Raeli rasa setelah sampai ke dunia ini, ia mendadak jadi orang yang paling sial sedaratan. Seharusnya ia kabur sebelum bertemu dengan bajingan menyebalkan ini. Tetapi ini juga salah satu alasan kenapa ia membawa Rose bersamanya.

Jadi, mau tidak mau Raeli harus menghadapinya. Menghadapi Ein De Alger Easter.

Raeli dan Rose segera berdiri dan membungkuk untuk memberikan hormat.

“Berkat Easter bersama Anda, Yang Mulia.”

Raeli melihat ada rasa tidak suka tersirat di wajah Pangeran Ein. Apa masalahnya? Semestinya Raeli yang mengajukan tatapan seperti itu. Kenapa dalam 3 hari Pangeran sudah kembali? Bukannya butuh beberapa minggu untuk mengatasi invansi di utara itu?

“Kau kembali lebih cepat, Kak,” kata Putri Liliane saat berdiri menyambut Pangeran Ein.

“Carry mengatasi masalah jauh lebih cepat dan segera mengirimkan pesan bahwa aku tidak perlu datang.”

Pangeran Ein melirik pada Raeli.

Oh, benar sekali. Itulah pertanyaan yang ingin Raeli ajukan. Ternyata kakaknya Carry bisa diandalkan. Tetapi berkat itu juga ia jadi bertemu dengan Pangeran Ein.

“Akhirnya kau memutuskan untuk datang ke jamuan, Nona Raeliana.”

Raeli memberikan senyum pura-puranya. Ia pernah melihat sendiri senyumnya di cermin. Si Raeliana, pemeran pembantu yang malang ini punya wajah yang jauh lebih cantik dari Rose, hampir tidak ada celah kecuali sifatnya yang sangat lembek.

“Saya tidak bisa menolak undangan Tuan Putri Liliane,” jawab Raeli.

Omong kosong, sekalipun ini undangan dari permaisuri, Raeli bisa saja menolak datang. Tetapi tentu saja seseorang takkan membiarkannya melakukan hal itu.

Pangeran Ein melirik ke sisi Raeli. Bukan Raeli jika tidak segera menyadari hal itu. Pangeran mempertanyakan keberadaan Rose. Akhirnya, apakah pangeran bisa tertarik dengan tokoh utamanya?

“Ah, maafkan saya karena lupa memperkenalkan Nona Roseline.”

Pangeran Ein mengangkat dagunya dan menatap Rose.

Oh, itu tatapan seorang putra mahkota yang mengatakan derajatnya lebih tinggi. Tatapan yang selalu pria itu tunjukan pada Realiana di dalam novel. Sebuah sikap merendahkan.

Rose menunduk.

“Nona Roseline juga seharusnya melewati debut saat itu.” Raeli juga ikut mengangkat dagunya pada Pangeran Ein. Tentu saja ia tidak akan kalah dari pria itu.

“Apakah itu menjadi urusanku, Nona Raeliana?”

“Tidak, Yang Mulia. Tuan putri sudah mengizinkan Nona Roseline ikut jamuan. Jadi apakah itu menganggu Anda?”

Rose terkesiap mendengar ucapan Raeli. Ia bisa saja langsung dihukum sekarang di alun-alun istana dengan kesalahan sudah merendahkan putra mahkota. Raeli memberikan tatapan yang juga sama menantangnya untuk Pangeran Ein.

Kenapa? Pangeran akan mengusirku?

“Mooh.” Putri Liliane tertawa menengahi tatapan saling serang itu. “Jangan bertengkar seperti itu. Kak, Nona Roseline juga tamuku.”

Raeli melayangkan senyum bangga. Siapa yang kalah sekarang?

“Tidak ada gadis yang memiliki rambut sebagus Nona Roseline, Yang Mulia. Tidakkah dia menarik?” Raeli menyerang tepat pada apa yang ingin dilakukannya.

Hanya saja Raeli tidak yakin apakah bisa berhasil atau tidak. Semasa hidupnya ia tidak pernah menjodohkan seseorang. Jadi, ia tidak benar-benar tahu bagaimana caranya.

“Tidak,” jawab Pangeran Ein dengan tegas. “Rambutnya mengingatkanku dengan darah.”

Raeli tersentak. Menatap wajah Pangeran Ein yang sudah diliputi amarah. Raeli sudah berkali-kali berhadapan dengan pria itu sejak datang ke dunia ini. Tetapi ia bisa meyakinkan dirinya kalau sang putra mahkota benar-benar marah sekarang.

Raeli melirik Rose. Gadis itu mengenggam kuat gaunnya dan ketakutan. Bahkan dari jarak ini Raeli bisa melihat kalau Rose gemetaran. Seperti Raeliana di dalam novel.

Sepertinya Raeli harus membawa Rose pergi sekarang.

“Baiklah,” jawab Raeli. Lebih baik menghindarinya saja untuk saat ini. “Mungkin kami akan permisi saja. Terima kasih untuk jamuan tehnya, Tuan Putri.”

Putri Liliane tersenyum canggung. “Ah, ya. Tentu saja, Nona Raeliana. Sering-seringlah datang untuk mengunjungiku.”

Raeli membungkuk pada Panegran Ein bersama Rose. “Berkat Easter bersama Anda, Yang Mulia.”

Saat Raeli ingin melangkah membawa Rose, tiba-tiba Pangeran Ein menangkap tangannya dan menariknya. Mencegah Raeli untuk melarikan diri dari apa yang sudah ia mulai.

“Nona Raeliana?” panggil Rose.

“Tristan, antarkan gadis itu kembali,” perintah Pangeran Ein sambil menyeret Raeli.

“Baik, Yang Mulia.”

Raeli hanya bisa melihat pada mereka bertiga. Memberi tatapan dan permintaan tolong. Tetapi tidak satu dari mereka yang akan menolongnya. Bahkan Raeli bisa melihat Putri Liliane tersenyum sampai matanya menghilang dan melambai.

Ah, tidak!

Pria ini akan menguliti leher Raeliana!
.
.
Hai ... Hai .... 😁😁
Kemarin ada yang mintak update langsung 10 chapter 🤣🤣 tapi jangan deh. Kalo upload sekali banyak, terus cepet tamat. Nanti kita nggak ketemu lagi di Easter.
Kasian aku nggak ketemu kalian 😁😁

Dari pada kecewa, khusus hari ini aku posting 2 chapter deh...
Tapi 1 chapternya nanti malam, yaaa..

Jangan lupa vote dan komen 😁😁 biar ceritanya UP dan banyak yg baca. Trus aku semangat update....

See you guys...
Thank you ^^

Original story by Viellaris Morgen
Selasa (21 April 2020)


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang