Damn! Papa 2

Mulai dari awal
                                    

"Mean masih terlalu kecil untuk bisa menerima semua harta kekayaan adikku." Ucap Mike bersikeras.

"Untuk sementara ini, seluruh harta kekayaan dan aset perusahaan akan di kendalikan oleh orang-orang kepercayaan yang sudah di tunjuk langsung oleh Natt. Jika usia Plan sudah dewasa, maka semuanya akan di ambil alih olehnya."

Rahang Mike seketika mengeras.

"Dan satu hal lagi yang harus anda ketahui, tuan Mike Phiravich. Seluruh harta peninggalan Natt ini semuanya adalah hasil jerih payah Natt sendiri. Harta peninggalan dari almarhum orangtua kalian, hampir sepenuhnya telah di kuasai oleh anda. Natt hanya menerima sebagian kecil dari harta orangtua kalian. Jadi anda sama sekali tidak berhak mengungkit masalah harta kekayaan adik anda." Ucap Ken tegas dan menusuk.

Napas Mike terdengar memburu saat mendengar ucapan Ken. Mike memang sudah membenci Ken dari dulu. Saat ia hendak kembali berbicara, tiba-tiba Narin menahannya.

"Sayang, sebaiknya kita pergi saja dari sini." Bisik Narin.

Mike memandang tajam ke arah Plan dan Ken secara bergantian. Setelah itu akhirnya dia pergi dengan bongkahan batu besar yang bersarang di dadanya.

"Paman ... Terimakasih." Lirih Plan pelan.

Ken tersenyum, lalu dia mengusap kepala Plan dan juga Mean.

"Kau tidak perlu khawatir, Plan. Mulai saat ini kau adalah tanggung jawabku. Mulai saat ini, Kau dan Mean adalah pemilik sah seluruh harta kekayaan orangtua kalian. Kau akan menerima seluruhnya secara hukum setelah usiamu dinyatakan cukup."

"Tidak, Paman. Aku tidak butuh semua ini. Aku hanya ingin merawat Mean."

Ken tersenyum.

"Aku lebih ikhlas jika seluruh harta kekayaan sahabatku ini jatuh ke tanganmu, daripada kepada kakaknya yang tamak itu, Plan. Jadi ku mohon, tolong terima semua ini. Jangan menolaknya."

Plan terdiam, masih tidak percaya bahwa orangtua angkatnya telah mewariskan seluruh harta kekayaan mereka kepadanya dan juga Mean.

"Dan untuk masalah adikmu, aku akan mencarikan orang yang tepat untuk mengurusnya."

"Tidak, Paman. Aku akan mengurus Mean dengan tanganku sendiri. Aku tidak ingin Mean mengalami nasib yang sama sepertiku. Aku tidak ingin Mean merasa kesepian karena tidak memiliki orangtua. Oleh karena itu, aku ingin mengadopsi Mean sebagai anakku. Mulai saat ini, Mean bukan lagi adikku, tapi dia adalah anakku."

Ken tercengang saat mendengar penuturan seorang anak yang baru berumur 13 tahun itu.

"Tapi kau masih terlalu kecil, Plan. Bagaimana mungkin kau mengadopsi seorang anak untuk menjadi anakmu, sementara kau sendiri masih butuh sosok orangtua yang harus menjagamu."

"Aku mohon, Paman. Tolong bantu aku agar keinginanku untuk mengadopsi Mean ini bisa terwujud. Aku berjanji akan menjadi orangtua yang baik untuk Mean. Dan aku juga berjanji akan menerima surat wasiat itu asalkan Mean menjadi anakku." Mohon Plan.

Ken terdiam.

Masih tidak habis pikir dengan keputusan Plan.

Tapi Ken tahu, meski usia Plan masih sangat kecil, tapi ia memiliki pemikiran yang sangat dewasa.

"Baiklah, aku akan membantumu untuk menjalani proses adopsi ini. Tapi secara hukum, kau baru boleh mengadopsi Mean setelah kau cukup umur."

"Baik, Paman. Aku akan menunggu. Aku mohon, tolong jaga rahasia ini sampai Mean dewasa nanti. Aku ingin Mean tetap menganggapku sebagai ayah kandungnya."

Ken mengangguk sambil tersenyum.

Plan ikut tersenyum. Ia merasa lega sekali karena akhirnya keinginannya bisa terwujud.

Damn! I Love You PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang