3. Home

9.9K 1.3K 105
                                    


***

Sejak satu jam yang lalu Jungkook mencoba untuk memejamkan kedua mata lelahnya. Mengistirahatkan diri yang merasa sangat lelah beberapa hari ini. Bukan saja lelah fisik, tampaknya fikirannya pun begitu. Akan tetapi, semua usahanya sia-sia. Kedua kelopak mata itu sama sekali tak bergerak untuk terpejam. Terus saja terbuka sampai ia kembali mengingat kejadian tadi siang. Ketika ia menjadi seorang penguntit yang bersembuyi di dalam mobil untuk terus mengawasi seorang wanita yang ia hancurkan hidupnya.

Tadi siang, ketika ia mencoba untuk menemui Eunbi di kediaman wanita itu. Hal yang tak seharusnya ia lihat pun terjadi di depan matanya. Sebuah kejadian memilukan di mana Eunbi terlihat di usir dari kontrakannya secara paksa.

Jungkook ingin sekali membantu Eunbi. Ingin sekali meminta maaf pada wanita itu atas perlakuan berengseknya beberapa bulan lalu. Namun, tungkai Jungkook terlalu kaku untuk melangkah ke arah perempuan itu. Rasa benci, bingung, ketakutan dan rasa kecewa. Semuanya dapat Jungkook lihat dari sorot mata Eunbi yang benar-benar hampir terlihat kosong. Wanita itu terus berjalan sendirian dengan menyeret kopernya. Membawa perut yang mulai terlihat membesar di balik coat merah muda yang membalut tubuh kecilnya.

"Taehyun-ssi, bisakah aku meminta bantuanmu lagi?"

"Apa itu, Sajangnim?"

"Tolong bantu aku untuk menemukan alamat keluarga Eunbi."

"Baik. Akan segera saya cari alamat nona Eunbi, Sajang­nim."

"Huum. Terima kasih Taehyun-ssi."

Banyak orang mengatakan jika tuhan tak akan memberikan cobaan di luar batas kesanggupan umatnya. Tuhan itu tidak tidur dan tidak pula buta. Ia maha melihat dan maha mengetahui. Eunbi tidak pernah merasa kecewa atas takdir hidup yang telah digariskan tuhan untuknya. Namun, Eunbi hanya ingin menanyakan satu hal pada sang pencipta. Perihal takdir pelik menimpa hidupnya saat ini.

Kenapa tuhan memberikan cobaan dan takdir sepelik ini dalam hidupnya?

Setelah hampir satu jam lebih perjalanan menuju Daejeon. Akhirnya perempuan dengan perut membuncit kecil itu tiba di depan sebuah kediaman yang cukup sederhana, namun memiliki halaman luas lengkap taman bunga di depannya sebagai perindah. Eunbi pun melangkah masuk dengan membawa koper besarnya menuju ke dalam rumah, di mana orangtuanya tengah berada saat ini. Saat Eunbi ingin membuka pintu besar rumah tersebut. Tampaknya gagang pintu itu bergerak dengan daun pintu membuka menghadirkan sosok ibunya yang cukup terkejut dengan kehadiran Eunbi secara tiba-tiba.

"Eunbi?! Kenapa tidak bilang jika ingin pulang?" tanya sang ibu dengan gerakan langsung memeluk tubuhnya. Rasa senang dan rindu langsung menyelimuti wanita hampir berumur itu. "Eomma sangat merindukanmu, Nak. Sungguh! Kau tega sekali tidak pulang hampir berbulan-bulan."

"Eunbi juga rindu Appa, Eomma dan Seokjin Oppa." ucapnya lirih dengan membalas pelukan sang ibu. "Eunbi banyak pekerjaan di Seoul, Eomma. Jadi sulit untuk pulang."

"Kalau begitu mari kita masuk. Di dalam kami sedang berkumpul."

"Huum baik Eomma." Jantung Eunbi yang tadinya berdegup kencang. Saat ini rasanya sudah mulai terdeteksi normal kembali. Sampai sang ibu menyadari jika penampilan Eunbi terlihat berbeda saat ini.

"Kau kebanyakan makan ya? Tubuhmu terlihat berbeda sekarang, Nak. Kelihatannya lebih berisi."

"E-eunbi sekarang suka ngemil di malam hari Eomma." Bohong wanita itu saat beralasan pada sang ibu. Kemudian merapatkan kancing coat yang ia gunakan agar perut membuncitnya tidak begitu terlihat kentara.

THE SCAR ✔Where stories live. Discover now