Chapter 5

4.9K 556 4
                                    

Reygan POV

Sudah kurang lebih dua bulan ini aku mencari keberadaan Kanaya, dan sampai saat ini masih belum ditemukan, orang-orang kepercayaanku yang aku sewa tidak berhasil menemukannya, aku berusaha mencarinya sendiri dengan menyusuri setiap jengkal Kota Bandung, atau pun Jawa Barat, dan Kanaya raib tidak bisa aku temukan.

Aku juga berusaha mengunjungi orang tuanya Kanaya, walaupun sambutan mereka tidak seramah biasanya, tapi aku tahu kesalahanku teramat patal merusak Kanaya.

Dan yang membuatku semakin kesal, karena dalam dua bulan ini, aku mengalami sakit parah, bukan dalam artian aku harus terkapar di rumah sakit dan menunggu kematianku.

Tapi mual muntah yang aku alami setiap hari dalam dua bulan ini membuatku tumbang, dehidrasi dan tidak bisa menelan makanan apapun selain air putih, dan itu membuatku harus dirawat di rumah sakit selama lima hari.

Sungguh sebuah penyakit yang memalukan.

Bunda menuduhku sudah menghamili anak orang, dan sekarang aku sedang ngidam. Bisa juga, karena dua minggu setelah kejadian yang hanya aku ingat sebagian, kondisiku memburuk jadi seperti ini.

Dan aku memang telah merusak seorang perempuan malam itu, Kanaya Mirantya Puspita, sahabat masa kecilku, sahabat terbaikku, yang sampai saat ini masih setia menjadi sahabatku, yang rela disakiti oleh mantan-mantan pacarku yang tidak mau aku putuskan, yang Kanaya-lah yang paling vocal saat membelaku.

Dan dengan tega aku malah merusaknya, bukan menjaganya seperti seharusnya.

Aku menarik napas berat.

Aku harus mencari Kanaya, dan membahas hal ini, setelah aku keluar dari rumah sakit nanti. Pikirku.

****

Dan ternyata, aku tidak harus mencari keberadaan Kanaya lagi, karena saat aku pulang dari rumah sakit, orang tua Kanaya sudah menunggu kedatanganku di rumah Ayah dan Bunda, untuk membahas masalah yang aku timbulkan.

Dan jawabannya hanya satu.

Kanaya hamil. Hasil perbuatan yang aku lakukan kepadanya. Aku sama sekali tidak menyesalinya.

Dan saat bom itu dijatuhkan,

Ayah langsung menghampiriku, dan membombardirku dengan pukulan, tinju dan beberapa jab yang Ayah sarangkan ditubuhku, hingga aku hanya bisa tergeletak di lantai kesakitan dan berdarah-darah, tanpa berani melawan Ayah yang tengah emosi berat karena tindakanku kali ini, tangisan Bunda, teriakan Bunda, tidak menyurutkan kemarahan Ayah akan perbuatanku yang telah merusak Kanaya, yang notabene sudah Ayah dan Bunda anggap anak sendiri, sama seperti Ayah dan Bunda memperlakukan Kak Alea, dan Allana, saudara kembarku.

Dalam ringis kesakitanku,

Aku cukup terkejut, karena Kanaya lebih memilih pergi meninggalkanku, dan tidak diketahui keberadaannya saat ini, di bandingkan memberitahukan kehamilannya kepadaku.

Kalau bukan karena kedatangan orang tuanya ke rumah keluargaku, dan menceritakan keadaan Kanaya kepada orang tuaku, yang membuat Ayah murka, dan Bunda menangis karena merasa gagal mendidikku, aku sama sekali tidak akan mengetahui berita kehamilan Kanaya yang saat ini sudah dua bulan kurang lebih.

Tapi aku janji dalam hatiku kepada orang tuaku dan orang tua Kanaya, akan mencari keberadaannya dimanapun Kanaya berada.

****

Serang, 25 September 2019

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang