5

1.9K 239 2
                                    

Setelah puas menangis dan pulang sembari menggandeng Rayleigh yang terasa seperti sosok ayah baginya, Akara saat ini hanya bisa berdiam diri sembari meringkuk diatas kasur setelah selesai mandi dan kedua matanya masih terlihat sembab.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan sudah melewati jadwal makan malan, Rayleigh dan Shakky yang masih berbincang seperti biasa hanya bisa tersenyum melihat sifat Akara yang begitu peduli dan penyayang setelah gadis itu pamit untuk masuk kekamarnya sejak dua jam yang lalu.

"Sepertinya Monkey-chan beruntung ya, punya adik seperti Shirayuki-chan."

Mendengar itu, Rayleigh mengangguk menyetujuinya.

"Gadis itu netral, perasaannya begitu kuat. Aku bisa lihat itu dari tutur kata dan tatapan matanya tadi sesaat sebelum dia menangis."

Akara mendadak bersin, ia sadar kalau dua orang tua yang masih sibuk berbincang itu sedang membicarakan dirinya.

"Dasar orang tua badung kalian berdua, enak kali ya kayaknya ngomongin orang tengah malem begini." ucapnya sembari membersihkan hidungnya yang sedikit mampet akibat bersinnya barusan.

Dia duduk, kemudian teringat jika surat yang dilempar oleh Beckmann setengah tahun lalu belum dibukanya sampai sekarang. Gadis itu menoleh ke atas meja dan kotak kecil berisikan surat itu masih tertutup rapat dan teronggok manis disana.

Akara meraihnya, menatap kotak kecil yang saat ini berada di genggaman kedua tangannya, karena penasaran dan sudah setengah tahun tak membukanya, ia pun segera membuka pita pelilit kotak dan mengeluarkan amplop tebal yang berisikan beberapa lembar kertas surat didalamnya.

Satu sisi amplop dirobek, kemudian Akara menemukan setumpuk kertas yang terisi tulisan yang sangat rapi serta satu lagi merupakan kertas atau kartu Vivre Card, dimana kartu Vivre Card itu sendiri merupakan kertas kehidupan seseorang, dimana kertas ini dibuat dengan cara diambil sedikit dari kuku seseorang dan dibuat menjadi kertas di area Dunia Baru.

Vivre Card sendiri berwarna putih dan terlihat seperti kertas biasa. Kertas itu benar-benar tahan air dan tahan api, tetapi dapat dirobek dan diberikan kepada orang terdekat yang mungkin akan berpisah. Potongan yang sudah di robek akan mengarah dan bergerak menuju bagian terbesar lainnya dari Kartu, sedangkan bagian terbesar akan menunjuk ke arah orang yang membuat dan memang merupakan pemilik kartu.

Namun jika kartu mulai membakar sendiri dan berkurang, hal tersebut mengindikasikan tanda kehidupan si pembuat atau pemilik kartu tersebut sedang terancam atau dalam bahaya.

"Vivre Card? Seharusnya ini kan dibuat di Dunia Baru, kenapa bisa ada disini?" tanyanya penasaran sendiri.

Memang tak ada tanda pengenal apapun disana selain jam kalung milik Sabo, saudara Akara, Luffy serta Ace yang seusia atau bisa dikatakan sepantaran dengan Ace, namun Sabo lebih muda dua bulan daripada dia makanya sosok kakak Akara tersebut menempati posisi kedua setelah Ace, sedangkan si pengirim surat plus vivre card itu benar-benar seperti sosok secret admirer segala, sebel Akara dibuatnya.

"Surat beberapa lembar, terus Vivre Card tanpa nama yang dikirimkan kepadaku, lalu jam tangan Sabo yang seharusnya sudah hilang bersama Sabo waktu itu karena dia sudah tewas akibat Tenryuubito sebelas tahun yang lalu ..." ucapnya pelan sembari berfikir keras sambil melihat semua barang tersebut yang saat ini sudah dijajarkan dihadapannya.

Ia menghela nafas.

"Masa bodo lah, sepertinya aku harus baca suratnya dulu."

Dengan malas, ia menyingkirkan benda-benda yang lain setelah ia menyimpan Vivre Card dengan ukuran pas di balik gelang karet berwarna lavender yang memiliki lebar sekitar 10 cm yang melilit di kedua lengan Akara, karena gelang itu merupakan hadiah ulang tahun dari Ace dulu sebelum kakak sulungnya berangkat berlayar, dan baru muat sekarang.

Akara's Journey [One Piece x Original Char]On viuen les histories. Descobreix ara