BAGIAN 5

69 7 0
                                    

"Baik-baik sajanya kita
adalah luka."

-Mauri Primadanti.

***

Genus sudah menghilang dari pandangan Mauri, Genus pergi tanpa sepatah kata lagi, meninggalkan Mauri yang hanya duduk lemas di halte bis. Mauri memandang tas jinjing berisi bekal untuk Eldra dengan sedu. Mauri benar-benar tidak habis pikir dan menyangka apa yang barusan dia lihat dan dengar dari Genus.

Meski begitu Mauri akhirnya ikut masuk mengikuti Genus yang entah sudah ke mana perginya. Dengan langkah gontai Mauri mengitari seisi sekolah berharap menemukan kekasihnya yang tadi berangkat bersama perempuan lain yang entah siapa.

Bahkan, Mauri tidak sadar dengan keberadaan Rara juga Lavia sebab maniknya menangkap seseorang yang sejak tadi dia cari. Laki-laki yang selama 40 hari ini dia cintai dengan tulus, yang tidak pernah memberikan banyak tuntutan dan larangan, laki-laki yang selalu memberi perhatian dan kasih sayang padanya, meski akhirnya menghilang dan berbohong.

Setelah berlari cukup jauh Mauri berhenti tepat di depan Eldra yang sontak mematung sebab melihat kedatangan Mauri. Kei dan Naula tentu tak kalah terkejut dan jangan lupakan satu perempuan dengan penampilan menariknya yang tentu membuat hati Mauri gondok.

"Ri?" Eldra cukup tersentak terlihat dari gelagatnya yang langsung berdiri.

Mauri belum bersuara dan hanya melihat ketiga perempuan di depannya secara bergantian. Lantas, menatap lamat laki-laki di depannya hingga selang beberapa saat kemudian Mauri tersenyum yang nampak pedih di mata Eldra.

"Ini buat kamu," ucap Mauri sembari menyodorkan tas bekal tersebut pada Eldra yang mematung dan menatapnya.

"Ambil El! Aku buat bekal ini khusus buat kamu, karena kemarin kamu habis tanding dan aku gak bisa nemenin." Mauri berusaha tersenyum namun ketiga perempuan di depannya menatap heran berbeda dengan Eldra yang tiba-tiba bergelagat aneh.

"Sorry! Lo siapanya Eldra, ya?" Akhirnya perempuan yang sejak tadi diam itu bersuara, dia adalah perempuan yang Eldra bawa tadi. Siswi baru yang Genus bilang berasal dari SMA ARUTALA.

Terpancing dengan pertanyaan itu, tanpa sadar Mauri menjatuhkan tas bekalnya yang tak kunjung Eldra ambil. Mauri menoleh dan terkekeh miris, sedangkan Kei dan Naula perlahan-lahan mundur dari ketiganya.

"Seharusnya aku yang bertanya sama kamu!" jawab Mauri menahan emosi.

Siswi itu terkekeh sumbang dan menyodorkan tangannya. "Kenalin, gue Mitha cewek yang sejak dulu Eldra kejar!" jelasnya tanpa ragu yang sontak membuat Mauri melirik Eldra yang tentu hanya bisa membisu.

"Maksudnya El?" Mata Mauri seketika berkaca-kaca dan Eldra hanya menunduk. "Apa maksudnya Eldra!!!" bentak Mauri kontan membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Lo bisa kalem gak Ri!" Eldra tak kalah membentak, membuat Mauri yang awalnya mencekal kerah seragamnya terkekeh dan melemah.

"Lo?" Mauri benar-benar tidak percaya dengan kalimat itu.

Tentu Rara dan Lavia ada di belakang Mauri dan menyaksikan kejadian yang spontan terjadi itu. "Ri!" cicit keduanya yang ikut berlinang air mata.

"Ada apa, sih? Lo cewek stress, ya?" ucap Mitha keheranan sedangkan Mauri langsung menyeka air mata dengan cepat.

"Temui aku sepulang sekolah!" lirih Mauri sembari berlalu dari tempat itu tanpa memedulikan keberadaan Rara juga Lavia.

Eldra mengembuskan napas panjang membuat Mitha heran. "Shit!" umpat Eldra sembari memukul udara.

Mitha yang masih tidak mengerti langsung mencekal kedua bahu Eldra. "Apa ini maksudnya by? Terus kemarin tanding? Bukannya kemarin kamu jemput aku dari Bandara dan lanjut quality time!"

Eldra melepaskan cekalan Mitha. "Aku kira kamu gak akan pindah setelah pulang liburan dari Jepang!" sentak Eldra yang ternyata mendapatkan tatapan mematikan dari Rara.

Tatapan Rara benar-benar mematikan yang baru Eldra sadari setelah beberapa saat kemudian. "Ra!" seru Eldra nampak takut.

Perlahan-lahan Rara menghampirinya dan...

Plak.

"Tamparan ini belum seberapa dibandingkan lo yang udah bikin sahabat gue nangis dan sakit hati bego!" sungut Rara di saat Eldra masih memegangi pipinya dan Mitha yang membekap mulut terkejut.

Rara menunjuk Mitha dengan tatapan tajam. "Dan lo Mitha─ cewek yang Eldra suka sejak SMP, cewek yang gak punya nurani si tukang bully... kenapa lo muncul lagi di hadapan gue?!" celetuk Rara dengan derai air mata yang sontak membuat Lavia, Mitha dan Eldra terkejut.

"Lo?" Mitha menunjuk Rara ragu-ragu.

"Seharusnya lo ingat gue─jalang!" jawab Rara benar-benar tajam.

Rara melirik Lavia yang cengo. "Gue satu SMP sama mereka Vi, makanya gue pernah bilang kalau gue tahu siapa Eldra!" Tanpa sepatah kata lagi Rara langsung menarik Lavia untuk pergi dari hadapan Eldra juga Mitha yang masih mematung.

"Kenapa kamu gak kasih tahu aku soal Rania, El!" lirih Mitha nampak bersalah.

Eldra membuang muka dan bergumam, "Mana aku tahu kalau Rania akan berubah jadi Rara!"

***

To be continued

Sesal! Where stories live. Discover now