chapter 5 ; the past

23 4 0
                                    

Baeri keluar dari kamarnya dengan membawa tiang infus serta infusnya yang menancap pada tangannya. Dia ingin mengambil minum, di rumahnya tidak ada orang dan bibinya sedang ke mini market sebentar untuk membeli keju.

Alhasil, Baeri yang masih sedikit lemas —karena baru diperbolehkan pulang kemarin,  jadi harus mengambil air minum ke bawah sendirian.

Tangga demi tangga ia turuni dengan pelan, tubuhnya masih belum stabil dan belum bisa diajak bekerja sama.

Baeri menatap jam dinding dekat tangga, "Seharusnya Kak Chan udah pulang." ujarnya.

Walaupun tidak terlalu banyak anak tangga tetapi Baeri tetap tidak boleh berdiri terlalu lama. Baeri bersikeras berusaha berdiri tegap, ia ingin minum karena tenggorokannya kering.

Tinggal empat anak tangga terakhir, dirinya mulai melemas dan kepalanya pusing seperti diputar-putar.

Ingin teriak pun sia-sia saja untuknya, karena jarak tangga dan pintu rumah tidak begitu dekat. Ia bahkan tidak bisa berbicara seperti biasa, tidak ada tenaga dan tenggorokannya kering.

Dua tangga lagi dan BRUK!








"Kenapa bisa jadi gini? Seharusnya saya minggu ini minta cuti saja." ucap ayah Baeri yang menyalahkan dirinya sendiri.

"Maaf tuan, saya juga tidak tau, tadi Non. Baeri juga sedang tidur saat saya ke mini market—"

"Iya, ini juga bukan salah bibi, tadi bibi juga udah bilang sama saya mau ke mini market." Bibi menganggukkan kepalanya dengan dirinya yang bergetar karena panik.

Dap dap dap dap

"Pah! Baeri kenapa?" tanya Chanyeol yang baru saja sampai.

"Pingsan."

Chanyeol menghela nafas berat, "Seharusnya aku kerja kelompoknya di rumah aja."

"Jangan salahin diri kamu, berdoa yang terbaik buat Baeri semoga dia baik-baik aja dan ga terjadi apa-apa."




















"Ck, katanya aku udah sembuh, masa harus tetap kontrol lagi sih?" protes Baeri.

"Biar sehat terus, biar dia hilang dan ga muncul lagi di tubuh kamu. Makanya kamu tetap kontrol dua minggu sekali." ucap Chanyeol —kakaknya.

Baeri hanya mempoutkan bibirnya dan tidak tertarik lagi berbicara dengan kakaknya, karena dia harus mengunjungi rumah sakit lagi mulai sekarang.

Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke sekolah Baeri, karena ia hanya izin beberapa jam saja untuk berkunjung ke rumah sakit.

Padahal tadi pelajarannya sedang seru, tapi kakaknya datang menjemput tanpa dosa dan berdiri di depan kelasnya. Tapi masalahnya, dia menjadi pusat perhatian murid sekolah Baeri termasuk teman dekatnya kecuali Minjae.

"Besok-besok kalo datang ke sekolah pake masker!" perintah Baeri.

"Lah, kenapa?" jawab Chanyeol dengan nada tidak terima.

"Aku ditanya terus di chat, pasti nanti sampai sekolah juga bakal ditanya. Ish, pokoknya nurut kenapa sih?!"

"Ga ah, lumayan tebar pesona. Mungkin aja dapat teman kamu, siapa tuh namanya, Minjae ya?" goda Chanyeol.

Baeri memutar bola matanya, "Minjae udah jaga hatinya buat seseorang! Mending balikan sana sama Kak Wendy, aku kangen main sama dia tau." ucap Baeri dan membuat Chanyeol mengerem mendadak.

"KAK! LO GILA?"

"LO YANG GILA! Nyuruh gue balikan, enteng banget ngomongnya."








Baeri yang baru saja turun dari mobil dan masuk ke lobby sekolahnya, sudah ada Minjae yang berdiri disana menunggunya.

"Dari tadi anak-anak pada ngomongin kakak lo Ri, ga ada habisnya sampai mereka nemu instanya. Wah gila, kelas maupun koridor jadi berisik banget." curhatnya.

Baeri tertawa, "Tenang aja, kakak gue udah gue suruh balikan sama mantannya kok."

"Apa-apaan? Lo ga mau kasih ke gue gitu?" ucap Minjae tidak terima.

Baeri menggeleng sebagai jawaban dan berjalan ke arah kelasnya, meninggalkan Minjae yang masih diam karena masih tidak terima apa yang diucapkan Baeri.

Ternyata kelasnya ramai dan tidak ada guru yang mengajar, "Guru-guru lagi rapat, ke kantin aja yuk sama yang lain." ajak Minjae yang langsung menarik lengan Baeri.

Mereka berdua berjalan dengan tenang ke kantin sambil mengobrol dan saling menyapa orang yang melewati mereka.

Baeri yang sekarang menjadi primadona angkatannya dan Minjae yang mulai terbuka kepada siapa pun tetapi masih tetap menempel pada Yuta.

Baeri juga bahkan tidak sadar kalau dia bisa sedekat ini dengan Minjae, padahal rumornya Minjae tidak pernah punya teman perempuan satu pun.

Karena di dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin.

Di tempat langganan mereka tentu saja sudah ada tiga laki-laki yang terlihat membicarakan sesuatu. Baeri maupun Minjae langsung bergabung dengan mereka.

"Mau pergi kemana?" tanya Minjae.

"Dunno, tadi gue sama Ty lewat ruang guru dengar kelas 11 bakal ada trip gitu tapi gue ga dengar trip-nya kemana." ucap Yuta.

"Kapan?" tanya Baeri.

"Minggu depan katanya." jawab Taeyong dengan senyuman kecil.

Mata Baeri berbinar mendengarnya, karena selama tiga tahun ini dia tidak pernah trip lagi dengan temannya kecuali kakaknya dan ayahnya.

"Kalo mau packing barengan ya Ri, sambil call-an." Baeri mengangguk.

"By the way.. nanti dikasih surat persetujuan orang tua dulu kan?" tanya Baeri yang sedikit digantung.

"Iya kok, tahun lalu juga gitu dan bahkan semuanya setuju." jelas Taeyong.

Baeri mengangguk dan tersenyum manis yang membuat Taeyong menatapnya lebih lama.


hiii ! maaf baru muncul lg :( lg sibuk bgt pdhl pegang hp & laptop trs tp ga sempet buka wattpad:(( dukung trs yuk, share & vote cerita ini hehe. danke ! <3

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Mar 22, 2021 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

warm feelingKde žijí příběhy. Začni objevovat