1.3 Suara

204 124 95
                                    


Kadang terlihat baik-baik saja itu tak mudah-rhy

.
.
.

"Yes!! Akhirnya kebeli juga novelnya, Hehehe seri baru pulaa!!!" Melihat dengan seksama sebuah novel yang dipegangnya, Ia mulai teringat akan kejadian kecil saat di depan halte.

"Wajah anak itu terlihat familliar sekali, tapi siapa dan mengapa dia mau melunasi sebuah novel yang tergolong mahal  harganya?" gumam Binta yang tiada hentinya memikirkan hal-hal yang kurang penting.

Terdengar suara klakson mobil didepan rumah, Binta yang tak menghiraukannya tetap asik dengan novel seri barunya itu, sampai ketika ia tersadar mungkin saja klakson mobil itu adalah Bundanya.

"Itu Bunda ya, bi?" ujar Binta antusias.

"Bukan, aku kenapa?"
Melihat Enra yang muncul setelah bibik di balik pintu, seketika Binta langsung menyembunyikan novel yang Ia pegang di bawah bantal sofa agar tidak kena amukan Enra lagi.

"Eh.. kak Enra, sudah pulang kak."

"Udah tau nanya.. "

"Cuek banget sih.. Oiya kak, tadi kakak dapet surat aku taruh di meja dekat kamar kakak, abis punya kamar selalu dikunci."

"Dari siapa?"

"Enggak kenal tuh."

"Kamu tuh, ditanya kok jawabnya gitu sih?"

"Ya, emang gak kenal kak Enra!"

"Emang gak ada tulisanya ya di amplobnya, harus di ajarin baca lagi biar bisa baca?"

"Maaf kak, Binta salah Binta minta maaf"

"Kamu itu minta maaf terus, gak pernah belajar dari kesalahan apa, masak kakak setiap hari harus mendengar minta maaf terus dari kamu Hah?"

"Maaf kak Binta bener gak tahu, jangan gini dong kak Binta tahu Binta salah, tapi tolong jangan marahin Binta setiap hari, Binta juga capek kena marah kakak setiap hari" Binta yang tidak mengkontrol emosinya itu tak sengaja mengutarakan keluh kesahnya itu di depan kakaknya, sampil menangis tersedu-sedu.

Enra yang mendengarnya pun tak merasa sedikit iba akan kondisi adiknya itu, dan semakin marah akan tingkah laku Binta yang menjawab semua perkataannya itu mulai mencubit tangan adiknya itu.

"Ahahahak sakit kak.. sakit," ujar Binta meringis kesakitan.

"HORMATI ORANG YANG SEDIKIT TUA DARI MU!!" Enra pun pergi ke atas untuk istirahat sebentar di kamar miliknya yang tak jauh dari kamar Binta.

Binta masih duduk di ruang keluarga itu, masih menagis kesakitan merasakan cubitan kakaknya yang terasa perih di lengan kanannya. Ia pun berpindah tempat untuk bisa menangis sepuasnya di kamarnya, yang tak lupa membawa novel yang Ia dapat tadi.

Binta menubrukan badannya ke atas kasur miliknya dan mulai menangis akan kejadian tadi yang menimpanya. "Kukira kak Enra sudah berubah, ku kira kak Enra mulai menyayangiku. Bunda kapan pulang, Bunda Binta mau ikut Bunda Binta gak kuat disini sendirian... Binta ingin kembali seperti dulu disaat kita semua bersama-sama." Ucapan Binta yang diimbangi dengan isak tangis itu pun pecah seketika.

Dan tak terasa Binta mulai tertidur pulas, setelah menangis berjam-jam.

"Neng.. toktoktok" suara bibik yang mengetuk pintu pun akhirnya membangunkan Binta dari tidur pulasnya.

"Èèm.. iya bik?" Ucap Binta sembari membuka pintu.

"Makan malamnya udah siap neng, perlu bibik bawa ke kamarnya neng?"

FeelingWhere stories live. Discover now