CHAPTER 22

4.2K 497 19
                                    

Aku update lagi dong! Ada yang seneng? Hehehe... Kalau seneng boom vote dong ya... Tapi jangan minta double update, karen chapter selanjutnya baru dapat 1 palagraf. Hehehehe...

Mau caci maki Rey? Inilah saatnya. Sikat gaes... Hehehe...

Jangan lupa vote dan komen ya.... Happy reading. Kisss....

****

REYGAN

Semalam aku yang menemani Kanaya, tapi tadi pagi aku ijin kembali ke rumah untuk membersihkan diri, dan juga membawa beberapa perlengkapan Kanaya.

Aku dan Kanaya harus bisa saling menguatkan saat ini, karena yang kehilangan bukan hanya aku atau Kanaya, tapi kami berdua, walaupun kedekatan emosional sudah barang tentu Kanaya yang lebih merasa sedih. Karena keegoisanku yang tidak mau berdekatan atau tau kondisi janin dalam rahim Kanaya.

Dan hal itulah yang membuatku menyesal.

Aku sampai ke rumah sakit, saat Kanaya baru saja selesai di ganti inpusnya, dan Kanaya tampak terjaga ditemani oleh orang tuaku, dan mertuaku.

"Hai Nay," sapaku. Sambil mengecup keningnya lembut.

Melihat tindakanku itu, tampak Naya membuang muka. Membuatku menarik napas berat.

Saat ini kondisi Kanaya sudah membaik, suster bilang, Kanaya sudah boleh belajar jalan, belajar balik kiri dan kanan. Caesar memang bukan perkara mudah, karena paska operasinya yang panjang masa pemulihannya, beda dengan melahirkan normal, tapi bisa apa bila keadaan yang tidak memungkinkan, lagian melahirkan melalui operasi caesar tau normal tetap saja seorang Ibu, karena sebutan Ibu bukan hanya karena cara melahirkannya, tapi proses mengandung dan membesarkan anak-anaknya nanti.

Melihat ketegangan yang terjadi antara aku dan Kanaya, dan tahu, aku dan Kanaya membutuhkan waktu bicara berdua, Bunda dan Ayah, juga Ibu dan Ayah memutuskan keluar dari ruang perawatan Kanaya, meninggalkan aku berdua dengan Kanaya dalam keheningan.

"Dimana anakku Rey?" tanya Kanaya tiba-tiba.

"Naya..."

"Puas kan kamu menyakiti aku sekarang Rey?" tanya Kanaya setelah lama, kami hanya berdiam. "Puas kamu? Karena kamu tidak harus mengotori tanganmu, menyingkirkan anakku,"

"Nay..."

"Selama ini, kamu yang begitu vokal untuk membunuh janin tidak bersalah itu, kamu pernah dengan kejam menyuruhku mengugurkan kandunganku, kamu juga yang dengan tanpa perasaan mengatakan bahwa kamu tidak menginginkan anak hasil perbuatan bejatmu itu," kata-kata Kanaya seolah melemparkan semua kata dan kalimat yang menyakitkan yang sudah aku katakan kepada Kanaya.

"Naya..."

"Tidak Rey, aku tidak butuh maaf kamu," lagi-lagi Naya memotong kata-kata yang ingin aku ucapkan.

"Tapi Nay..."

"Puas kamu, karena sekarang sudah tidak ada penghalang lagi untuk mencapai bahagia kamu," Naya memotong kalimat yang ingin aku ucapkan.

"Nay..."

Kanaya menatapku di balik derai airmatanya. "Kamu bisa segera memproses perceraian kita Rey, sudah tidak ada lagi penghalang bagi kamu untuk sesegera mungkin menceraikanku..."

Aku menghampiri Kanaya, dan menutup bibirnya dengan jariku, mencegahnya bicara sesuatu yang ngawur, "Ya Tuhan Nay, aku tidak sejahat itu untuk menceraikanmu," potongku.

"Sudah tidak Amara yang akan menghalangi langkah bahagiamu Rey," bisik Kanaya tampak putus asa.

Aku menarik tubuh Kanaya kedalam pelukannya, "kita hadapi ini bersama-sama sayang. Aku tahu kamu lebih terluka di bandingkan aku..."

Tapi Kanaya memberontak, berusaha melepaskan pelukanku, dan enggan bersentuhan denganku, membuatku sakit hati.

"No, jangan pernah kamu sentuh aku lagi Rey, cukup sekali kamu sentuh aku, hingga aku harus kehilangan anakku," jerit Kanaya histeris.

"Naya..."

"Aku benci kamu Rey!" jeritnya lagi, "pergi! Pergi Rey, aku tidak ingin melihat kamu lagi!" usirnya.

"Naya, tapi aku tidak bisa meninggalkanmu dalam kondisi seperti ini!" bentakku, walaupun aku berusaha sabar, tapi melihat kekeras kepalaan Kanaya membuatku kesal.

Mendengar bentakanku, wajah Kanaya memucat. "Tidak Rey, aku tidak akan menghalangi langkah kamu lagi, silahkan bahagia bersama Renata!" isaknya, dan setelah itu Kanaya berbalik membelakangi aku, menympan tangisnya seorang diri.

Aku menarik napas lelah, dan putus asa.

****

Serang, 16 April 2020

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang