Maret

334 38 16
                                    

Memasuki bulan kelahiran Neira, ia prediksikan tidak akan ada hari spesial seperti tahun2 sebelumnya. Hanya dua tahun terakhir ia merasakan harunya ulang tahun itu. Itupun dibuat oleh para sahabatnya.

Tapi tidak apa. Toh dari kecil ia tidak pernah merasakan bagaimana senangnya mengundang teman ke rumah. Bagaimana meniup api di lilin. Bagaimana bernyanyi dan memotong kue. Ia tak pernah melakukannya. Apalagi mendapat sebuah hadiah. Neira tak pernah mengharapkan sejauh itu. Ada yg ingat saja sudah syukur.

ketika mengulang hari dan bulan yg sama hanya tahun yg berbeda itu, Neira tau tak akan ada yg mengingat. Dirinya memang kurang menarik untuk seorang manusia. Padahal ia sangat berusaha keras untuk menjalin hubungan. Entah itu pertemanan atau yg lainnya.

Maka dari itu, Neira sebenarnya tau ada  cowok yg tertarik. Namun ia sadar, menjalin pertemanan saja susahnya minta ampun. Apalagi untuk yg agak begitu.

Satu hal yg ia yakini dari dulu ia miliki. Sikap yg satu ini memang egois. Dia posesif terhadap sebuah hubungan. Dg siapapun itu, bila dia memang nyaman maka dia akan sgt posesif terhadap orang tersebut. Dia pun kadang berpikir apakah temannya menyadari sikap yg satu ini?. Dia takut mereka tak nyaman. Padahal alasan Neira seperti itu hanyalah karena ia benci ditinggal. Yah walau selama ini gadis belia itu selalu sendiri.

Itu semakin membuat sikap posesifnya semakin menjadi kepada orang-orang yg masih bertahan disisinya. Laras salah satunya. Jarang bertemu membuat ia semakin merasa kehilangan. Dan lagi kedekatan Aily dg Nessa. Sampai dia sendiri bingung siapa sebenarnya sahabat yg dikirim tuhan. Apakah dia memang sudah mendapatkan? Sebatas Laras? Aily? Dan teman dekat Neira?

Kembali ke kisah. Senin tidak sepenuhnya menyebalkan. Terlepas dari upacara dan pelajaran, senin menjadi lebih baik dg adanya pujaan hati. Kejadian tempo hari terulang lagi. Namun kali ini Neira beruntung. Saat itu ia sedang menunggu imam untuk solat Ashar.

Kemudian Pak Yanto berjalan dg kakel (tetangga Nessa) disampingnya. Warga sekolah pun hapal dg dua orang tersebut. Mereka memang sering kesana kemari berdua. Namun tidak sengaja Neira melihat Aji dibelakang mereka. 

"astagfirullah " ia terkejut ketika Aji meliriknya. Kemudian ia dikejutkan lagi oleh kedatangan Dilan beserta gengnya. Anak2 jarang solat. Dan yg makin membuat Neira melongo. Radi yg tepat dibelakang Dilan.

Mukena yg dikenakan menambah suhu tubuh semakin panas saja. Ia tidak pernah membayangkan bisa satu shof dg Radi. Tidak sama sekali. Meski Radi tidak tau dirinya, ini sebuah keajaiban tuhan. Neira pastikan solat ashar waktu itu pasti tuhan tidak menerimanya. Karena dikepala Neira penuh dg Radi. Bahkan ketika solatpun masih sempat stalker itu mencuri pandang.

Sesudah solat. Tak seperti biasa, Neira memperlambat saat hendak keluar mushola. Demi melihat wajah rupawan seniornya. Senyum Neira tidak lepas dari mushola hingga bertemu Aily.

"naon maneh teh? "

" tuhan baek banget yak ama gue. Suer deh beruntung amat gue."

"naon sih? "

" gue barusan solat bareng Kak Radi. Bisa lo bayangin? Duh gue jadinya makin halu klo diinget terus"

"hahhh kapan? "

" barusan Ay. Sumpah seneng banget gue. Rasanya pipi gue anget terus"

"jelas anget lah. Merah gitu "

" Masa? " tanya Neira ngegas

" Ga usah teriak juga. budek kuping gue Ra"

"huhhh gue akan sejarah kan hari ini. Gue bayangin dia jadi imam masa depan gue. Ihhh hahahaha. Ahh udah ah malu"

Dear, Kakel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang