chapter 2

109 24 0
                                    


Suara rintik hujan yang mengetuk-ngetuk jendela kamar, masuk ke indra pendengaran vella dan berhasil membangunkannya. Vella mengambil kacamatanya lalu menatap jam beker di atas nakas kamar, tertera jam 04.54 disana.

Vella memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya, berjalan mendekati jendela kamar, dan membuka jendela tsb, membiarkan angin sejuk berhembus masuk dan menerpa wajah cantiknya, meniup beberapa helaian rambut panjang yang terurai indah. Kini hujan sudah mereda hanya tersisa embun pada pepohonan, dan langit terlihat kembali cerah.

Setelah vella menikmati angin pagi cukup lama, ia melirik jam yang menunjukan pukul 05.03, vella memutuskan untuk mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Seusai mandi vella merapihkan rambutnya yang basah karena keramas, dan sedikit mengeringkannya. Setelah itu ia menenteng tas hitam bermotif bulan bintang juga awan miliknya, dan menuruni anak tangga menuju lantai bawah untuk sarapan.

-Setelah melakukan ritual paginya-

"Mom, aku berangkat ya." ujar vella dan kakaknya yang pamit bersamaan.

"Iya sekolah yang bener, baik-baik ya!" balas Elenore sembari tersenyum anggun.

Perjalanan ke sekolah berjalan seperti biasanya. Saat sudah sampai, vella berpamitan dengan ayahnya, dan melambai ke arah kakaknya. Seperti biasa mpls hari ketiga (hari terakhir) disambut oleh kakak osis, dan berkumpul pada aula yang sama. Pada hari ini lah pembagian kelas dan demo ekskul (extrakulikuler) berlangsung.

"Vellaaaahaha." suara siapa lagi kalau bukan suara bii- "heh dipanggil nengok dong, gasopan." ya benar, itu bigel.
Saat vella menoleh ia mendapatkan sosok bigel yang menenteng makanan, namun bigel tidak sendiri ternyata dia bersama Aulia Raul, yang kerab dipanggil Aull, teman lama mereka juga.
"Hallo, kenapa ga pada ke aula?" Sapa vella.
"Abis beli bubur, di depan." Jawab aull. Mereka naik bersama dan memilih tempat duduk bersebelahan.

Mpls hari ke tiga, memperkenalkan vella kepada banyak orang, banyak murid yang ingin berkenalan dengannya, hingga membuat bigel dan aull pusing bukan main.
Sistem pembagian kelas dibagi menjadi 5 kelas, yaitu a-e, yang sudah ditentukan murid-muridnya.

Entah mimpi apa vella semalam, ia masuk kelas c yang dimana sebangku dengan Abigail dan Aulia, mereka girang tidak menentu. Namun mereka belum menyadari satu hal...

"Silahkan mengikuti guru yang sudah ditentukan di setiap kelas ya, kita akan berkumpul lagi di lapangan indoor saat demo ekskul nanti, ikuti pembimbing kalian ya! terima kasih atas perhatiannya!" Ucap kakak osis, menutup kegiatan di aula pagi menjelang siang hari.

Vella, abigail, dan aulia mengikuti ibu Ifa, guru yang membimbing kelas c. Mereka pun sampai di ruangan sejuk yang sangat bersih, berpengharun ruangan, dan rapih. Terdapat pada lantai 2 sekolah.

"Baik anak-anak. Kita sudah perkenalan ya tadi, untuk yang belum tahu, nama ibu Trinil. Saya akan menjadi wali kelas kalian, sampai kalian naik kelas nanti. Kalian sudah pada kenalan belum? coba liat kanan kirnya." lantas semua anak saling tatap-tatapan, namun tanpa sengaja vella bertukar pandang dengan laki-laki manis yang kemarin bigel bahas dengannya, berjarak 4 bangku di belakang vella.
Vella terkejut bukan main, namun ia berhasil menyembunyikannya. Vella segera memutus eye contact yang berlangsung selama 5 detik.
Mati gua. apaan ini, batin vella panik.

Vella memutuskan untuk tidak memberitahu bigel, karena jika ia memberitahu hal ini bigel bisa mati malu ditempatnya, keputusan vella terbilang cukup bijak karena, sudah mengetahui akan seperti apa reaksi sahabatnya itu.

"Baik, untuk lebih mudah berbaur ibu akan menempatkan posisi tempat duduknya semua secara acak ya! yang ibu sebut namanya silahkan segera pindah." ujar ibu Trinil panjang lebar. Sambil memegang buku absen ibu Trinil meminta kita untuk bangkit berdiri.

"Ravella Brigita Palova, boleh duduk di sebelah situ ya" (tiga bangku dari belakang) "dengan hm, Mannuel Ananta Devora ya, silahkan" lanjutnya.
haa? mannuel ananta bla bla siapa itu, batin vella.

