12

36 9 2
                                    

Anggia dan Nani berada disebuah cafe yang kebetulan ada didekat rumah Anggia, keduanya tengah menunggu pesanan mereka.

“Lo ini ya, gak cukup apa tadi kopi dari Pak Anggana?”

“Kayak gak tau gue aja lo,” ujar Anggia.

***
“Ehh Aang, gak kerasa ya bentar lagi ulang tahun lo woy,” ujar Nani

“Hemm iya sih,” balas Anggia.

“Lo mau dirayain atau gimana Aang?”

“Percuma ah dirayain juga, lagian nyokap sama bokap gue gak akan bisa ke Indonesia karena masih sibuk dengan bisnisnya”

“Yakin lo Aang?”

Belum sempat Anggia menjawab, ponselnya berdering karena ada pesan masuk dari Pak Anggana.

Pak Anggana

Tanggal 2 jangan lupa, jadi ya.” 18.20

                                    “Hemm, jadi pak?”
                  “Ya udah deh ngikut aja.” 18.21

Anggia melanjutkan pembahasannya dengan Nani dan menyimpan handphonenya kembali di atas meja.

“Gini ya Na, emang sih siapa sih yang nggak mau ulang tahunnya di rayain?” tanyanya.

“Gue sebenernya mau Na, tapi percuma kalau orang tua gue aja masih sibuk dengan bisnisnya.” lanjut Anggia.

Nani terdiam, dan seraya mengelus pundak Anggia yang paham kondisinya.

“Ya udah, gapapa. Kan yang penting ada gue,” ujarnya sembari tertawa lepas.

“Dan, Pak Anggana …, hahahaha,” lanjutnya

Anggia terdiam, menatap lurus mata Nani dengan mengulum senyum manis.

***

Di kamar

Anggia membuka matanya dengan perlahan, tubuhnya terasa sedikit lemas.

Anggia melirik Bi Jun yang tengah menyimpan mangkuk berisi bubur di atas meja.

“Bi,” panggil Anggia parau.

Bi Jun hanya melirik Anggia sekilas. “Dimakan ya non,” ucapnya singkat lalu mulai melangkah keluar.

“Bi.” teriak Anggia.

Bi Jun menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Anggia serius.

“Iya, Non?” tanya Bi Jun.

Anggia mengulum senyum manis, “Makasih bi, makasih udah mau selalu ada buat Gia,”
Bi Jun menghampiri Anggia sembari agak terisak.

“Iya non, non kan udah bibi anggap anak sendiri. Gak usah sedih ya, ada bibi ko disini.”

“Ya udah bibi kebawah dulu ya, mau beberes,” lanjut Bi Jun.

Bi Jun hendak berbalik meninggalkan Anggia, namun dengan cepat Anggia menahannya dan memeluk erat Bi Jun.

“Makasih bi,” ujarnya

Bi Jun mengusap kepala Anggia dan segera pergi ke bawah.

***

Di Instansi Prakerin

Lagi-lagi jam kosong, kali ini para pegawainya sedang rapat. Ruangan pun menjadi sangat sepi.

Anggia dan Nani duduk di pojok, keduanya cekikikan saat melihat video lucu di YouTube layar komputer instansi.

“Ang, andaikan tiap hari gini.”

Anggia melirik Nani lalu mengangguk, “Hahah boleh lahh.”

Nani merangkul Anggia dengan tersenyum senang “Kapan lagi coba,kita terbebas dari belenggu dokumen tugas”

Anggia mengulum senyum, ucapan Nani tak sepenuhnya salah.

Nani bergumam seraya berpikir “Pulang duluan aja yoo,” cengengesnya.

“Lo, ngaco ya? Ntr dimarahin pembimbing gimana?” teriak Anggia sebari menggeleng kepalanya karena tak habis pikir dengan ucapan Nani.

“Kita pulang duluan juga pasti pamit dulu kali Aang, ya kali asal kabur. Gue juga tau ini tempat prakerin bukan sekolah woyy” sontak Nani sembari tertawa kecil.

Setelah susah payah meminta izin untuk pulang duluan, akhirnya Anggia dan Nani memutuskan untuk pergi ke cafe. 

***
Anggia menghirup Vietnam Drip panasnya lalu menyesapnya sedikit demi sedikit.

Sedangkan Nani sedang asyik dengan membaca buku.

Handphone Anggia berdering, ternyata telpon dari Ibu nya.

“Na, bentar ya nyokap gue nelpon,” ujar Anggia.

Anggia mengulum senyum dengan rasa penuh bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anggia mengulum senyum dengan rasa penuh bahagia.

“Kata nyokap lo apa Aang?” tanya Nani yang sudah selesai membaca bukunya.

“Nyokap gue bilang, lusa bakalan ke Indonesia,” ujar Anggia dengan uluman senyumnya.

“Wahh bahagia nih lo ya hahaha,” ucap Nani.

“Hahah kali-kali kan gue bahagia,”

***

Semakin hari Anggia makin dekat dengan Pak Anggana, terkadang Anggia dan Pak Anggana sering bertukar kabar.

Tak jarang Pak Anggana selalu mengirimi Kopi kesukaan Anggia kerumahnya, begitupun dengan Anggia.

Namun, dibalik kedekatan mereka entah apa yang terjadi dengan Anggia. Perasaanya perlahan-lahan sudah berubah menjadi sesuatu yang tak pernah diduga olehnya.

“Cinta tak hanya mengubah dunia, ternyata pada manusia pun sama”-batin Anggia.

“Cinta tak hanya mengubah dunia, ternyata pada manusia pun sama”-batin Anggia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kita Pernah Ada (Selesai✔️)Where stories live. Discover now