18.Janji Java

422 67 330
                                        

Hai guys... sebelum comen-comen baca dulu 3 paragraf atas ya, kalau tidak dibaca kamu gak akan ngerti ceritanya. Makasih.... selamat membaca.

Beberapa minggu yang lalu setelah pulang dari tamasya ke pantai, Maya menuntut Java untuk menjadi pacarnya hanya gara-gara Java tak tahu jalan pulang. Sebagai siswa teladan yang selalu patuh terhadap komitmenya sendiri, Java tidak menyanggupi itu dan Java berjanji menggantinya dengan les privat matematika. Dan Java sendiri sebagai gurunya.

Pemberian les privat ke pada Maya ternyata bukanlah ide yang tepat. Gadis itu selama mengikuti les matematika dengan Java lebih banyak senyum-senyum tidak karuan. Sikap kurang konsentrasinya sangat terlihat jelas. Maya bukannya belajar dengan serius, ia justru ambil kesempatan untuk berdekatan dengan Java.

Selama mengikuti les matematika dan Java sebagai gurunya, Maya hanya berpura-pura konsentrasi. Setiap apapun yang di terangkan Java yang diterjemahkan otaknya hanya cinta, cinta, dan cinta.

Maya lebih banyak menunjukkan senyumnya daripada berpikir mengikuti rumus matematika yang diterangkan Java. Wajah takjub di tunjukkan oleh Maya, seolah Java adalah bintang K-Pop idolanya. Ia juga sering tepuk tangan sediri dan terperangah ketika Java menerangkan pelajaran.

Maya tak jauh beda dengan seorang fans garis keras saat bertemu idolanya. Gejala-gejala yang diperlihatkan Maya yaitu dengan histeris, tepuk tangan, memegang pipi sendiri, memanggil Java dengan sebutan oppa, setiap saat mengatakan saranghae, melebarkan tangan ingin dipeluk Java dan komat kamit menyebut Java sebagai SUAMI GUE di dalam hati.

Java mau tak mau harus bersabar agar penderitaannya berakhir dari aksi bar-bar Maya. Java juga berdoa agar setelah selesai memberi les privat kepada Maya dirinya tidak masuk rumah sakit jiwa karena didiagnosa mengindap penyakit strees berat.

"Ganteng," kata Maya sambil memperhatika wajah Java. Ia sangat takjub dengan ketampanan Java.

"Siapa?"

"Kamu Zeyeng,"

"Kakak!!! Lihat buku kak!! Jangan lihat muka Java!!" kata Java dengan nada kesal.

Maya terkejut lamunannya buyar seketika.

"Iya-iya Pak Guru galak amat sih!!" omel Maya.

"Kerjakan soal ini!" perintah Java sambil menyodorkan buku Matematika kelas XI yang sama sekali belum pernah dipelajari Java di sekolah tapi Java tentu bisa menerangkannya.

Jangan pernah meragukan Java, walau masih kelas X SMA sebagai pecinta matematika dan saudara-saudaranya Java sanggup mengerjakan soal matematika kelas XI kelas XII, tingkat perguruan tinggi bahkan tingkat pascasarjana Java juga sudah bisa.

"Apa ini Zeyeng? Susah banget!" protes Maya.

"Dicoba dulu!"

"Kamu ngasih contoh soalnya susah-susah Zeyeng, pas kamu nerangin soalnya mudah-mudah," kata Maya sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan pensil.

"Ya trus, kakak mau soal yang mudah?" tanya Java dengan sorot mata menakutkan. Sejak menjadi guru les Maya, Java memang terlihat serius.

"Iya Zeyeng," jawab Maya diirinya alis yang naik turun.

"KAKAK BALIK AJA KE Taman Kanak-kanak. Java yakin soalnya mudah semua"

"Enak aja kamu Zeyeng, masa aku balik ke TK sih, ketuaan donk, ini juga aku sering dipanggil Mak Lampir," gerutu Maya.

"Ya udah ayo kerjakan!"

"Ck! Iya, iya Zeyeng. Galak amat sih!!"

Harapan Maya untuk ambil kesempatan dekat dengan Java musnah sudah, ternyata selama les matematika Java benar-benar sangat serius. Di ajak bercanda marah, pura-pura bertanya tidak boleh, lambat ngerjakan tugas Java nagih-nagih menyuruh cepat seperti menagih utang, malahan Java hampir berniat merokok lagi gara-gara Maya susah menangkap materi pelajaran yang diterangkan Java.

When Maya Meet JavaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon