Puasa

626 105 45
                                    

Siang itu Ria tengah berkutat dengan laptop kesayangannya, di samping gadis itu ada Ethan yang menjadikan bahu Ria sebagai bantal.

"Kak, kenapa tidak boleh makan, sih?" tanya Ethan dengan wajah lesu, dirinya tidak bersemangat melakukan permainan seperti hari sebelumnya.

"Namanya puasa ya nggak boleh makan sama minum, Than." Ria tidak berpaling menatap lelaki itu.

"Kapan makannya? Perutku sudah lapar sekali, nah, dengar! Suaranya keras sekali, 'kan?"

Jemari Ria berhenti menekan tombol keyboard. Benar saja, telinganya bisa mendengar cacing-cacing di perut Ethan tengah berdemo heboh.

"Ya makan aja sana," saran Ria, ia kasihan juga dengan lelaki itu. Pasti waktu di academy, ia doyan makan sehingga perutnya berdemo kala jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Tapi ... Jasmine dan Claire saja bisa tahan, aku malu nanti!" Ethan menolak keras saran Ria, baginya diolok-olok Jasmine adalah musibah terberatnya.

Gadis itu menghela napas panjang, lelah sekaligus gemas dengan jawaban Ethan. Malu? Yang benar saja!

"Kalo gitu mending tidur, waktu bangun udah sore dan bisa makan."

Kali ini Ethan tidak menolak, ia justru bertepuk tangan heboh mendengar ide brilian sang penulis. Buru-buru ia merebahkan diri di sofa, mencari posisi nyaman kemudian memejamkan mata.

"Lah, tidur di sini," ujar Ria sembari menggeleng.

***

Pukul 13.05

Ethan memindah saluran televisi, bosan menghajarnya habis-habisan.

Pukul 14.23

Dirinya kembali menguap lebar. Mau tidur lagi, tetapi punggungnya sudah sakit karena kebanyakan rebahan.

Pukul 15.01

"Itu jarum jamnya bergerak tidak, sih? Lama sekali berjalannya, seperti siput saja," sungut Ethan.

Pukul 16.18

"Dad, aku lapar!" seru Ethan tanpa tedeng aling-aling.

Biar saja Lucius datang dan memarahinya, ia malah ingin sekali mandi hujan. Toh, ia bisa mengambil kesempatan meneguk beberapa tetes air.

Pukul 17.44

Claire membawa semangkuk es buah lalu meletakkannya di atas meja. Waktu berbuka akan segera tiba, jadilah ia menyiapkan makanan untuk Ethan yang kini tertidur pulas di sofa.

"Sejak tadi ribut sendiri, sekarang saat waktu makan dia malah tidur. Sepertinya aku harus melapor kepada Tante Emma setelah ini," kata Claire pelan.

"Ethan ... bangunlah."

Tidak ada reaksi apa pun dari lelaki itu, mungkin karena lelah menunggu jadilah Ethan terlelap lagi.

"Eth—"

"Minggirlah, Claire. Akan kubangunkan manusia tukang tidur ini."

Claire menurut kala Jasmine memberi isyarat agar menjauh, mata gadis itu nyaris keluar kala Jasmine dengan nekadnya ....

Byur!

"Banjir! Banjir!" teriak Ethan, tubuhnya terperanjat saat kulitnya merasakan dingin dari air yang Jasmine guyurkan padanya. "Banjir! Ayo mengungsi!"

Jasmine melipat tangan di depan dada, wajahnya datar melihat Ethan yang mengelap muka basahnya.

"Loh, banjirnya di mana? Kalian kok tidak basah?" Ethan menatap bingung kedua gadis di hadapannya.

"Makanya kalau tidur ingat waktu, jangan belajar jadi orang mati. Menyusahkan saja," sindir Jasmine.

***

25 April 2020

Tamu Tak Diundang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang