〖3〗αnхíσuѕ

Comenzar desde el principio
                                    

Kageyama mengangguk, menyanggupi permintaan pembinanya. "Kalau begitu saya permisi," ujarnya seraya membungkuk sebelum kembali berjalan, menyusuri trotoar menuju halte bis.

'Apa yang sedang [Name] lakukan ya? Apa dia mulai sibuk dengan kuliahnya? Semoga saja dia sehat-sehat saja.' Perlahan kepalanya mendongak, menatap langit yang gelap sepenuhnya, tanpa taburan bintang yang berkelip.

Dulu, sang gadis kerap menemaninya berlatih. Rela menunggu meski harus pulang pukul setengah delapan malam sekalipun. Beruntungnya ayah sang gadis mengijinkannya 'meminjam' putrinya, dan ia bertekat untuk melindunginya.

[Name] yang menunjuk langit dengan riang, senyum lebarnya dan juga tawa yang seketika bergema dalam pendengarannya. Rasanya begitu dekat. Namun juga terasa jauh.

B R U K ! Pikirannya yang kalut dalam rasa rindu pun membuatnya tak fokus dengan jalan yang tengah ia lalui. Tanpa sengaja ia menubruk bahu seseorang yang berlawanan arah dengannya.

"Ma--maaf, saya tidak memperhatikan jalan saya." Secara otomatis Kageyam berbalik badan dan membungkuk, menyesal atas kesalahannya.

"GEH!" seruan penuh kekesalan justru terdengar sebagai respon atas permintaan maaf Sang Raja.

Kageyama mendongak, menatap lelaki berperawak 192 cm dengan manik mata yang seketika mengecil. "GEH!"

"Kenapa di saat seperti ini justru bertemu kau, sih?" Telapak tangannya terangkat, menutup wajahnya sembari menggeleng pelan. "Bagaimana bisa aku lupa pusat pelatihan Adlers ada di Tokyo."

"Urusai, yo, Kusomegane!" Nada tak sukanya terlontar begitu saja di hadapan rekan middle blocker semasa SMAnya. "Bagaimana bisa kau ada di sini?"

"Aku?" Menunjuk diri dengan bangga. "Tentu saja kuliah, aku kan mempersiapkan ujianku dengan baik sampai berhasil lolos masuk universitas ternama di Tokyo."

Kageyama tahu itu. Hari hari Tsukishima di sekolah hanyalah belajar dan berlatih voli. Tidak lebih, tidak kurang. "Cih, aku duluan." Niat dalam hati ia ingin segera pergi, sampai rumah dan beristirahat dengan baik.

"Nee, chotto," sambung Tsukishima tanpa terduga.

Kageyama diam seketika, kembali menghadap Tsukishima. Aura di sekitar tubuh cowok tiang itu mendadak berubah, tak lagi berkeinginan mengejek sang raja. "Kau benar sudah putus dari [Name]?"

Kageyama tersentak. Mulutnya mengerucut dan bergumam kecil, membenarkan pertanyaan yang baru datang padanya.

Lantas ia kembali menatap Kageyama dengan seulas senyum miring terpatri dalam wajah tampannya. "Yah, gadis semanis [Name] tak akan lama dalam status 'jomblo'. Cepat atau lambat pasti ada lelaki yang menggantikan tempatmu."

Dada sebelah kirinya sesak. Kageyama tahu betul bahwa pernyataan Tsukishima bukanlah bualan dan bukan salah [Name] jika ia mulai menemukan tambatan lain. Terlebih kini ia tak punya hubungan apapun selain sebagai mantan kekasih.

Tapi...

Tsukishima menghadap arah berlawanan dengan menyilangkan kedua tangan di belakang kepala. "Yah, semoga hatinya tak jatuh pada orang yang salah."

...dia tak bisa menerimanya.

"Aku akan mendapatkannya kembali, kau tak perlu mengkhawatirkannya."

🏐

"Hey! Osamu! Di mana kau!" Sampai beberapa menit yang lalu teriakan yang sama terus terulang. Segerombol lelaki menjelajahi jalan dalam kampus, mencari keberadaan salah satu temannya.

