CHAPTER 14

4K 382 18
                                    

Kanaya

Seminggu setelah malam itu, orang tua Reygan kembali datang menemui kedua orang tuaku, saat aku sedang duduk membaca di taman belakang rumah kami yang asri. Ibu memanggilku untuk bergabung diruang tengah.

Tidak mengerti, akhirnya aku beranjak menuju ruang keluarga.

Saat aku tiba ke ruang keluarga, Tante Sisi memelukku dengan erat, begitu pun dengan Reygan yang beberapa kali mendaratkan ciuman mesra di keningku, walaupun beberapa kali juga aku berusaha menolaknya, tapi Reygan dengan tenaganya yang kuat selalu berhasil melakukan apapun keinginannya kepadaku.

"Reygan, Naya, Ayah ingin memberitahukan kalian berdua." Ayah tersenyum.

"Memberitahu apa Yah?" tanyaku penasaran.

Tante Sisi tampak tersenyum bahagia sambil mengusap kepalaku lembut, "Ayah, Bunda dan keluargamu, sudah bahas tentang tanggal pernikahan..."

"Apaa..." tanyaku terkejut.

Tante Sisi tersenyum menenangkan, tapi yang aku rasakan bukan ketenangan yang sangat aku butuhkan saat ini. "Kita tidak bisa menunggu lagi sayang, semakin lama kehamilanmu akan semakin membesar,"

"Tapi Tan..." aku memotong kalimatku, "tapi Bunda, aku dan Reygan belum setuju untuk sesegera mungkin menikah..."

"Tidak Nay, aku yang meminta Bunda dan Ayah untuk segera melamarmu,"

Aku menggelengkan kepalaku, "tidak Rey, aku tidak akan memberatkanmu dengan kehamilanku, seperti yang selalu aku bilang selama ini..."

"Tapi aku melakukannya Nay..." potong Reygan.

Aku mengangkat tanganku, mencegah Reygan melanjutkan kalimat panjangnya. "Tidak Rey, aku tidak mau kamu melakukannya karena terpaksa,"

"Tidak ada yang terpaksa sayang, Reygan melakukannya karena tanggungjawab kepadamu dan bayi kalian," bujuk Tante Sisi.

Aku menatap Tante Sisi dengan tatapan penuh permohonan, "terimakasih Tante atas niat baik Reygan terhadap janin yang tengah aku kandung," kataku, "tapi sungguh, itu tidak usah dilakukan, Naya bisa menghadapi ini sendirian,"

"Naya, bayi ini butuh Ayahnya, bukan hanya Ibunya, kalau kalian tidak menikah, bagaimana bisa kalian memberikan pendidikan yang baik untuk anak kalian," bujuk Tante Sisi.

"Bunda..."

"Ayah, dan Bunda sudah menentukan tanggalnya sayang.."

"Ayah," potongku panic, "Ayah dan Bunda juga orang tua Naya sudah merencanakan tanggal pernikahan, tapi tanpa bertanya terlebih dahulu kepada kami, apa kami siap dalam pernikahan ini?" tanyaku.

Tante Sisi tersenyum. "Sayang, siap atau tidak siap kalian berdua, pernikahan ini akan tetap dilaksanakan,"

"Bunda, tolong jangan paksa Naya untuk menerima pernikahan ini."

Aku terperangah menatap Reygan saat mendengar kata-katanya, yang tumben membelaku.

Tante Sisi tertawa kecil mengibaskan tangannya tidak menerima penolakan yang dilakukan Reygan. "Bunda tidak memaksa, Bunda melakukan apa yang harusnya kamu lakukan Rey, apa itu salah?" tanyanya sambil menaikan alisnya yang hitam tebal.

Aku menatap Ibu dan Ayah, tapi mereka membuang wajah untukku. Bathinku menjerit, aku tidak siap menerima ini.

"Mulai hari ini Naya sudah harus mulai melakukan perawatan ya sayang, biar nanti pas hari H, Naya bisa tampil memukau," hibur Tante Sisi, tidak menghiburku.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, terlalu banyak yang ingin aku keluarkan didepan mereka semua, tapi aku tidak tahu harus mulai darimana, akhirnya aku hanya bias meneteskan air mata, karena tidak berdaya.

Reygan menatapku. Ada kemenangan dimatanya.

Dan saat ini yang aku lakukan hanya menghela napas berat.

****

Sejak rencana pernikahan itu disepakati oleh kedua orang tua kami, kesibukan mulai melingkupi kediamanku, Ibu dan Bapak sibuk mempersiapkan semuanya, tidak salah karena bagi mereka hanya akulah anak satu-satunya yang mereka miliki.

Beda dengan Reygan yang memiliki Kakak, saudara kembar juga adik. Sudah dipastikan kesehariannya lebih berwarna dibandingkan aku. Dan karena itu jugalah aku bisa akrab dengan keluarga itu, aku yang kesepian tidak ada teman bermain bertemu dengan mereka yang cepat akrab dan menerimaku, sebagai bagian dari keluarga mereka.

Walaupun akhirnya semuanya harus berantakan karena ulah Reygan yang memperkosa aku, tapi hubungan baik Ibu, Ayah dan keluarga Reygan tetap terjalin, mereka berprinsip, yang merusak aku Reygan, jadi otomatis yang bertanggung jawab semuanya juga Reygan.

Dan sebagai bentuk tanggung jawab versi kedua orang tuaku dan orang tua Reygan, maka pernikahan ini akan segera di gelar.

Serang, 16 Januari 2020

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang