Damn! Papa 3

1.3K 126 47
                                    

Mean membaringkan tubuhnya, sesaat ia telah sampai di kamarnya. Sejenak dia memejamkan matanya dan kembali mengingat tentang perkenalannya tadi dengan Wan, wanita cantik pacar Papahnya.

"Mean perkenalkan, dia Wan kekasih papah. Calon mamahmu kelak!" jelas Plan.

Kalimat itu terus terngiang-ngiang di telinga Mean. Kemudian Mean mengusap wajahnya dengan kasar.

Hati Mean gelisah entah karena apa. Dia baru pertama kali merasakan perasaan aneh seperti ini. Terutama di saat tubuhnya bersentuhan langsung dengan papahnya. Bahkan saat Plan mengusak kepalanya, lalu tertawa serta merangkul bahu Mean. Mean sudah merasakan hal aneh ini sejak beberapa bulan lalu.

Mean  merasakan hal seperti ini saat Plan papahnya, memberikan perhatian yang lebih terhadapnya. Mean mencoba untuk menghilangkan pikiran aneh itu dari hatinya. Baginya mungkin perlakuan itu memang sangat wajar antara orang tua dan anak. Tapi yang Mean rasakan, sangatlah berbeda dengan pikiran yang lainnya.

Selama ini banyak para gadis yang selalu mengejar-ngejar dirinya hanya untuk bisa berkenalan atau ingin menjadikannya sebagai kekasih. Tapi Mean selalu cuek dan biasa saja, sekalipun gadis itu gadis yang paling terpopuler di sekolahnya.

Mean tidak perduli!

Lamunan Mean buyar ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Dia bangun dan terduduk di tepi ranjang mendengarkan ketukan pintu yang terus berbunyi. Tak lama__ Mean mendengar sahutan seseorang dari luar memanggil namanya.

Tokk ... Tokk .. Tok ..

"Mean .. apa kau sudah siap untuk makan malam. Cepatlah bersiap papah dan Tante Wan menunggumu di bawah." teriak Plan dari luar.

"Iya Pah. Sebentar lagi aku turun. Aku mau mandi dulu." Jawab Mean dari dalam kamarnya.

"Baiklah. Papah tunggu di bawah ya ..."

Mean memandang pintu kamarnya. Lalu dia menghembuskan nafasnya sesaat ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh dari kamarnya. Setelah itu Mean melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan badan.

***

Setelah semuanya siap, Mean memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Pemuda itu terdiam sejenak di depan pintu kamarnya.

Mean sedikit ragu.

Haruskah dia ikut bergabung dengan Plan dan kekasihnya?

Sekali lagi Mean mengusap wajahnya dengan kasar,  akhirnya ia pun melangkah menuju ke lantai bawah.

Sesampainya di meja makan, Mean tertegun saat melihat Plan sedang tertawa dengan Wan, kekasihnya. Plan terlihat sesekali membenarkan rambut Wan yang menghalangi wajahnya. Plan sampai tidak menyadari bahwa Mean sudah berdiri memperhatikan keduanya. Lantas pemuda itu berdehem untuk mengalihkan perhatian Plan.

"Ekhemm.."

Plan dan Wan sontak menatap ke arah Mean.

"Oh Mean, kau sudah turun rupanya. Maaf papah tidak tahu kalau kau sudah di sini sejak tadi." ucap Plan, ia tersenyum kepada Wan kekasihnya.

"Ayo duduk Mean, kita makan bersama. Karna setelah ini papah harus mengantar Tante Wan pulang." Jelas Plan.

Pemuda itu hanya mampu menganggukan kepalanya, dan tak lama ia pun duduk di samping Plan untuk makan malam bersama.

Damn! I Love You PapaWhere stories live. Discover now