Semua itu Devan lakukan untuk bisa menemukan sosok perempuan yang ada di dalam mimpinya. Perempuan yang berhasil mengubahnya menjadi seperti sekarang ini, berpacaran dengan banyak perempuan hanya untuk menemukan sosok tersebut.
Terhitung sudah lebih dari sepuluh perempuan yang Devan kencani, namun tidak juga ia menemukan sosok perempuan yang sama seperti ada di dalam mimpinya. Sehabis jalan ataupun kencan dengan perempuan yang berbeda, Devan selalu pergi ke club' untuk melampiaskan kekecewaan, ia selalu merasa putus asa dengan perempuan yang ia kencani hari itu tidak sama seperti yang ada di mimpinya.
Namun ada satu perempuan yang membuat hati Devan sedikit tersentuh belakangan ini, perempuan yang memiliki ciri yang hampir sama dengan perempuan yang ada didalam mimpinya, berpostur tubuh pendek, memiliki rambut hitam pekat yang panjangnya sepunggung.
"Ana," gumam Devan lirih yang langsung disadari oleh Dika.
"Ana siapa?" tanya Dika, nama yang Devan sebut kali ini bukan nama perempuan yang ada di mimpi laki-laki itu.
Devan menoleh mendapati Dika yang tengah menatapnya penasaran. "Cewek yang ada di rumah gue."
"Anak pembantu yang ada dirumah lo?" tanya Dika lagi, punggungnya tak lagi menempel pada kepala sofa, Dika menegakkan tubuhnya mendekat ke arah Devan. "Kenapa? Ada apa sama Ana?"
Tak langsung menjawab pertanyaan Dika, Devan bergeming beberapa saat, tatapannya mengarah ke depan seolah sedang memikirkan sesuatu. Devan membayangkan sikap Ana yang berhasil mencuri perhatiannya belakangan ini.
"Gue rasa dia orangnya Dik, gue nyaman waktu sama dia," ucap Devan tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Yakin nyaman?" tanya Dika dengan intonasi meledek, siapa yang bisa percaya begitu saja dengan ucapan itu apalagi keluar dari mulut Devan yang notabenenya adalah cowok playboy.
"Gue juga nggak tahu." Devan menjawab seadanya, sejujurnya, karena Devan sendiri juga tidak tahu apa yang tengah dirasakannya.
Dika membenarkan posisinya, tak lagi menghadap Devan, kini ia kembali menatap kerumunan yang berada didepan sana, orang-orang yang tengah menari sepanjang malam. "Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang lo ngerasain itu padahal dia udah lama ada di rumah lo?"
Pertanyaan sekaligus pernyataan Dika sontak membuat Devan kembali menoleh ke arahnya. Entahlah, Devan juga bingung, dua setengah tahun hidup se-atap dengan Ana namun kenapa baru sekarang ia menyadari sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, perempuan yang tinggal di rumahnya itu berhasil mencuri perhatiannya setelah kejadian malam itu.
Devan juga tidak tahu perasaan apa yang kini tengah menyelimuti seluruh hatinya. Di mulai sejak kejadian malam itu Devan sangat merasa bersalah pada Ana hingga akhirnya mempunyai rencana untuk menjemput Ana dikelasnya, dan membawanya ke UKS agar perempuan itu bisa tidur.
Dan waktu Devan tengah berciuman dengan salah satu gadisnya di lorong sekolah, dia merasa tidak nyaman ketika Ana melihat kejadian tersebut, padahal seantero sekolah sudah tahu perihal Devan itu seorang playboy. Ketika Devan memohon agar Ana tidak memberitahu pada orang-orang atau guru soal apa yang dia lihat, justru dia tertarik dengan sikap Ana yang seakan menantang dirinya.
Ketika Devan memperhatikan wajah Ana yang kemudian turun dan berhenti tepat pada bibir pucat perempuan itu, Devan tertarik dengan bibir tipisnya yang tidak berhenti mengoceh, menantang dirinya dengan mengeluarkan kalimat tidak akan pernah takut padanya. Ucapan perempuan itu seolah berhasil membangkitkan sesuatu yang terpendam pada diri Devan, hingga detik berikutnya ciuman itu berhasil mendarat. Perasaan bersalah itu kembali menyerangnya ketika Ana tiba-tiba pingsan.
Keesokannya di hari dimana perempuan itu keluar dari rumah sakit, Devan sedang dihukum membersihkan perpustakaan karena terlambat masuk ke dalam kelas, ia melihat Ana tengah bersusah payah meraih buku paket sejarah yang terletak di rak atas.
YOU ARE READING
DEV'ANA (END)
Teen Fiction"Sekedar suka atau terlanjur cinta, tak ada alasan untuk tidak bisa merasakannya." - Devaniel Marvien - Jika Devan bisa beranggapan begitu, Ana juga bisa membantahnya agar tidak jatuh terlalu dalam. "Devan itu playboy, dia bisa mengatakan kalimat...
7. Devan story
Start from the beginning
