Kehilangan yang paling menyakitkan adalah kehilangan seseorang yang tak pernah Tuhan kembali pertemukan~
***
Gadis dengan rambut sebahu itu menatap penuh luka gundukan tanah yang masih basah. Dia, Ziana Abian Hellard, sedari tadi menatap pilu tanpa mengalihkan perhatian nya dari batu nisan yang bertuliskan nama kekasihnya. Alden Mahardika Aditama bin Rion Aditama, kekasih sekaligus pelindung nya yang selalu menemani hari harinya nya 3 tahun terakhir ini kini telah pergi dengan membawa berjuta juta kenangan.
Air mata yang mengalir melewati pipi tirusnya sedari tadi tak henti hentinya terus mengalir, ia menangis tanpa suara. Ia mengeluarkan segala kesedihan nya dengan derai air mata.
Kini, tak ada lagi sayap pelindung nya, tak ada lagi yang akan menemani hari harinya. Rion nya telah pergi meninggalkan Ziana dengan berjuta kenangan dan segudang kesepian.
Tepukan di bahu membuyar kan Ziana dari lamunan nya. Ziana menoleh, ternyata Naufal, kakak kandung nya sekaligus pelindung ketiga setelah papa nya dan Rion. Laki laki yang memiliki nama panjang Naufal Aditya Hellard itu menatap iba sang adik sembari tersenyum getir
"Dek, kamu yang sabar ya... Allah pasti udah ngerencanain yang terbaik buat kamu. Dibalik setiap musibah pasti ada hikmahnya. Kamu jangan sedih lagi ya, kalo kamu sedih Rion juga pasti bakal sedih" kata Naufal lembut sembari menatap Ziana.
Ziana yang sedari tadi hanya menundukan kepala sembari mendengarkan penuturan sang kakak kini mendongakan kepalanya menatap Naufal
"Apa Ana ga pantes buat bahagia? Apa Ana dilahirkan ke dunia cuma buat menderita? Kenapa tuhan ga adil sama Ana? Kenapa? Hiks" Ujar Ziana lirih sambil terisak
Naufal merengkuh tubuh rapuh Ziana ke dalam dekapan nya. "Syut, kamu ga boleh ngomong gitu. Gimana pun juga ini udah takdir dari Allah, kamu harus ikhlasin Alden, gaada gunanya nangisin sesuatu yang udah pergi. Dengan kamu terus terusan nangis kaya gini ga bakal bikin Alden kembali lagi, kamu tenang ya, ada kakak, kakak ga bakalan ninggalin kamu sendiri" Ujar Naufal dengan lembut berusaha memberikan ketenangan dengan mengusap lembut rambut Ziana
Ziana tidak menjawab, dia hanya diam sembari memejamkan mata menikmati dekapan hangat sang kakak. Naufal benar dia harus mengikhlaskan semuanya, dia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan
"Sekarang kita pulang ya, bentar lagi hujan" ajak Naufal. Ziana hanya menganggukan kepala tanpa mengeluarkan suara
Sekali lagi, Ziana menatap makam Alden sebelum beranjak
Keduanya berjalan meninggalkan tempat pemakaman dengan Ziana yang sedari tadi terdiam merasakan kesedihan yang mendalam ditemani dengan rintik hujan yang perlahan mulai turun, sangat mendukung dengan keadaan.
Vote dan komen:)
YOU ARE READING
FRAGILE
Teen FictionBercerita tentang Ziana Abian Hellard, perempuan yang ditinggal pergi oleh Alden-kekasih nya untuk selamanya. Untuk melupakan Alden, Ziana melabuhkan hatinya pada seorang ketua geng terkenal di Jakarta, Gara Azura Ganadhya. Gara Azura Ganadhya, lak...
