Perjanjian Artur

166 8 0
                                    

Seperti yang sudah dikatakan Artur tadi, sekarang mereka berdua berada di depan rumah Aisyah yang duduknya pun masih berjauhan itupun Aisyah yang meminta. keduanya saling diam tanpa berbicara apapun , lalu pada akhirnya Artur membuka suara nya dan berdehem pelan.

"Kenapa kamu mau terima perjodohan ini?" tanya Artur.


"Saya tidak ingin membuat orangtua saya kecewa." balas Aisyah pelan.

"Baiklah, mungkin itu juga menjadi salah satu alasan keanapa saya ingin menerima perjodohan konyol ini, padahal saya bias mencari perempuan dengan sesuai kriteria saya. Dan saya ingin jika kiita menikah , kamu ikut Bersama saya ke apartment, dan kamu tidur di kamar tamu. tenang saja ruangannya cukup luas. dan saya tidak akan lupa dengan tanggung jawab saya sebagai seorang suami yang harus menafkahi istrinya. dan saya tidak ingin kamu ikut campur dalam kehidupan saya nanti."

begitu penjelasan Artur, sedikit menyakitkan memang , tapi Aisyah yakin ia pasti bisa menjalaninya, insyaallah allah Bersama orang-orang yang sabar. Hatinya selalu menguatkan seperti itu.

"Jika itu yang terbaik, saya turuti kemauan Mas Artur. Kalau begitu saya permisi masuk duluan. "

Artur terdiam sejenak , ia mengusap wajahnya dengan gusar, ia tidak mau menyakiti wanita pilihan mamanya, tapi ia tidak bisa seperti ini, ia tidak mau di atur oleh siapapun.

"Lho Aisyah, Nak Artur nya mana sayang?" tanya Umi Naisah, Aisyah duduk di samping Uminya.

"Aisyah duluan kesini Mi, gak baik lama-lama berduaan diluar. Mas Artur mungkin menyusul nanti." balas Aisyah dengan nada yang sangat halus, kedua orang tua Artur tersenyum melihat sikap Aisyah yang sanngat ramah terhadap semua orang, yang ada di fikiran mereka yaitu tidak salah memilihkan calon menantu untuk putranya.

Artur memberikan cek bertulisan uang kepada wanita bayarannya, ia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang hotel.

"Terimakasih jika kau membutuhkanku lagi , aku siap memuaskanmu di ranjang." ucap seorang wanita bayaran Artur.

Artur menampilkan senyum smirk nya, Artur tidak pernah memakai wanita jalang yang sama untuk kedua kalinya. tiga hari lagi adalah hari pernikahannya dengan Aisyah, Aisyah memang cantik bahkan sangat cantik, malahan dia lebih cantik dari perempuan manapun yang sudah pernah ia pakai. bibir ranum nya, suara lembutnya, mata teduh yang menenangkan hati. Tapi Artur belum bisa melupakan almrhumah kekasihnya, Reina. Reina meninggal akibat penyakit kanker darah yang ia idap sejak umur 15 tahun. sempat dinyatakan sembuh tapi pada saat Reina berumur 23 tahun, penyakit itu kembali muncul dengan keadaan yang lebih parah.

Pada saat itu Artur sangat terpukul sekali, selama dua tahun ini Artur selalu melampiaskan rasa sakitnya dengan membeli wanita wanita jalang yang sangat mahal.

tak dirasa ternyata ponselnya bergetar, menampilkan nama "Mama" terpampang dengan jelas.

"Hallo Assalamualaikum Artur , kamu dimana ? sudah jam berapa ini kamu belum pulang juga. cepat pulang!!! mama tunggu di rumah sekarang juga!"

Artur menghela nafasnya pelan,ia tidak bisa menolak perintah snag mama tercintanya. bagaimanapun Artur tidak ingin menjadi anaka yang durhaka kepada ibunya.

"Waalaiakumsalam ma, ini lagi ada kerjaan di kantor bentar laagi selesai. iya iya nanti Artur pulang kerumah ya ma, mama tidur aja duluan ya. kan tiga hari lagi mama bakal cape sama acara pernikahan kami." kata Artur dengan suara yang lemah lembuat dan penuh kasih sayang.

"Baiklah, besok pagi mama mau kamu sudah berada di kamarmu tidur dengan pulas. pulang dengan selamat sayang, hati-hati dijalan, mama tutup assalamualaikum.."

"Iya ma, waalaikumsalam.."

Setelah sambungan tertutup, Artur memakai kembali setelan kerjanya. Ia tidak ingin mamanya curgia dengan aksi gilanya malam ini. dengan cekatan ia sudah rapih kembali dan menyimpan uang ratusan beberapa lembar diatas meja rias. seperti biasa, bahkan karyawan hotel pun sudah hafal dengan kegiatan customernya.

.

To be continue

Pernikahan KamiWhere stories live. Discover now