Teman yang Tak Terduga

5K 381 84
                                    


Happy reading.

.

Aku memeriksa kembali seluruh isi bawaan. Mencocokkan dengan daftar check list yang sudah dibuat sebelumnya. Kebiasaanku bila akan bepergian jauh untuk membuat travel check list, tujuannya supaya tidak ada barang yang tertinggal atau malah membawa yang tidak perlu. Apalagi karena travelling kali ini agak spesial.

Travelling sekarang berbeda karena aku akan melakukannya sendirian. Biasanya aku pergi dengan Namjoon atau kadang Hoseok, tapi karena kondisi mereka berdua yang tidak memungkinkan, terpaksa aku berangkat sendiri.

Kulirik jam di meja samping tempat tidur, sudah jam 12. Nampaknya aku akan mencoba beristirahat, karena besok pagi-pagi Namjoon akan mengantar ke bandara. Setelah memastikan segalanya, koper aku kunci. Aku siap berpetualang.

Pukul 6 pagi, Namjoon sudah mengetuk pintu apartemenku. Sebenarnya hanya kesopanan, karena Namjoon mengetahui password nya, "Sudah siap berangkat, hyung?".

Kuhabiskan kopi di cangkir, cuma itu sarapanku sehari-hari. "Sebentar lagi, Joon, koper sudah siap di situ."

Namjoon mengangguk dan mulai menggeret koper yang paling besar. Aku mencuci cangkir, lalu memandang apartemenku sekali lagi. Yeah, aku siap berpetualang.

Mobil Namjoon berjalan pelan di area drop off bandara Incheon. Namjoon hanya akan menurunkan aku di pintu keberangkatan internasional. "Tidak usah ikut masuk," kataku, "Aku sudah cukup merepotkan."

"Tidak merepotkan, hyung. Hanya ini yang bisa kulakukan. Aku masih merasa bersalah karena kau harus berangkat sendirian." Namjoon mengangkat bahunya.

Perjalanan ini sebenarnya tradisi kami berdua, Namjoon dan aku. Setiap tahun kami mengambil cuti dari pekerjaan di dunia musik dan bepergian ke tempat yang jauh untuk melakukan hobi masing-masing. Kami sudah lama merencanakan untuk liburan ini, bahkan reservasi hotel sudah dibuat sejak tahun lalu. Tapi Namjoon mendapatkan anugrah yang luar biasa sehingga tidak jadi ikut.

Sejak dinyatakan tidak bisa memiliki anak kandung 3 tahun lalu, Namjoon dan Seokjin berjuang agar bisa mengadopsi anak. Setelah menjalani berbagai proses yang panjang dan berliku-liku, baru sekarang permohonan mereka dikabulkan. Bulan kemarin, pasangan ini dianugrahi seorang bayi perempuan lucu yang diberi nama Kim Sarah.

Seokjin sebenarnya tidak keberatan bila Namjoon tetap pergi sesuai rencana kami. Tapi aku bukan orang jahat yang berhati dingin, mana mungkin aku tega memisahkan ayah dan anaknya. Namjoon sangat memuja anak itu, membicarakannya setiap saat. Dia pasti sangat menderita bila terpisah lama dari keluarga kecilnya.

Setelah Namjoon berhalangan, aku juga sudah menawari Hoseok, satu kolega produser lain. Hoseok sudah setuju, bahkan sudah memesan tiket pesawat atas namanya. Dasar nasib, satu minggu sebelum hari H, Hoseok mengalami kecelakaan di tangga rumahnya. Dokter menyarankan istirahat total, terpaksa rencana wisata dibatalkan.

"Benar tidak apa-apa, hyung?" Mobil kini sudah berhenti tepat di pintu keberangkatan. Namjoon memandangku dengan sedikit perasaan kuatir.

"Kau ini bicara seperti ibuku saja. Jangan lupa aku lebih tua darimu, kenapa tidak bisa bepergian sendiri?" Agak berlebihan menurutku. Aku bukan anak kecil yang harus dituntun kemana-mana.

"Tapi hyung, biasanya kan kau memang mengandalkan aku. Apalagi untuk urusan bahasa. Bagaimana nanti kalau kau bingung sewaktu memesan makanan, atau bertanya arah, atau untuk membayar sesuatu?" Namjoon beralasan. Memang benar, biasanya aku membiarkan Namjoon yang melakukan komunikasi dengan orang asing.

"Joon, aku bisa ikut tour, juga bisa mencari guide untuk menemaniku. Tidak usah kuatir, selama bekal uangku cukup, pasti bisa survive." Aku bukan tidak bisa berbahasa Inggris, hanya malas menggunakannya. Tapi aku cukup mampu berkomunikasi dasar.

Travelling Buddy - COMPLETEDWhere stories live. Discover now