lari bareng

40 4 0
                                    

Peluh di dahi Ara belum kering. Napasnya masih berpacu saat kakinya berhenti berlari. Badan Ara membungkuk, kedua tangannya memegang lutut bersamaan dengan rambut yang diikat menjuntai ke depan.

Dari belakang, Deon menyusul, menepuk pundak gadis itu lalu berseru, "payah! Baru dua puteran, Ra."

Mendengar cemoohan itu, Ara mendelik sinis lalu kembali berlari.

Baru saja beberapa meter berlari, kaki Ara yang sudah kewalahan, tiba-tiba terkilir sampai tubuhnya tersungkur di lintasan. Gadis itu mengadu kesakitan sambil melihat pergelangan kakiknya.

Deon yang berdiri beberapa meter dari tubuh Ara, langsung menyusul gadis itu lalu memapah ke pinggir lintasan.

"Lagian udah oleng masih dipaksain, sih, Ra?"

"Gue nggak suka dibilang payah!"

"Maaf, gue nggak maksud ngatain lo."

"Tapi lo nantangin, Deon."

"Gue juga nggak bermaksud nantangin, Ra."

Untung saja Deon selalu membawa krim pereda nyeri otot saat lari sore. Dengan cekatan laki-laki itu membalur krim di pergelangan kaki Ara.

"Makasih."

Kaki Ara belum seluruhnya menghangat, namun ia mencoba berdiri dan melarikan diri. Dengan sekali tangkap, Deon mencekal tangan Ara.

"Diem, deh. Berdiri aja belum tentu bisa, belaga mau pulang sendiri."

Laki-laki itu memaksa Ara untuk duduk di tribun penonton, lalu ia berjongkok di depan Ara sambil menepuk bahunya.

"Cepet naik. Keburu malem. Nanti tukang es krimnya pulang."


🍕

Gue nggak bisa jauh dari lo, Dion.

🍕

[author's note]
Dion sama Ara tuh nggak bisa berantem. Yakin deh gue mah.

TNS [4] : Arandeon✔Where stories live. Discover now