang-orang yang berada di pantai menganggap mereka kakak adik. Kecuali orang-orang yang mengenal mereka.

"Kau lapar?" Tanya Ralex dengan nada geli ketika mendengar suara perut Riana.

Riana membuang pandangannya dari Ralex. Wajahnya memerah antara kesal dan malu pada pria itu.

Tidak mendengar tanggapan dari Riana, Ralex terus menggandeng Riana sampai mereka didepan rumah makan pinggir jalan didekat pantai.

"Tempat apa ini?" Tanya Riana dengan wajah khawatir. Ekspresi wajahnya terlihat jijik.

"Tempat makan," jawab Ralex cuek.

Dan ketika Ralex membawanya masuk, Riana semakin merasa jijik. Rumah makan ini tampak sempit dan pengap membuat Riana gerah. Disini sangat sepi, hanya ada beberapa orang makan disini. Pantas saja orang makan sangat sepi, disini sangat pengap, sempit dan menjijikkan, batin Riana. Mata Riana terbelalak ketika melihat orang makan yang tidak jauh dari meja mereka memakan makanan yang bentuknya aneh. Apa itu? Wajah Riana berubah pucat. Ia menatap Ralex yang memanggil seorang pelayan.

Seorang pelayan wanita datang mendekati meja Ralex dan Riana.

"Mau pesan apa tuan?" tanya wanita itu sopan. Ralex menatap pelayan wanita itu membuat si wanita berubah gugup. Bagaimana tidak gugup, Ralex menatap wanita itu tajam.

"Berikan menu nya!"

Si pelayan wanita menyerahkan buku menu dengan tangan gemetaran. Riana tidak terlalu memperhatikan tingkah aneh wanita itu. Wajahnya terlalu khawatir menatap tempat aneh dan pengap ini.

"Kau ingin makan apa?" tanya Ralex pada Riana yang sedang memperhatikan sekelilingnya.

"Apa saja menunya?"

"Segala jenis makanan laut"

Wajah Riana berubah syok. "Kau becanda kan?"

"Tidak."

Riana menatap si pelayan wanita, "apakah itu benar?"

Pelayan wanita itu mengangguk, "benar nona."

"Aku tidak jadi makan."

Si pelayan wanita itu menatap Riana aneh. Dalam benaknya seolah berkata, mengapa gadis secantik Riana bisa alergi hewan laut?

"Baiklah, aku memesan satu piring nila goreng pedas dan nasi." Ralex menyerahkan buku menu pada si pelayan. Sebelum si pelayan wanita itu melangkah Riana menahannya.

"Apakah tidak ada menu lain selain menu laut?"

"Tidak ada nona."

Riana mengangguk lemah. Padahal ia yang lapar kenapa jadi Ralex yang makan sendiri?

"Kau tidak ingin makan? Nanti perutmu bisa sakit"

Riana menatap Ralex tajam. Kekesalannya yang di mobil tadi belum reda, ditambah lagi Ralex tidak peduli ia makan atau tidak. Riana mengabaikan Ralex. Gadis itu lebih memilih meletakkan wajahnya pada meja daripada menatap Ralex.

"Makanlah Riana!"

Riana masih mengabaikan Ralex. Hingga terdengar suara helaan nafas pria itu.

"Aku tidak ingin tunanganku sakit."

DEG

Riana terkejut dengan perkataan Ralex. Ia mengangkat wajahnya menghadap pria itu.

"Apa maksudmu?"

"Makanlah!"

Riana menatap meja yang dipenuhi oleh makanan laut beserta nasi juga teh hangat. Entah sejak kapan makanan itu semua ada di atas meja.

"A... aku tidak pernah makan menu laut."

"Maka dari itu cobalah!"

Riana menggeleng jijik. Ia tidak suka makhluk menjijikkan itu. Mereka bau dan berlendir. Melihat reaksi Riana, Ralex memilih diam dan makan.

Perut Riana berbunyi dan Ralex tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Makan atau aku benar-benar membiarkanmu kelaparan."

Akhirnya dengan berat hati Riana mencuil daging ikan yang ada di atas piring. Ia memasukkannya ke mulut dan mengunyahnya pelan.

"Bagaimana?"

Riana tersentak dan mengangguk malu, "lumayan."

Ya, Riana tidak bisa berbohong betapa lezatnya ikan bakar itu. Rasanya bukan lumayan tapi sangat enak.

"Hm," gumam Ralex tapi dalam hati menertawai Riana.

Halo🖐️ Adakah yang menunggu Ralex dan Riana.

Riana gak pernah memakan makan laut? Kenapa ya?

Riana & RalexWhere stories live. Discover now