12🌸

3 2 0
                                        

"Luciiiiiii!!" teriak Nene dan langsung berlari ke arah Luci

"Hei.. Luci.. Bangun.. Jangan bercanda lagi.. Oi Luciii.. Bagunn.. Hikss.. Maaf.. Maafkan aku.." tangis Nene, dia tidak tau kalau akan jadi seperti ini

"Oi dek.. Dia juga ikut pingsan.."
"Apa mereka saling kenal??"
"Hei! Siapa pun, tolong telfonkan ambulance!" teriak bapak-bapak yang berada disana, tak selang beberapa menit mobil ambulancepun datang

🌸🌸🌸

"Hmn.. Ini dimana?? Kenapa terang sekali.."

"Nene.. Sayang.. Akhirnya kau bangun nak.. Kenapa kau tiba-tiba menghilang begitu saja??" tanya Kazumi

"Luci.. Luci dimana??" di pikiran Nene hanya Luci sekarang, ia tidak mau kejadian Saki terjadi lagi pada Luci.

"Luci.. Di ruang sebelah.. Dia.."

"Dia kenapa Manu?"

"Maaf Nene.." jawab Cia yang tak dapat menahan tangisnya lagi.

"Oii.. Kalian bercanda kan?? Ini bukan waktunya bercanda loh Ciaa.. Luci kenapa??" tanya Nene lagi dengan air mata yang terus mengalir di pipi merahnya

Manu yang tidak tahan lagi langsung memeluk Nene, "Luci meninggal Yuki.. Dia udah pergi duluan.." bisik Manu.

Nene hanya terdiam dia tidak menyangka kalau ia sekarang juga membunuh Luci, seluruh badannya mendingin, hatinya seketika hancur, ia tidak tau harus berkata apa dan akhirnya hanya tangis yang penuh dengan penyesalan yang terjadi.

"Yuki! Tenanglah.. Tenangkan pikiranmu" teriak Manu yang terus memeluk Nene yang sudah seperti orang gila sekarang

"Lepas! Lepasin! Lepasin gw Man!" teriak Nene yang terus membronta

"Nene tenanglah sayang.." semua orang panik melihat sisi depresi Nene, terutama Cia, ia tidak menyangka kalau Nene sesakit ini.

"Lepasin!" teriak Nene dan ia berhasil melepaskan dirinya dari pelukan Manu. Ia langsung pergi meninggalkan semuanya dan mencari Luci.

"Sus, Suster saya mau nanya, anak cewe yang masuk barengan sama saya dimana ya kamarnya sus?? Karana kecelakaan itu sus?"

"Namanya siapa ya mbak??"

"Luci, Luciyan Elf Ansley"

"Saya antar mbak" ucap suster itu lalu mulai berjalan mendului Nene

Tidak berapa lama Nene sampai di ruang jenazah, "Sus.. Ki.. Kita ngapain ke sini ya..?" tanya Nene dan terus mengikuti suster tersebut

"Maaf mbak.. Teman mbak sudah pergi duluan.. Kami sudah mencoba sebisa mungkin tapi pendarah di otaknya cukup parah.. Maaf kan kami" ucap suster itu lalu pergi meninggalkan Nene yang hanya bisa diam melihat kamar yang tertulis nama Luciyan Elf Ansley dengan mata sayu dan badan yang sudah lemah

"Luci.. Maafkan aku.. Aku tidak bermaksud membunuhmu.. Andai saja aku tidak keras kepala.. Andai saja aku menceritakan semuanya.. Dan... Da..n A-and..ai sa-saja.. Aku leb..ih be-berani untuk.. Melupakan Saki.." tangis Nene kembali pecah, ia sangat menyesal akan sifatnya dulu pada Luci

"Yuki..?"

"Ma.. Manu.. Ak-"

*bruk*

"Yukii! Heii.. Sadarlah.."

🌸🌸🌸

Sudah seminggu sejak kematian Luci, Sesvony ibunya Luci sudah seminggu pula datang kepada Nene hanya untuk mengutuk gadis itu.

Nene tak peduli lagi, ia tak dapat merasakan sedih, marah, senang, ia hanya ingin mati saja. Dia sudah sangat lelah dengan kehidupannnya

"Tako.. Lu udah boleh pulang sekarang.. Barang-barang biar gw yang beresin.. Mama lagi ngurus administrasi.." jelas Arata yang sama sekali tidak di pedulikan oleh Nene

"Oh iyaa.. Ini ada coklat matcha, chocolatos matcha, parfum bau matcha semua matcha"an dari teman sekolah lu.. Tadi di kasihin Manu ama Cia"

"Nene.. Lu harus ikhlas Ne.. Luci meninggal mungkin emang udah takdirnya.. Saki juga gitu.. Kita nggak tau dimana, kapan dan kek mana kita meninggal.." jelas Arata yang berusaha menenangkan adiknya

Nene tetap tak bersuara, ia sudah sangat lelah bahkan untuk bicarapun ia sudah tidak bisa

Tbc..

Jangan lupa vote dan coment yaa 💞

Introvert X Ekstrovert ✔Where stories live. Discover now