Eh-

Entah angin apa lagi yang menimpa vella mungkin dewi bulan tidak berpihak kepadanya, dan terjadilah ia di pasangkan dengan murid yang mereka bahas kemarin yang baru saja bertukar pandang dengannya beberapa menit yang lalu. MANTAP (ngegas bgt hehe)

Abigail melotot tersadar bahwa mereka sekelas juga dengan 'dia'.
HAH? anjrit ini asli demi apa? Batin bigel tidak kalah heboh, sembari mengedip-ngedipkan matanya, kalau ada anak laki-laki yang melihat mungkin akan dikira genit karena, begitu kentaranya ekspresi di wajah bigel.

Setelah ibu Trinil menentukan pasangan duduk, ia meminta kami untuk mengisi biodata yang diberi, sesudah itu diperbolehkan berkenalan, sebelum waktunya untuk istirahat dan melanjutkan kegiatan mpls hari ke 3.

-setelah mengisi biodata-

Demi apa pun vella lebih memilih duduk sendiri, dibanding duduk dengan mannuel mannuel ini, diamnya bahkan menyandingi batu.
Tebak apa yang mereka lakukan selama 10 menit, yang seharusnya digunakan untuk berkenalan?
Tepat. Vella dan mannuel ditelan oleh keramaian kelas, beberapa kali mannuel menangkap vella yang sedang meliriknya, dan sebaliknya tidak sedikit pula vella menangkap mannuel yang sedang meliriknya dalam diam.
Ini kenapa jadi lirik lirikan euy, gaada niat buat kenalan gitu? Batin vella geram.

"Baik anak-anak." suara bu trinil kembali terdengar, yang berhasil menyentak murid-murid dari berbagai kesibukannya. "Untuk berkenalannya saya rasa sudah cukup. Silahkan istirahat, nanti ada panggilan dari speaker diminta agar segera turun ke lapangan indoor untuk kegiatan demo ekskul ya! Terimakasih."

Vella segera beranjak dari bangku, dan menghampiri bigel juga aull. "Vella sebelah kamu manis bener dah, udh kenalan belom?" Ucap aull pelan.
Vella dan abigail menghela nafas berat nya bersamaan, melihat reaksi tersebut membuat aulia terdiam.
"Ini kenapa si, kayaknya ada yang gua gatau deh."

Selagi mereka berbincang, ada seorang anak perempuan yang agak tomboi tengah menatap mereka bertiga. Anak itu mendatangi mereka
"haii, boleh gabung?" Ucap anak perempuan itu.
"boleh." balas vella yang disertai anggukan dari bigel dan aull.
"shasya alena benaya, bisa dipanggil acha atau chaca!" ucap anak baru itu.
"Ravella, panggil aja vella."
"Abigail, bisa dipanggil bigel." Ucap bigel mengembangkan senyuman manisnya.
"Aulia, panggil aull udah cukup, hehe."

Saat mereka sedang berkenalan, "kalian, gua ke toilet dlu ya, ke kantin aja duluan." ucap vella.
"oke." balas ketiganya bersamaan, dan setelah itu tertawa.

Saat mereka ke kantin sejujurnya, vella tidak mau ke toilet, namun ada satu hal yang mengganjalnya sedari tadi. Vella berjalan ke arah pintu kelas  terdapat teman sebangkunya sedang terdiam sendiri di selasar depan pintu kelas, mungkin ini saatnya. Vella berjalan menghampiri mannuel, dengan membawa sampah (bukan mau ngasih si mannuelnya sampah ya -_), agar tidak terlalu terlihat niatnya untuk berkenalan.

"Sendirian aja?" Pancing vella. Mannuel menoleh ke sebelahnya, mendapat sosok vella yang sedang membuang sampah, dan tidak melihat ke arahnya. "Iya," jawab mannuel singkat,
HAH SEGITU DOANG? batin vella, karena kepalang kesal vella membalikkan tubuhnya dengan niat kembali ke kelas.

Namun langkahnya tertahan saat mendengar laki-laki itu berbicara lagi. "Mannuel, panggil aja nanta." ujar laki-laki itu seolah tahu maksud kedatangan vella.
"Ravella, dipanggil vella." Jawab vella singkat lalu masuk ke kelas.

——————————————————

hallo lagi :)

berhubungan karena jari udah keriting jadi segini dulu ya, maaf belom bisa update cepet,
akan diusahakan lebih cepet lagi update nya.

seperti biasa kalo suka sama ceritanya boleh vote ☆ sama comment nya ya! terimakasih 🙏🏻

stay healthy everyone,
see u soon!♡

-Ruth
[1136 words]

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang