Part 2

27 4 1
                                        

"Chik gerbangnya mau ditutup tuh!"

"Git pegangan!"

Melihat gerbang sekolah sebentar lagi ditutup Chika kembali mempercepat laju kendaraannya. Beberapa meter lagi mereka sampai dan beberapa menit lagi gerbangnya akan ditutup oleh Satpam.

"Chik hati-hati,"ujar Gita sedikit berteriak. Tangannya memegang tali tas Chika kuat-kuat dan kepalanya menunduk.

"Pa buka paaaa!!!"teriak Chika sambil membunyikan klakson di depan gerbang. Satpam bertubuh gempal itu kembali membuka gerbang yang setengahnya telah tertutup. Mempersilakan agar muridnya bisa masuk.

Tiba di parkiran keduanya bernafas lega.

"Hahh untung masih bisa masuk," ucap Gita setelah turun dari motor dan membuka helm.

"Berkat gue nih bawa motornya setara kecepatan cahaya,"celetuk Chika yang mendapat tatapan tajam dari Gita.

"Kita telat gegara elo ya Saodah!" Sepertinya emosi Gita sudah meluap.

"Ya maap."

"Heii itu yang masih di parkiran cepet baris di lapangan!"

Teriakan dari salah satu pengurus Osis menyadarkan keduanya yang tengah bercermin di kaca spion.

"Teteh itu manggil kita Git?" Dengan santainya Chika mengucapkan kalimat itu.

Gita menatap sekelilingnya.

"Mampus Chik. Buruan lari!"

Secepat kilat dua sejoli itu berlari menuju lapangan. Lobi sekolah bahkan sudah sepi, hanya menyisakan para Osis yang sedang berjaga.

"Anjirr dah kumpul Git!" Di situasi genting begini Chika masih sempat-sempatnya mengumpat. Mereka melangkah cepat dan duduk tanpa menatap sekeliling. Keduanya duduk paling belakang di barisan laki-laki.

"Eh gapapa nih kita barisnya disini?"bisik Gita.

"Udah diem. Ntar kalo disuruh pindah baru pindah. Sekarang mah yang penting baris dulu,"balas Chika dengan suara pelan.

Chika menatap ke depan dan mendengus. "Git, gue gak keliatan apa-apa. Ini depan punggung cowok semua,"ucapnya datar dan malah membuat Gita ingin ngakak.

Perbedaan tinggi keduanya memang tidak terlalu jauh. Tapi bila disandingkan memang terlihat anjlok. Gita yang memang memiliki tinggi 165 cm seringkali dipanggil tiang berjalan oleh Chika. Sebutan cebol atau boncel juga kerap kali dikeluarkan oleh Gita kepada Chika. 

"Cebol sih."

Akhirnya kata itu keluar juga dari mulut Gita.

"Sialan."

"Shtt. Kalo didepan lagi ada yang ngomong dengerin."

Tiba-tiba saja cowok yang berada didepan Chika memperingati mereka. Seperti terhipnotis keduanya langsung diam. Tak lama cowok jangkung itu kembali menoleh ke belakang.

"Nah karena udah disuruh duduk kita bisa ngobrol biar lebih enak. Kenalin nama gue Raja, Raja Gianuca."

Dengan kompak dua sahabat itu saling bertatapan lalu kembali menatap cowok bernama Raja.

"Gue Gita."

"Gue Chika."

"Kita jurusan RPL. Lo?"

Raja tersenyum lantas berucap,"wahh kita bakalan sekelas nih... Boncel."

Chika melotot mendengar kata terakhir. Refleks gadis itu akan menjambak rambut Raja tapi segera ditahan oleh Gita.

"Chik tahan!"

Benar Chika harus sabar karena ia tidak tau akan sekelas dengan manusia sejenis apa. Diantara ribuan siswa ini pasti ada yang lebih aneh dan menyebalkan dari cowok bernama Raja ini. Semoga teman sekelasnya akan memberikan warna pada masa putih abunya.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE CODING'SWhere stories live. Discover now