37

740 97 3
                                    

"Mau kemana?"

Pertanyaan Ace membuat Akara menoleh padanya dikala tangan kecil gadis itu baru saja menyentuh ganggang pintu kamar, gadis itu nyengir sembari mengangkat satu tangannya, menandakan sang kakak harus memegang tangannya.

"Kemari, ikut kebawah."

"Hah? Kau gila? Mau buat gaduh?"

Adiknya mengernyit sembari mendengus.

"Bacot aja sih jadi kakak. Kau gak akan bisa dilihat sama yang lain, kau bakalan ku buat bisa terlihat kalau sudah tepat. Nanti ada kode kecil dan kau pasti paham, Ace. Ayo ah, lama."

Gadis itu berlarian kecil sembari menggenggam erat jari jemari sang kakak yang membalas genggamannya dengan cara yang sama setelah mereka keluar dari kamar begitu hujan berhenti. Hanya bisa mendengus dengan kelakuan adik nya yang sekarang sudah bisa nyeleneh namun tetap dengan sikap sopan santunnya yang tetap menempel seperti biasanya sejak kecil.

Begitu dibawah, Akara membuka pintu dan menampakkan keadaan ruang kumpul yang tengah hiruk pikuk akibat semuanya sedang heboh hal sepele saat ini, pandangan gadis itu kemudian mengarah kearah sang kakak yang sedang ngemil.

"Aaaakh! Aku juga mau ituuu!"

"Mau?" tanya Luffy, Akara mendecih.

"Kau nawarin disaat sudah memasukkan lumayan banyak ke mulutmu dan tersisa imprit disana, tolol. Pelit."

"Ku buat kan, Akara-chan. Gimana?" tawar Sanji.

"Mauuuu!"

Disaat sedang ngobrol, Akara merasa jika Ace mengetuk salah satu jarinya membuat gadis itu menoleh ke arah genggaman tangannya saat ini, Sanji yang berdiri tak jauh darinya ikut tersadar dengan gerakannya lalu melihat jika jari gadis itu seperti tengah menggenggam tangan seseorang dengan posisi tiap jarinya yang renggang.

Gadis itu menghela nafas padahal Ace tak bermaksud demikian dimana ia seperti mengkode agar bahwa Akara tidak lupa tujuan awalnya dengan ketukan jarinya, kemudian menatap sekelilingnya.

"Nah, semuanya."

Semuanya menoleh dengan tenang, menatap Akara lekat yang sekarang tengah berdiri tepat disamping Robin.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu, dan terutama kau, Luffy. Jangan berani teriak atau kau ku gampar."

"Kenapa aku?"

"Gak usah bantah. Dengar, kan?"

Lelaki 19 tahun itu hanya mengangguk sembari mencebikkam bibir dengan sebal. Akara melepas genggaman tangannya lalu mengangkat tangan kanannya, seakan sedang memegang punggung seseorang.

"Siap?"

Semua mengangguk, Akara melirik kesampingnya dimana Ace sedang di pegang punggungnya oleh sang adik pun juga mengangguk, menandakan dia juga siap. Akara menatap langit-langit ruang kumpul sesaat, sedetik kemudian, ia menepuk punggung Ace.

Sosok tak kasat mata itu akhirnya nampak dan dilihat oleh semuanya, betapa terkejutnya mereka ketika sosok Ace mendadak terlihat biarpun dia masih tergolong tembus pandang, lelaki itu tersenyum dengan Akara yang juga tersenyum sembari baru saja memasukkan tangan kanannya ke saku baju.

Semua bungkam dengan ekspresi berbeda-beda saking shock nya, mereka seakan tak percaya dengan apa yang mereka lihat sekarang. Terutama Luffy, sesuai dugaan ketiganya sejak awal jika ia adalah orang yang paling terkejut setengah mati dengan penampakan ini.

"Aku tau kalian akan terkejut ketika Akara membuatku bisa terlihat seperti ini. Aku tetap arwah tapi bukan berarti aku jadi arwah penasaran disini, ragaku sudah tidak ada semenjak aku meninggal di peperangan waktu itu, tapi adikku ini membagi sedikit energi kehidupannya sehingga aku bisa menembus dan memegang benda fisik sesuka hatiku. Bahkan bisa menampakkan diri sesuka hati sekarang. Aku belum sempat bereinkarnasi mungkin karena memang belum waktunya untuk demikian."

Akara's Journey [One Piece x Original Char]Where stories live. Discover now