"Sepertinya. Aku tak mungkin membebani ahjussi lagi. Dia harus bahagia."

Senyum penuh paksaan bahkan Namjoon sadar ucapan itu tak sejalan. Adiknya tidak bahagia.

Namun daripada mendengar usulan hati, Namjoon memilih mengajukan saran realistis.

Diusak pangkal kepala adiknya lembut, "Keputusanmu bagus, Taehyung. Lagian tidak baik juga kau tinggal serumah dengan orang yang mau menikah. Keluarganya bisa saja datang lalu mencacimu perusak."

Apa memang begini jalan nasibnya?

.


.



.

"Ji Sekyu."

Jimin mematung hingga merasa ini semua mimpi saat dihadapkan dengan si cantik pujaan hatinya. Masih sama. Hatinya berdegub cepat, tak menentu.

"Aku pulang, Jim." Lengkung manis terukir di wajah dengan mata berkaca-kaca.

Tak terelakkan Jimin lekas berlari, menerjang Sekyu dalam pelukan hangat. Menyatukan detak jantung keduanya.

"Haha, sengaja memang. Kejutan untukmu Pak Tua." ledek Sekyu terpingkal geli, mengusap punggung besar Jimin.

Nafas terengah dan terbata-bata, "Kupikir tidak ada lagi waktu begini. Aku kira aku tidak bisa melihat wajahmu lagi, Kyu. Demi Tuhan, sepuluh tahun Kyu."

Jimin membenamkan wajah di ceruk leher si cantik, mengecupnya sebagai pelepas rindu yang kepalang. Sepuluh tahun.

"Nyatanya aku disini kan? Aku sudah kembali. Dan aku tau pasti kau tidak bisa menikah dengan siapapun selain aku."

Sungguh nada bicara yang berbalut keangkuhan.

Bukan tanpa alasan.

Karena Ji Sekyu paham. Sejauh mana dia pergi dan mencampakkan lelaki ini, Park Jimin itu setia dan lengket bak benalu di pohon jati. Tidak akan goyah dan lepas.

Dan Sekyu ingin mengklaim kembali hak yang harus jadi miliknya.

.




.





.

Mobil Hyundai warna hitam itu menepi pada kios perabot mobil dekat perbatasan masuk Daegu. Tanah kelahirannya.

Cuma tinggal Taehyung di mobil, sedangkan si lelaki pergi sebentar berbelanja ke dalam. Aki mobilnya kurang. Maklum, ini mobil rental. Rental disini artinya mobil ini punya Seokjin.

Namjoon akui disini dia pria miskin, dan Seokjin si primadona itulah yang punya kuasa. Membelikan apartemen bahkan pekerjaan untuk Namjoon.

BUGH!

Pintu mobil terbuka mendadak percis di sebelah Taehyung duduk.

"Brengsek sialan! Disini kau hah!"

Si kecil melotot tak berkedip ketika sadar siapa pemilik suara sengau dan umpatan kasar yang biasa ia dengar. Kumis tebal dan perawak bengis itu.

"Appa?"

Ketakutannya semakin menjadi saat dirinya diseret paksa keluar dari mobil. Pria bangka itu mencengkram kuat tangan anaknya.

"Bocah kurang ajar! Sudah bosan hidup kau hah? Sengaja tak pulang rumah bahkan berniat melaporkanku ke polisi?!"

Menarik paksa surai legam itu dan melayangkan pukulan hebat di pipi nya yang masih membekas luka lama.

"Aku tahu kau mengadu dengan Namjoon kan?  Kudengar juga kau menjual tubuhmu pada pria tua di Seoul huh? Menjijikan!"

Pukulan demi pukulan ia terima tanpa jeda.
Taehyung sudah menangis meraung meminta maaf dan mengatakan tidak, sungguh ucapan ayahnya fitnah.

KLANDESTIN | MINVUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum