7. Devan story

153 15 0
                                        


Berhenti menyelami laut, lalu beralih duduk santai di tepi pantai sambil menikmati senja.

Dentuman musik terdengar dipenjuru ruangan, musik bergenre disco yang berirama cepat itu membuat orang-orang yang ada didalam ruangan tersebut menggoyangkan badan, berlenggok ke kanan dan kiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dentuman musik terdengar dipenjuru ruangan, musik bergenre disco yang berirama cepat itu membuat orang-orang yang ada didalam ruangan tersebut menggoyangkan badan, berlenggok ke kanan dan kiri. Manusia berbeda gender itu menari di bawah lampu berkelap-kelip, beberapa pasangan entah itu memiliki status atau tidak, sedang mengikuti irama musik yang sedang diputar oleh seorang DJ.

Terkecuali dengan sosok laki-laki berbadan tinggi delapan puluh centimeter yang memiliki bola mata hitam itu kini sedang duduk disalah satu sofa yang tersedia disana. Menatap kerumunan orang-orang yang berada ditengah ruangan dengan tatapan kosong.

"Woi, ngelamun aja. Nggak main?"

Devan bergeming, tak sedikitpun merasa terkejut dengan suara keras dari sebelahnya. "Lagi nggak pengen."

"Why?" Dika— orang yang berada di sebelah Devan itu melirik wajah Devan yang datar. "Banyak cewek cantik tuh didepan sana, yakin nggak mau?"

"Nggak tertarik," jawab Devan singkat.

Dika tahu betul, ada sesuatu yang terjadi pada diri Devan. Bukan seperti ini Devan biasanya, tiap kali ia mengajak Devan ke club, Devan pasti selalu mengincar perempuan yang anehnya tidak peduli perempuan itu cantik atau tidak tapi asalkan satu, memiliki nama yang sama dengan nama seseorang.

"Masih mikirin cewek yang ada di mimpi lo itu?"

Mimik wajah Devan berubah menjadi serius ketika Dika tiba-tiba menanyakan perihal tentang mimpi, Devan yang enggan menoleh itu pun seketika menoleh, menatap tajam Dika. Meski hanya beberapa saat saja karena Devan kembali mengalihkan pandangannya.

Seolah tak gentar mendapat tatapan tajam dari Devan, Dika tetap memberikan pertanyaan tentang mimpi yang disebutkan tadi. "Lo masih belum nemuin tuh orang?"

Devan menggeleng, diambilnya gelas berisi minuman berwarna putih sedikit kekuningan itu untuk ia masukan ke dalam mulut. Hanya dengan sekali tegukan, minuman itu berhasil tandas oleh Devan. Devan kembali meletakkan gelas yang kini sudah kosong itu ke tempat semula.

"Gimana lo bisa nemuin tuh orang kalo wajahnya aja lo nggak tau," desis Dika, musik keras yang terdengar di dalam ruangan membuatnya harus mengeluarkan suara lebih keras.

"Gimana gue tahu wajahnya, kalo cewek yang ada di mimpi gue itu masih kecil," geram Devan tanpa melihat ke arah Dika.

Devan pernah mengalami mimpi entah itu mimpi apa namanya sekitar lima tahun yang lalu. Mimpi yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang, frustasi dengan keadaan karena tidak pernah bisa menemukan sosok perempuan yang ada di dalam mimpinya.

Devan adalah anak laki-laki yang baik, taat pada aturan yang diberikan oleh keluarganya, berperilaku sesuai dengan cara orang tuanya mendidik dan tentu saja pintar baik di bidang akademik atau non akademik sebelum ia berubah menjadi remaja nakal yang sering keluar masuk club' malam, mengencani seorang perempuan lebih dari satu dan otak pintarnya seakan perlahan hilang akibat sibuknya dia bersama perempuan dan melupakan waktu untuk belajar.

DEV'ANA (END)Where stories live. Discover now