09. Sore di Tepi Danau

4.8K 714 44
                                    

Entah bagaimana tapi Hermione merasa ada yang berubah antara dirinya dan Draco setelah terakhir kali mereka mengajar kelas ramuan. Tepatnya setelah insiden Lana Black itu.

Bisa jadi karena Draco membantu Hermione mengajar dengan sukarela sepanjang hari itu atau bisa juga karena sekarang Hermione mengetahui kalau pemikiran Draco sudah berubah soal penyihir kelahiran muggle.

Mungkin karena salah satu alasan di atas atau mungkin juga karena alasan lain yang belum bisa Hermione simpulkan. Tapi yang jelas gadis itu sudah mulai melunak kepada Draco.

Seperti saat mereka berpapasan baik di koridor ataupun di kelas. Hermione sudah mulai melemparkan senyumnya seperti ketika ia bertemu dengan teman-temannya yang lain.

Draco juga sudah bisa mengontrol ekspresi angkuhnya itu. Bahkan menanggapi senyuman Hermione dengan anggukan sopan.

Untuk ukuran Draco itu termasuk luar biasa, karena sejujurnya Hermione sudah curiga sedari dulu kalau salah satu kategori masuk asrama Slytherin adalah sulit tersenyum.

Sahabat dekat Hermione ikut bingung ketika mereka tidak sengaja berpapasan dengan Draco bersama antek-anteknya dan tidak mendapatkan tatapan yang tidak bersahabat dari mereka.

Setelah perang dunia sihir kedua, baik dari pihak yang berperang untuk sisi Voldemort ataupun Orde Phoenix, tidak ada lagi yang membawa-bawa kebencian mereka ke Hogwarts.

Tapi tetap saja bagi trio emas dan geng Draco, suasana persaingan itu sudah terlalu sulit untuk ditinggalkan karena sudah melekat sekian lama. Jadi biasanya, umpatan seperti; weasel, bushy hair, dan ferret itu masih sering mereka lontarkan kepada satu sama lain.

Makanya ketika untuk pertama kalinya Draco dan antek-anteknya tidak mengejek saat berpapasan, Ron dan Harry jadi heran sendiri.

"Ada apa dengan kerumunan musang itu?" tanya Ron suatu siang setelah Draco dan teman-temannya melewati mereka di koridor.

"Hm?" ujar Hermione meminta penjelasan tambahan.

"Malfoy dan gengnya. Barusan mereka lewat dan tidak ada seorangpun yang mengeluarkan ejekan," jawab Ron, sambil sesekali melihat ke belakang.

"Ya kau benar juga. Saat Zabini membuka mulutnya tadi aku sudah curiga ia akan memanggilku potty seperti biasanya. Tapi nyatanya dia hanya berbicara dengan Malfoy," timpal Harry.

"Ya kan!! Bahkan Malfoy juga mengangguk sopan kepadamu tadi Mione. Ini fix, seseorang pasti meneteskan ramuan kelakuan baik ke makanan mereka."

"Ramuan seperti itu ada?" tanya Harry seraya memperbaiki letak kacamatanya.

Hermione memutar kedua bola matanya. Kesal pada Ron yang tidak bisa berprasangka baik dan pada Harry yang gampang salah fokus. "Kan aku sudah bilang kemarin Ron, Malfoy sudah cukup baik sekarang. Dia..dia sudah berubah."

Ron mendengus meremehkan. "Berubah. Hermione, Malfoy mungkin sudah bukan pelahap maut lagi, tapi perilaku angkuh dan menyebalkannya itu tidak akan bisa dirubah. Sudah mengalir di darah murninya itu selama berabad-abad."

Hermione menyipitkan matanya terhadap Ron. "Ron, kau ingatkan salah satu tujuan
kita beperang melawan Voldemort itu untuk menghapus stigma yang menghakimi terhadap suatu kelompok? Dengan bicara seperti barusan kau tidak ada bedanya dengan mereka."

"Tapi yang kukatakan adalah fakta Mione. Seluruh Malfoy memang angkuh. Sementara pemikiran mereka kalau kelahiran muggle lebih rendah itu salah. Jelas-jelas kau ada sebagai bukti," pungkas Ron.

"Tapi tetap saja kau...-"

"Sudah," sergah Harry yang memang berdiri di tengah-tengah kedua sahabatnya itu. "Kenapa kalian yang jadi bertengkar hanya karena Malfoy? Ron, apapun alasannya kita seharusnya bersyukur Malfoy sudah berubah bukannya mencari-cari tahu kenapa ia berubah. Aku sudah cukup stres dengan N.E.W.T, akan lebih baik bukan jika Malfoy tidak menambah-nambah beban pikiran?"

POTION [DRAMIONE]Where stories live. Discover now