"Miya-san,..." suaranya mencicit, di celah gedung olahraga yang gelap dan sempit. Seorang lelaki merengkuh pinggulnya, dadanya pun masih naik turun mengatur deru napas.

Si lelaki menoleh, menyadari bahwa yang tengah bersembunyi bersamanya adalah seorang mahasiswi baru yang ia cegat di tengah jalan untuk dimintai tolong. "Su--sumimasen!" Reflek ia bergerak mundur, tanpa memerhatikan bahwa ada selokan yang cukup dalam di belakangnya.

"Miya-san!" tangan gadis itu terulur, memegang tangan Miya Osamu hingga ke sikutnya. Tarikan sang gadis membuat tubuh si lelaki kembali terantuk ke depan, membawa tubuh wanita itu dalam dekapannya.

Keduanya saling menatap beberapa saat, sebelum akhirnya mengalihkan pandang bersamaan dan saling menjauh. "Terima kasih. Padahal selokannya tidak begitu lebar, kakiku pun tak akan muat."

Tangan [Name] gemetar, menghadap kakak tingkat yang baru pertama kali ia temui. "A--Aku hanya reflek melakukannya. Tadi, Miya-san mundur dengan tiba-tiba, aku tidak mempertimbangkan hal lain. Maaf jika merasa tidak nyaman."

Tubuhnya membungkuk kecil karena keterbatasan ruang. Dalam hati kecilnya, gadis itu merasa bersalah atas rasa tidak nyaman yang mungkin Osamu rasakan.

"Tidak apa, jangan berlebihan, [Lastname]-san." Osamu melongokkan kepala ke luar celah, memastikan kerumunan siswa --teman satu angkatannya-- tidak lagi membuntuti mereka. "Lagipula ini salah teman-temanku. Mereka akan bertindak ceroboh setiap berurusan dengan perempuan. Mohon maafkan mereka, [Lastname]-san." Osamu pun menundukkan kepalanya, tanda menyesal.

[Name] tertawa kecil melihatnya. "Tapi mereka terlihat baik, Miya-san. Jangan khawatirkan aku."

Mendengarnya membuat Osamu menghela napas lega. "Kalau begitu karena upacara pembukaan akan segera dilakukan, aku bicarakan sambil jalan saja, tidak apa?"

Gadis di depannya hanya mengangguk. "Tak masalah, Miya-san."

Keduanya jalan bersama menuju aula. Di perjalanan Osamu mengutarakan maksud kehadirannya di hadapan [Name]. Ia meminta tolong beberapa hal untuk kegiatan malam yang akan datang, perihal pesta kecil penyambutan mahasiswa baru.

Tanpa beban [Name] menyanggupinya. "Aku senang jika bisa membantu. Miya-san dan kakak tingkat lainnya juga sudah berusaha keras. Yoroshiku onegaishimasu."

"Kalau gitu bisa bertukar kontak? Agar kami mudah menghubungimu nanti," pinta Osamu sambil mengeluarkan ponselnya.

[Name] pun mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. Mereka bertukar ponsel dan memasukkan nomor masing-masing.

"Yosh, Yoroshiku onegaishimasu. Kalau begitu nanti aku hubungi, [Lastname]-san. Ada yang harus dikerjakan para pengampu untuk kegiatan akhir hari ini, jadi aku duluan." Osamu mengangkat sebelah tangannya dan segera berlari menuju aula.

[Name] membalas lambaian itu dengan senyum kecil. "Tangannya terasa kuat... Apa dia juga bermain voli?" tanyanya pada angin yang berhembus.

Lantas ia memandang langit, wajah seseorang tergambar di langit, dalam angannya. "Tobio... Apa dia baik-baik saja?"

🏐

[200412]

A.N

maaf banget karena uda ga update lama banget :( Semoga kalian menikmati cerita ini yaa. Ingat, #DiRumahAja

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσDonde viven las historias. Descúbrelo ahora