Damn! Papa 2

1.6K 149 98
                                    

Plan terkejut saat tiba-tiba pintu terbuka.

Mike dan Narin Phiravich berjalan dengan santai ke arah Plan. Plan sontak terbangun dari duduknya, ia berdiri menyambut kedatangan Kakak ayah angkatnya tersebut dengan Mean di gendongannya.

Mike dan Narin__istrinya, kini berdiri tepat di depan Plan dengan pandangan tidak suka. Plan tahu, semenjak kedatangannya ke rumah ini, Mike dan Narin memang selalu menunjukan sikap tidak suka terhadapnya secara terang-terangan. Sudah hampir tiga tahun Plan berada di di rumah ini, namun sampai kini mereka masih tetap tidak mau menganggap Plan sebagai bagian dari keluarga Phiravich.

Dan kini, di saat kedua orangtua angkatnya sudah tiada, apa yang akan mereka lakukan pada Plan? Kini sudah tidak ada lagi yang melindunginya. Plan pasrah sekalipun mereka mengusirnya dari rumah ini.

"Plan Rathavit, benarkan itu namamu?" Tanya Mike dengan sinis.

"Be, benar Pak." Jawab Plan dengan sedikit bergetar.

"Kau tau kan apa yang harus kau lakukan saat ini? Ku harap kau masih punya harga diri. Tidak sepantasnya orang asing berada di rumah ini di saat sang pemilik rumah tidak lagi berada di rumah ini."

Plan menunduk.

Dia tahu betul bahwa kata-kata Mike barusan secara tidak langsung merupakan sebuah pengusiran.

Tapi apakah saat ini adalah waktu yang tepat? Di saat Ayah dan Ibu angkatnya baru saja meninggal.

"Beri aku waktu sedikit lagi, Pak." Ucap Plan dengan suara bergetar.

Mike terdiam.

"Dia harus pergi saat ini juga, Sayang. Dia sudah cukup menerima kebahagiaan yang selama ini di berikan oleh adikmu. Adikmu itu terlalu bodoh karena telah membawa anak kampungan seperti dia ke rumah ini. Sekarang sudah waktunya dia pergi dari rumah ini." Ucap Narin sinis.

"Kau benar, Sayang. Orang seperti dia memang tidak pantas berada di tengah-tengah keluarga kita. Kau dengar itu, Plan? Sekarang cepat tinggalkan rumah ini."

Plan hanya bisa berdiri mematung di tempatnya sambil memeluk Mean. Perlahan airmatanya mulai jatuh membasahi pipinya yang chubby.

"Tidak ada siapapun yang akan pergi dari rumah ini." Ucap suara seseorang tiba-tiba terdengar sangat lantang di ruang tamu.

Mike, Narin dan Plan sontak menatap ke arah pintu.

Ken Kirakhon.

Seorang pengacara kepercayaan Natt tengah berdiri di sana.

Plan mengenal Ken dengan baik karena dia sering datang ke rumah ini dan mengobrol banyak dengan Natt. Selain pengacara kepercayaan Natt, Ken juga merupakan sahabat baik Natt.

Ken berjalan ke arah mereka, lalu duduk di salah satu sofa. Mike, Narin dan Plan ikut duduk.

Ken tampak sibuk membuka kopernya, lalu mengeluarkan sebuah berkas dari sana.

"Ini adalah surat wasiat yang telah di buat oleh Natt dari jauh-jauh hari sebelum kematiannya."

Lalu Ken membacakan isi dari surat wasiat itu.

"Seluruh harta warisannya akan jatuh pada Plan dan juga Mean, putra mereka." Ucap Ken dengan tegas.

Mike dan Narin terkejut.

"Tidak bisa! Mana mungkin harta warisan adikku jatuh ke tangan orang asing! Apalagi pada anak kampungan seperti dia!" Tunjuk Mike tepat ke arah Plan.

Plan hanya mampu menunduk.

"Meskipun Plan bukan anak kandung Natt dan Tan, tapi secara hukum Plan sudah berstatus sebagai putra mereka. Selain itu, tidak ada hukum yang mengatur jika harta warisan harus jatuh kepada pihak sanak saudara. Harta warisan bisa jatuh ke tangan siapapun! Bahkan pada orang asing sekalipun, tergantung wasiat sang pemilik harta. Apalagi di sini juga tertulis nama Mean, putra kandung Natt dan Tan."

Damn! I Love You PapaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora